Pentingnya Peka pada Potensi Kekerasan Seksual, Mulailah Jadi Pengamat

Intervensi seorang pengamat cara efektif cegah kekerasan 

Jakarta, IDN Times - Setiap peristiwa di sekitar kita bisa saja terungkap, mulai dari pencurian, pelecehan, hingga kekerasan seksual lewat pengamatan seseorang.

Dilansir University of Cambridge, semua orang bisa menjadi pengamat atau Bystander. Saat terjadi sesuatu, seseorang bisa memutuskan untuk melakukan atau mengatakan sesuatu (pengamat aktif) atau membiarkan begitu saja (tetap menjadi pengamat pasif).

University of Cambridge menyebutkan, jika pesan intervensi dan isyarat pada perilaku seseorang yang tidak bisa diterima terus diperkuat dalam komunitas, maka batasan-batasan perilaku bermasalah bisa dihentikan.

Baca Juga: Menteri PPPA Minta Semua Kampus Segera Bentuk Satgas Kekerasan Seksual

1. Memperhatikan gelagat mencurigakan jadi keterampilan yang penting

Pentingnya Peka pada Potensi Kekerasan Seksual, Mulailah Jadi PengamatTransportasi MRT Jakarta. jakartamrt.co.id

Belajar mengenali kondisi saat seseorang dalam bahaya dan bagaimana mengintervensi secara aman, adalah keterampilan yang penting.

Intervensi secara aman bisa dimulai dengan tatapan tidak setuju pada gelagat seseorang yang mencurigakan, menyela atau mengalihkan perhatian seseorang, tidak menertawakan lelucon seksis atau kekerasan, berbicara dengan teman tentang perilaku mereka dengan cara yang tidak konfrontatif, hingga merawat teman yang mengalami perilaku bermasalah. 

Di lain waktu, itu berarti meminta bantuan teman, staf, atau pihak berwenang lainnya.

2. Intervensi seorang pengamat atau bystander jadi cara efektif menghentikan serangan seksual

Pentingnya Peka pada Potensi Kekerasan Seksual, Mulailah Jadi Pengamatilustrasi mobilitas warga di tengah pandemi COVID-19 (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)

Kadang seseorang bisa berada dalam satu kondisi di mana situasi terasa tidak benar, contohnya saat ada upaya pelecehan seksual, bullying, atau perkataan SARA atau body shaming

Menjadi pengamat aktif artinya paham saat perilaku seseorang tidak pantas atau mengancam, serta memilih untuk menantangnya. Jika tak nyaman melakukan ini sendiri, minta bantuan teman.

Penelitian menunjukkan bahwa intervensi pengamat atau bystander bisa jadi cara efektif menghentikan serangan seksual sebelum terjadi, dan jadi peran kunci mencegah atau menciutkan potensi kekerasan yang ada.

3. Sebelum melakukan tindakan perlu pendekatan ABC

Pentingnya Peka pada Potensi Kekerasan Seksual, Mulailah Jadi PengamatIlustrasi Pelecehan (IDN Times/Mardya Shakti)

Sebelum mencoba melangkah atau melakukan tindakan, coba lakukan pendekatan ABC.

  • Nilai keamanan (Assess for safety): Jika Anda melihat seseorang dalam masalah, tanyakan pada diri sendiri apakah anda dapat membantu dengan aman. Ingat, keselamatan pribadi Anda adalah prioritas, jangan pernah menempatkan diri Anda dalam risiko.
  • Berada dalam kelompok (Be in a group): Lebih aman untuk campur tangan dalam kelompok. Jika ini bukan pilihan, laporkan kepada orang lain yang dapat bertindak.
  • Peduli pada korban (Care for the victim): Bicaralah dengan orang yang menurut Anda mungkin membutuhkan bantuan. Tanyakan apakah mereka baik-baik saja.

4. Cara mengintervensi perilaku berbahaya dengan aman

Pentingnya Peka pada Potensi Kekerasan Seksual, Mulailah Jadi PengamatSuasana KRL jurusan Tanah Abang-Parung Panjang, Jumat (10/7/2020) (IDN Times/Herka Yanis).

University of Cambridge juga mengingatkan empat D yaitu Direct action, Distract, Delegate, dan Delay.

  • Aksi langsung (Direct Action)

Sebutkan perilaku negatif, beri tahu orang tersebut untuk berhenti atau tanyakan kepada korban apakah mereka baik-baik saja. Lakukan ini sebagai kelompok jika bisa. Bersikap sopan dan jangan memperburuk situasi, tetap tenang dan nyatakan mengapa ada sesuatu yang menyinggung Anda. Tetap berpegang pada apa yang telah terjadi, jangan melebih-lebihkan.

  • Mengganggu (Distract)

Interupsi, mulailah percakapan dengan pelaku agar target potensial mereka menjauh atau ada teman yang campur tangan. Atau temukan ide untuk mengeluarkan korban dari situasi tersebut, beri tahu mereka bahwa mereka (calon korban atau korban) perlu menerima telepon, atau Anda perlu berbicara dengan mereka yang terpenting buat alasan apapun untuk membawa mereka pergi ke tempat yang aman, atau, cobalah mengalihkan perhatian dan situasi.

  • Melimpahkan (Delegate)

Jika Anda terlalu malu atau merasa tidak aman untuk melakukannya, mintalah orang lain untuk turun tangan. Setiap tempat yang layak tidak memiliki kebijakan toleransi terhadap pelecehan, jadi staf di sana akan bertindak.

  • Menunda (Delay)

Jika situasinya terlalu berbahaya untuk dihadapi saat itu juga (seperti ada ancaman kekerasan atau Anda kalah jumlah) pergi saja. Tunggu situasi berlalu lalu tanyakan pada korban nanti apakah mereka baik-baik saja. Atau laporkan saat aman untuk melakukannya- tidak ada kata terlambat untuk bertindak.

Jika keadaan memang benar-benar darurat segera hubungi pihak berwenang seperti polisi.

Baca Juga: UNESCO Sebut Pendidikan Seksual Mendesak untuk Generasi Muda

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya