Tragedi Satu Keluarga Tewas Akhiri Hidup, Kesehatan Mental Disorot

Kaitannya ketahanan keluarga dan kondisi mental saat ini

Jakarta, IDN Times - Deretan kasus bunuh diri di Indonesia menjadi sorotan belakangan ini. Bukan hanya menimpa individu namun juga satu keluarga. Satu keluarga berinisial WE (44), S (40), dan ARE (12) ditemukan tewas di rumah kontrakannya di Dusun Boro Bugis RT. 03/RW. 10, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Dalam kasus ini anak berinisial AKE (12) ditinggalkan ayah, ibu dan saudara kembarnya yang tewas bersamaan. Kasus ini terungkap pada Desember 2023.

Kasus lainnya yang menjadi sorotan adalah temuan jenazah seorang pria yakni David (38) bersama ibunya GAH (65) di salah satu perumahan elite di Cinere, Depok, Jawa Barat. Jasad ibu dan anak tersebut ditemukan pada Kamis (7/9/2023) pukul 10.00 WIB, dengan pesan To You Whom Ever yang ditemukan di sebuah ponsel. Kasus ini dikatakan polisi sebagai kasus bunuh diri.

Selain itu, Polres Metro Jakarta Selatan akhirnya menetapkan Panca Darmansyah (41) sebagai tersangka pembunuhan empat orang anaknya di Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Desember 2023. Panca membekap anaknya hingga tewas, bahkan dia juga berusaha bunuh diri. Hal ini dipantik dari rasa cemburu pada istrinya.

Kasus bunuh diri sekeluarga di India bahkan pernah diangkat menjadi serial televisi. House of Secrets: The Burari Deaths adalah sebuah kejadian tragis yang terjadi di sebuah rumah di Burari, Delhi. Pada Juli 2018, sebelas anggota keluarga ditemukan tewas dengan cara yang misterius.

Investigasi mengungkap bahwa mereka terlibat dalam ritual yang mencampurkan spiritualitas dan keyakinan supernatural. House of Secrets menggambarkan campur tangan keyakinan spiritual yang ekstrem dan masalah kesehatan mental di masyarakat.

Maraknya kasus ini di Indonesia menunjukkan upaya pembentukkan ketahanan keluarga yang ada masih menghadapi berbagai tantangan. Banyaknya kasus bunuh diri keluarga memiliki keterkaitan besar kondisi kesehatan mental. 

1. Lebih dari 20 juta penduduk Indonesia alami gangguan mental

Tragedi Satu Keluarga Tewas Akhiri Hidup, Kesehatan Mental DisorotIlustrasi depresi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Faktanya, dari data, lebih dari 20 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan mental-emosional, dengan angka prevalensi sekitar 1 dari 10 orang terkena masalah ini. 

Data yang dirilis Kemenkes pada 2018 juga menyoroti tingginya tingkat depresi di Indonesia, di mana 1 dari 16 orang usia di atas 15 tahun mengalami kondisi ini, melampaui rata-rata dunia yang telah diumumkan oleh WHO. Artinya ada 12 juta lebih orang Indonesia mengalami depresi.

“Jadi kalau dihitung dengan 275 juta penduduk, itu hampir 20 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan mental-emosional,” kata Direktur Kesehatan Jiwa (Keswa) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Vensya Sitohang dalam Seminar Nasional Multi Pemangku Kepentingan Yayasan Rehabilitasi Yakkum secara daring, Selasa (20/12/2023).

Depresi, yang saat ini diderita oleh 12,7 juta individu, kini menjadi salah satu dari tiga jenis penyakit mental utama yang dihadapi Indonesia, bersama dengan kecemasan dan skizofrenia.

Menurutnya, mengatasi depresi sekarang menjadi keahlian yang harus dimiliki oleh dokter umum di layanan primer atau puskesmas. Selanjutnya, gangguan jiwa berat juga menarik perhatian serius dengan tingkat prevalensi sekitar 2 dari 1.000 orang, melibatkan sekitar 500 hingga 1.000 individu yang terkena dampak.

Laporan kasus bunuh diri dari Polri juga menggambarkan bagaimana bunuh diri dijadikan jalan keluar untuk menghadapi kondisi tiap kondisi mental masyarakat. Pada 2020 tercatat ada 671 kasus bunuh diri di Indonesia, pada 2021 turun menjadi 613 kasus namun pada 2022 tercatat ada 826 kasus.

Prevalensi gangguan jiwa berat yang dicatat Kementerian Kesehatan adalah 0,18 persen atau hampir dua dari seribu orang mengalami gangguan jiwa berat, sementara rata-rata dunianya adalah 0,31 persen. Artinya di Indonesia ada 495 juta orang mengalami gangguan jiwa berat.

Baca Juga: Terungkap! Panca Tersangka Pembunuhan 4 Anak 2 Kali Coba Akhiri Hidup

2. Kondisi orang tua tak paham soal pengasuhan keluarga

Tragedi Satu Keluarga Tewas Akhiri Hidup, Kesehatan Mental DisorotRealitas kesehatan mental di Indonesia (IDN Times/Aditya Pratama)

Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan KemenPPPA, Rohika Kurniadi Sari menyebut kondisi ini berakar dari masalah kondisi pengasuhan di kalangan keluarga. Banyak orang tua yang belum sepenuhnya memahami tanggung jawab dan kewajiban mereka, terutama terkait undang-undang perlindungan anak.

Rohika menekankan pentingnya orang tua tidak hanya sebatas peran biologis, melainkan juga melibatkan tanggung jawab mendidik, melindungi, dan menumbuhkembangkan bakat anak sesuai dengan karakter masing-masing.

"Banyak yang juga mengalami pergeseran nilai-nilai, terhadap nilai-nilai pengasuhan, kita mendapatkan kelekatan. Kelekatan itu tidak instan, tapi dimulai dari pasangan yang akan menikah dan konsep keluarga yang dibangun," kata dia kepada IDN Times, Desember lalu.

Keluarga, kata dia, harus tumbuh sehat bukan dari kesehatan fisik saja, tapi secara mental, moral, spiritual, hingga sosial.

3. Tantangan dunia tak mudah, PUSPAGA berupaya tingkatkan pemahaman keluarga

Tragedi Satu Keluarga Tewas Akhiri Hidup, Kesehatan Mental DisorotWorkshop Pencegahan dan Penghapusan Pemotongan/Pelukaan Genitalia Perempuan (P2GP) bagi Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA), Selasa (4/12/2023) (Dok. KemenPPPA).

Indonesia punya PUSPAGA atau Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak. Di bawah (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, PUSPAGA jadi lembaga yang fokus pada pelayanan terpadu untuk memberdayakan perempuan dan anak.

Melalui edukasi, PUSPAGA bertujuan meningkatkan pemahaman orang tua mengenai hak dan kewajiban dalam pengasuhan anak. Mendorong komunikasi positif antara orang tua dan anak serta mendukung pembentukan keluarga yang sehat. 

"Karena kita paham tantangan orang tua sekarang tidak mudah. Jadi anak sekarang juga tidak mudah. Globalisasi tidak bisa kita maafkan," kata Rohika.

Rohika berharap PUSPAGA menjadi poin penting melakukan edukasi untuk memampukan para orang tua di tengah kondisi dunia saat ini.

"Karena banyak layanan-layanan keluarga yang tidak dikenal. Kami berharap PUSPAGA menjadi poin penting melakukan edukasi karena edukasi untuk memampukan para orang tua," katanya.

Baca Juga: Panca Jalani 42 Adegan Rekontruksi Pembunuhan 4 Anak di Jagakarsa

4. Keterbatasan deteksi dini gangguan jiwa di Indonesia

Tragedi Satu Keluarga Tewas Akhiri Hidup, Kesehatan Mental DisorotMenteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat mengunjungi IDN Media HQ, Selasa (21/11/2023) (IDN Times/Fauzan

Sayangnya, Menkes Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa deteksi dini gangguan jiwa di Indonesia masih lemah karena metodenya yang masih manual, yakni menggunakan kuesioner untuk menilai keberadaan anxiety dan depresi.

Hal ini disampaikan Budi saat Rapat Kerja membahas Program Prioritas Nasional dan Perkembangan Peraturan Pelaksanaan UU Kesehatan dengan Komisi IX DPR RI.

“Kalau gangguan jiwa ini masih sangat manual, jadi masih pakai kuesioner dilihatnya, apakah dia punya anxiety sama depresi,” kata dia

Pemerintah berencana untuk memperkuat upaya screening kesehatan jiwa di Puskesmas guna meningkatkan penanganan penyakit kesehatan jiwa secara lebih efektif. Saat ini 416 kabupaten atau kota telah melaksanakan skrining kesehatan jiwa di Puskesmas, sekitar 77 persen dari total puskesmas di Indonesia

“Agar jangan terus turun jadi anxiety tidak terawat jadi depresi, gak kerawat jadi schizophrenia. Kalau schizophrenia masuk rumah sakit jiwa udah telat, sama kaya cancer. Harusnya kalau dia anxiety diajarin, bagaimana cara treatment terapinya,” kata dia.

Budi menjelaskan sejauh ini ada sejumlah fasilitas kesehatan yang memberi layanan kesehatan jiwa. Mulai dari  5.694 puskesmas, 279 rumah sakit umum (RSU) dan 44 rumah sakit jiwa (RSJ) atau Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO). Pemerintah juga berencana untuk mengatur obat-obatan medis yang sensitif agar tidak disalahgunakan dan lebih banyak dikontrol oleh puskesmas dan RSU.

“Obat-obatan medisnya juga agak sensitif, karena inikansifatnya ada yang jadi bisa disalahgunakan juga yang  bisa menyebabkan adiktif. Jadi ini akan kita atur, lebih banyak puskesmas dan RSU bukan hanya RJS saja yang bisa memberikan terapi  baik konsultasi maupun medis,” katanya.

 

Baca Juga: Capres-Cawapres dan Caleg Disebut Belum Pahami Isu Disabilitas Mental 

5. Akses layanan kesehatan mental di Indonesia di sini

Tragedi Satu Keluarga Tewas Akhiri Hidup, Kesehatan Mental DisorotPresiden Jokowi meninjau layanan kesehatan yang ada di Puskesmas Toroh 1, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, pada Selasa (23/1/2024) (dok. Sekretariat Presiden)

Bunuh diri merupakan permasalahan serius dalam kesehatan mental yang sering diabaikan oleh masyarakat. Untuk mendapatkan bantuan atau jika mengenal seseorang yang membutuhkan pertolongan, dapat menghubungi layanan konseling pencegahan bunuh diri melalui nomor gawat darurat (021) 500–454 atau 119, bebas pulsa.

Pemegang BPJS dapat berkonsultasi secara gratis di Puskesmas, sementara non-BPJS dikenakan biaya administrasi Rp5.000. Selain itu, Kemenkes RI menyediakan 5 RS jiwa rujukan dengan layanan konseling kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri.

Masyarakat juga bisa mengakses Organisasi Non-Pemerintah "Jangan Bunuh Diri"  melalui telp: (021) 9696 9293 atau email: janganbunuhdiri@yahoo.com. Serta Organisasi INTO THE LIGHT dapat dihubungi melalui FB: Into The Light Indonesia (@IntoTheLightID) atau Twitter: @IntoTheLightID.

Kementerian Kesehatan Indonesia juga dapat dihubungi melalui telp (021) 500454.

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya