Ini Asal Muasal Munculnya Istilah Golongan Putih
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Satu suara yang diberikan dalam pemilihan kepala daerah maupun pemilihan presiden sangat berarti. Satu suara bisa membalikkan posisi, dari yang di bawah jadi di atas, begitu pula sebaliknya.
Namun, dari tahun ke tahun selalu ada yang memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya atau banyak yang menyebutnya sebagai golput. Sebenarnya dari mana sih asal-muasal kata tersebut?
1. Wujud protes terhadap Pemilu 1971
Pemilu 1971 adalah pemilu pertama kali yang dilaksanakan pada masa Orde Baru.
Sebelum Pemilu 1971, Soeharto kala itu menjabat sebagai Pejabat Presiden. Beberapa praktik kekuasaannya dikritik oleh rakyat, terutama dari kalangan mahasiswa, karena dianggap lambat dalam merespon permasalahan. Korupsi pun tumbuh subur.
2. Golongan Putih tetap ikut nyoblos
Editor’s picks
Istilah Golongan Putih merujuk pada penentangan terhadap partai Golongan Karya yang dimotori oleh Soeharto. Partai yang didominasi oleh warna kuning.
Ketika hari pemilihan tiba, mereka yang termasuk dalam Golongan Putih bukan berarti absen hadir ke TPS melainkan tetap berpartisipasi untuk memilih. Memilih untuk tidak memilih siapa pun dengan mencoblos bagian warna putih di surat suara.
3. Golput dilarang gak sih?
Dalam setiap pemilihan pemimpin, gak hanya di Indonesia tapi di berbagai negara di belahan dunia, pasti selalu ada kelompok yang memilih untuk golput.
Sebenarnya golput itu gak dilarang karena seseorang juga memiliki hak untuk tidak menggunakan suaranya. Tapi, suara kita sangat penting untuk menentukan seperti apa pemimpin kita selanjutnya. Ditambah lagi, kita tinggal di negara yang menjunjung tinggi demokrasi, jadi gunakan hak memilihmu dengan bijak ya.
Baca juga: Informasi pilkada serentak di #MILLENNIALSMEMILIH