Jakarta, IDN Times - Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD, menilai ajakan untuk membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terlalu berisiko dan mengada-ada. Sebab, kata dia, parlemen itu merupakan salah satu instrumen demokrasi. Namun, ia tak membantah kualitas parlemen dan partai politik di Tanah Air masih buruk.
"Tetapi masih jauh lebih baik, memiliki DPR yang buruk dan partai yang jelek, becek, dari pada tidak ada parpol dan DPR," ujar Mahfud seperti dikutip dari akun YouTube Mahfud MD official, Kamis (28/8/2025).
"Kita kritik DPR dan partai, tapi jangan bicara pembubaran DPR," sambung Guru Besar Ilmu Hukum Tata Negara Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu, untuk merespons gelombang desakan agar parlemen dibubarkan.
Sebagaimana diketahui, anggota DPR periode 2024-2029 mendapatkan tunjangan rumah dinas Rp50 juta per bulan. Kebijakan itu diambil karena rumah dinas di Kalibata, Jakarta Selatan, dianggap tak lagi layak dihuni. Anggota DPR juga mendapat kenaikan tunjangan beras Rp12 juta dan bensin Rp7 juta, meski belakangan diralat.
Mahfud menyebut negara demokrasi justru bahaya tanpa ada keberadaan DPR. Meski suatu negara dipimpin pemimpin yang baik, tetap berisiko menjadi penguasa yang sewenang-wenang tanpa diimbangi parlemen.
"Bila ada DPR, seumpama (pemimpinnya) buruk masih ada waktu untuk mengevaluasi melalui pemilu," ujar dia.