Ketua Dewan Pers: 95 Persen Informasi Kesehatan di Whatsapp Hoax

Begini cara menghadapi dan mengatasi berita hoax

Jakarta, IDN Times - Ketua Dewan Pers Indonesia Yosep Stanley Adi Prasetyo mengatakan, mayoritas isu kesehatan yang tersebar di Whatsapp merupakan berita bohong alias hoax. Hal ini menurutnya penting diketahui oleh publik.

"Informasi kesehatan yang tersebar di Whatsapp 95 persen adalah hoax," kata Stanley, begitu Ketua Dewan Pers ini akrab disapa, di acara Kongres Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) di Gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat, Jumat (16/11). 

Stanley pun memaparkan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi dan mengatasi hoax.

 

Baca Juga: 2 Pria Dibakar Hidup-Hidup Akibat Hoax yang Beredar di WhatsApp

1. Verifikasi informasi yang diperoleh

Ketua Dewan Pers: 95 Persen Informasi Kesehatan di Whatsapp HoaxIDN Times/Margith Juita Damanik

Menurut Stanley, hal yang dibutuhkan untuk memerangi hoax adalah kecerdasan dari masyarakat. "Kalau dapat informasi jangan langsung percaya," katanya.

Dia mengatakan, penting bagi masyarakat memverifikasi informasi yang diperoleh sebelum menyebarkan informasi tersebut. 

"Verifikasi, kalau kesehatan kepada dokter, apakah informasi yang didapat benar atau tidak," ujar Stanley.

2. Cek sumber informasinya, kredibel nggak?

Ketua Dewan Pers: 95 Persen Informasi Kesehatan di Whatsapp HoaxTwitter / @_TNIAU

Hal penting yang harus dilakukan masyarakat saat menerima informasi dari Whatsapp atau media sosial lainnya yakni mengecek sumber informasi. 

"Cek sumbernya, krediel atau tidak. Media dari mana," Stanley menjelaskan.

Dia mengingatkan, kalau media yang menyebarkan informasi adalah media berbadan hukum yang jelas, tentu bisa diminta pertanggungjawaban atas tiap info yang disebarkan.

3. Hati-hati dengan informasi dari video yang tidak jelas sumbernya

Ketua Dewan Pers: 95 Persen Informasi Kesehatan di Whatsapp HoaxIDN Times/Sukma Shakti

Satu hal yang juga sangat penting ditanggapi dengan hati-hati adalah informasi lewat video. Saat ini banyak beredar video, namun tidak jelas siapa pembuatnya.  

"Banyak informasi berbentuk video sehingga orang yakin 'wah ini bener'," tutur Stanley.

Menurut Ketua Dewan Pers ini, ketidakmampuan masyarakat untuk bertabayun atau memeriksa kebenaran informasi yang diperoleh, sebelum membagikannya kembali ke orang lain, membuat hoax semakin marak.

"(Hoax) dibuat untuk menipu masyarakat," dia menegaskan.

Menurut dia, banyak alasan kenapa orang senang membagikan berita hoax. Di antaranya adalah karena berita itu dianggap berasal dari orang yang bisa dipercaya, dan menganggap informasi yang dibagikan bermanfaat. 

"Yang sering jadi korban, keluarga kita. Teman-teman kita," Stanley menegaskan.

Baca Juga: Termakan Hoaks, Ratusan Orang Terlantar di Stasiun Gambir

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya