Mengintip Potret Keberagaman di Klenteng Hok Tek Bio

Bogor, IDN Times - Memasuki tahun Kerbau pada Hari Raya Imlek 2021, warga Tionghoa di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mempersiapkan tempat peribadatannya. Mulai dari membersihkan lingkungan, hingga menyemprotkan cairan disinfektan di lingkungan klenteng.
Begitu pula yang dilakukan warga Tionghoa di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor di Klenteng Hok Tek Bio di Jalan Raden Lukman Cirimekar, Cibinong Bogor.
1. Klenteng berdiri sejak 1700-an

Menurut salah satu petugas Klenteng Hok Tek Bio, Agi Widodo klenteng yang ia kelola merupakan salah satu klenteng tertua di Kabupaten Bogor, yang berdiri sejak 1700-an.
"Ini sejak 1700-an, tapi tepatnya saya kurang tahu," kata Agi, saat ditemui Kamis, 11 Februari 2021.
Dia menerangkan awalnya klenteng tersebut hanya sepetak bangunan yang berukuran 3×3 meter, yang berisi meja altar Dewa Bumi atau Ho Tek Ceng Sin.
Setelah dipugar pada 2 April 1989 dan diresmikan pemerintah pada 26 Februari 1990, sekarang Klenteng Hok Tek Bio sudah berdiri bangunan seluas 300 meter persegi di atas tanah seluas 2000 meter persegi.
2. Terdapat bangunan masjid di lingkungan klenteng

Uniknya, di sebelah kanan bangunan klenteng terdapat sebuah bangunan masjid. Pintu masjid berwarna hijau, dengan ornamen kaligrafi bertuliskan Muhammad dalam bahasa Arab menghiasi lubang ventilasi.
Di dalamnya terdapat miniatur masjid terbuat dari kayu serta lafaz bertuliskan kaligrafi dan terjemahannya.
"Masyarakat Muslim biasa salat di situ, banyak warga sekitar yang salat juga di masjid," kata pria 58 tahun itu.
3. Menjunjung tinggi toleransi beragama

Agi mengatakan toleransi beragama di lingkungan klenteng begitu tinggi, siapa pun tidak terganggu mesti tempat beribadah mereka berdempetan. Terdapat klenteng untuk penganut Konghucu dan Taoist, Vihara untuk pemeluk Agama Budha, dan masjid untuk pemeluk agama Islam.
Warga non-Muslim pun selalu berkunjung ke Masjid Eyang Surya Kencana itu. Tak jarang jemaah umat Muslim mendoakan kepada Eyang Surya.
Ustaz dan ulama di sini juga tidak mempermasalahkan warga non-Muslim berdoa di masjid ini. Di sini para pemeluk agama yang berbeda dapat saling beribadah tanpa perlu merasa cemas.
Bahkan, saat tragedi kerusuhan 1998, banyak etnis Tionghoa di Jakarta dipersekusi, tapi masyarakat Tionghoa di Cibinong hidup berdampingan dengan harmonis.
"Kita aman-aman aja, gak ada yang diganggu, kita damai hidup berdampingan," kata Agi.