Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan (Lalitbang) BKKBN, Rizal Martua Damanik dalam salah satu sesi ICIFPRG 2022 di Yogyakarta, Selasa (23/8/2022). (IDNTimes/Melani Putri)
Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan (Lalitbang) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Rizal Martua Damanik, menyebut sudah ada peningkatan dalam penggunaan kondom di Indonesia.
Menurut data BKKBN pada 2014-2017 mencatat capaian penggunaan alat kontrasepsi kondom meningkat dari 2,1 persen menjadi 2,8 persen. Pada 2017, penggunaan kondom di Indonesia meningkat hingga 4 persen.
Data terbaru pada 2021 menunjukkan kesertaan laki-laki dalam penggunaan alat kontrasepsi kondom berada di angka 3,27 persen dan 0,4 persen pada vasektomi.
Meski terjadi peningkatan dalam kesertaan penggunaan kondom, nyatanya angka ini masih jauh dari target penggunaan alat kontrasepsi BKKBN.
“Sementara target kami di BKKBN kesertaan kondom 5,1 persen. Capaian 2021 baru memenuhi 71,35 persen dari yang diharapkan,” kata Damanik.
Hal itu, kata Damanik, karena rendahnya partisipasi laki-laki dalam perencanaan keluarga. Dalam lingkungan masyarakat, kehamilan dan alat kontrasepsi masih dibebankan sepenuhnya pada perempuan.
Hal itu, kata dia, menyebabkan rendahnya partisipasi laki-laki atau suami dalam perencanaan kehamilan. Secara tidak langsung, hal itu bisa berdampak pada masa kehamilan yang dirasakan ibu.
“Ada anggapan KB adalah urusan perempuan, edukasi alat kontrasepsi masih kepada perempuan karena lebih variatif,” ujar dia.
Terkait hal ini, Damanik menyebut, BKKBN telah melakukan beberapa cara untuk meningkatkan kesadaran pentingnya alat kontrasepsi kondom kepada laki-laki. Di mana, selain untuk mencegah kehamilan, kondom juga berguna untuk mencegah penularan HIV.
“Kami mengintegrasikan secara berjenjang pendistribusian kondom di fasilitas kesehatan yang sudah terintegrasi dengan BKKBN, kelompok KB pria juga melibatkan tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat,” tuturnya.