Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Budi Gunadi Sadikin memberikan konferensi pers/You Tube Sekretariat Presiden
Menteri Budi Gunadi Sadikin memberikan konferensi pers/You Tube Sekretariat Presiden

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin blak-blakan terkait fenomena kemunculan kasus gagal ginjal akut misterius yang kini menelan jiwa 141 anak.

Budi mengungkapkan jumlah kasus gagal ginjal akut misterius di Indonesia mulai terjadi pada Agustus. Biasanya jumlah kasus gagal ginjal di bawah lima kasus.

"Kasus ini kenaikan di bulan Agustus, bukan awal tahun," ujar Menkes dalam konferensi pers dilansir Youtube Sekretariat Presiden, Senin (24/10).

Saat terjadi kenaikan kasus di Agustus, Menkes menduga kasus ini terjadi karena virus atau bakteri sehingga dilakukan tes patologi. Namun, kemungkinan penyebabnya adalah virus sangat kecil. 

1. Budi sempat menduga penyebab gagal ginjal karena virus

ilustrasi ginjal (IDN Times/Aditya Pratama)

Pada September saat kasus tambah naik, Budi masih menduga-duga penyebab gagal ginjal akut misterius ini. "Karena hasil tes patologi dari kenaikan kasus itu tidak ada yang signifikan."

Akhir September, kata Budi, pihaknya sudah mengeluarkan surat edaran di seluruh rumah sakit, seluruh Kepala Dinas untuk melakukan tatalaksana (Nomor HK.02.02/I/3305/2022 tentang Tata Laksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury). 

2. Titik terang penyebab kasus gagal ginjal akut terbuka saat WHO keluarkan rilis tentang Gambia

Infografis jumlah gagal ginjal akut berdasarkan umur (IDN Times/Aditya Pratama)

Pada 5 Oktober, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan rilis adanya kasus ginjal akut di Gambia yang disebabkan oleh senyawa kimia yang terkandung pada obat sirop anak. 

Budi melihat titik terang kasus ini. Menkes bergegas menghubungi pihak Gambia dan WHO untuk memperoleh informasi mendalam tentang kasus tersebut.

"Kita langsung lakukan komunikasi dengan WHO dan juga pemerintah Gambia dan melakukan analisa toksikologi karena mengarah lebih ke zat kimia. Kita tes ke sepuluh anak, tujuh darahnya atau urinenya mengandung zat kimia. Jadi 70 persen orang yang terkena disebabkan zat kimia," katanya.

3. Ginjal pasien 100 persen alami kerusakan

ilustrasi penyakit ginjal (IDN Times/Aditya Pratama)

Untuk menegaskan bahwa penyebab gagal ginjal akut ini adalah zat kimia, Budi mengatakan pemerintah melakukan cek ginjal pasien.

"Kita cek 100 persen memang terjadi kerusakan ginjal. Ini memperkuat bahwa penyebabnya adalah zat kimia," imbuh Budi.

Pemerintah juga melakukan analisis dengan melakukan penelusuran ke rumah pasien gagal ginjal akut terkait obat sirop atau zat kimia yang dikonsumsi pasien.

"Memang sifatnya baru kualitatif ada atau tidak bukan kuantitatif kadarnya berapa. Secara kuantitatif ditemukan sebagian besar dari obat-obatan yang ada di rumah pasien itu mengandung senyawa kimia yang berbahaya," katanya.

4. Menkes temukan penyebabnya gagal ginjal akut misterius

ilustrasi obat flu berbentuk sirup (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Berdasarkan rilis dari badan kesehatan dunia (WHO) pada 5 Oktober tentang penemuan zat kimia pada kasus pasien di Gambia, bukti biopsi dan temuan zat kimia pada pasien menunjukkan kasus tersebut disebabkan cemaran obat kimia.

"Kita menyimpulkan benar penyebabnya adalah obat kimia yang merupakan cemaran pelarut ini," katanya.

5. Kasus baru turun setelah adanya larangan konsumsi obat sirop

Ilustrasi apotek di Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Pada 19 Oktober, Kementerian Kesehatan melarang seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas atau bebas terbatas dalam bentuk sirop seiring meningkatnya kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak. Selain apotek, tenaga kesehatan juga diminta tidak meresepkan obat cair. 

Menkes mengklaim larangan konsumsi obat cair tersebut berdampak pada penurunan kasus baru. "Sejak kita berhentikan, kita amati penurunan yang drastis dari pasien baru yang masuk ke rumah sakit," beber Budi.

Budi mencontohkan penurunan pasien gagal ginjal akut terlihat di ruangan ICU RS Cipto Mangunkusumo (RSCM). Sebelum adanya larangan penggunaan obat sirup, pasien gagal ginjal akut misterius di ruangan ICU RSCM kini tidak penuh. 

"Yang jadinya RSCM itu penuh satu tempat tidur anak di ICU bisa diisi 2 atau 3 anak, sekarang penambahan barunya sejak kita larang (penggunaan obat sirup) itu turun drastis pasien barunya," ujarnya. 

Editorial Team