Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menkes Ungkap Banyak Data Negatif COVID-19 Belum Dilaporkan, Kenapa?

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan paparan saat menghadiri rapat kerja bersama Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/1/2021). Rapat tersebut membahas ketersediaan vaksin dan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Jakarta, IDN Times - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, mengapa angka rasio kasus positif atau positivity rate kasus COVID-19 harian di Indonesia tinggi. Salah satu penyebabnya, banyak data negatif COVID-19 berdasarkan tes swab PCR belum dilaporkan.

"Jumlah datanya demikian banyak dan juga user interface atau cara memasukkan ke aplikasi kita masih rumit. Itu mengakibatkan banyak yang memasukkan data yang positif dulu. Sehingga, data yang negatifnya tidak dimasukkan. Karena menurut mereka, yang penting data yang positif agar bisa diisolasi," kata Budi seperti dilansir dari akun YouTube Kemenkes, Rabu (17/2/2021).

"Itu yang menyebabkan positivity rate-nya naik. Itu adalah salah satu hipotesa yang kami amati dan kami akan uji," kata Budi Lagi.

1. Aplikasi testing sudah diperbaiki Kemenkes

default-image.png
Default Image IDN

Atas dasar itu, kata Budi, Kemenkes sudah memperbaiki aplikasi testing itu. Harapannya, bisa mempermudah laboratorium, rumah sakit, dan fasilitas kesehatan untuk menginput laporannya.

"Bisa dengan otomatis atau bisa langsung dengan Excel. Dengan demikian kita merasa dengan masuknya lebih banyak data dan lebih lengkap termasuk data yang negatif sesudah dites itu, akan membuat positivity rate kita merefleksikan angka yang sebenarnya," ujarnya.

2. Angka positivity rate COVID-19 tinggi karena hari libur

Calon penumpang pesawat mengantre untuk mengikuti tes cepat antigen di area Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (22/12/2020) (ANTARA FOTO/Fauzan)

Positivity rate merupakan perbandingan jumlah kasus konfirmasi positif COVID-19 dengan jumlah tes yang dilakukan. Budi mengatakan, setiap hari libur, angka positivity rate memang naik.

"Karena setiap hari libur, jumlah testing-nya turun. Sehingga penyebutnya turun, positivity rate-nya naik. Kebetulan di 4 hari terakhir ini karena liburannya agak panjang, libur Imlek, makanya kemudian positivity rate naik terus," ujar Budi.

3. Setiap hari libur, jumlah testing yang dilakukan rendah

Ilustrasi tes swab (Dok. IDN Times)

Budi mencontohkan, pada hari libur yakni 1-4 Januari 2021, jumlah testing-nya rendah. Angka positivity rate-nya pun tinggi.

"10-11 Januari weekend juga positivity rate-nya naik, kemudian turun lagi. 17-18 Januari weekend, testing-nya turun dan positivity rate-nya naik,” ungkap dia.

"Karena hari libur banyak orang yang juga tidak dites. Sehingga, jumlah tesnya turun. Jumlah turunnya testing itu memang benar-benar disebabkan libur," katanya lagi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan angka positivity rate kurang dari 5 persen. Dalam empat hari terakhir, angka positivity rate COVID-19 memang tak pernah berada di bawah 25 persen.

Pada Sabtu (13/2/2021) angka positivity rate 35,5 persen, Minggu (14/2/2021) 27,8 persen, Senin (15/2/2021) 32 persen, dan Selasa (16/2/2021) 38,34 persen.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us