Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Terowongan menuju Jamarat di Mina, Makkah, Arab Saudi. (Media Center Haji/Rochmanudin)

Intinya sih...

  • Persiapan gladi pengamanan jemaah di wilayah Mina menuju Jamarat
  • Gladi dilakukan untuk melihat kondisi lapangan dan penempatan pos petugas haji
  • Skema tanazul diterapkan untuk mengurangi kepadatan tenda Mina dan meningkatkan kenyamanan jemaah

Makkah, IDN Times - Menjelang puncak haji mulai 5 Juni 2025, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi terus mematangkan persiapan. Setelah PPIH Daerah Kerja (Dakker) Makkah, giliran Daker Madinah melakukan gladi pengamanan jemaah di wilayah Mina, khususnya di jalur menuju Jamarat.

Selasa, 27 Mei 2025, sekitar pukul 11 malam waktu Arab Saudi, tim yang berjumlah kurang lebih 30 orang berangkat dari penginapan menuju Mina. Kami menumpangi beberapa minibus. Sekitar 20 menit kami tiba di Mina.

Suasananya seperti siang hari, sibuk lalu lalang kendaraan pekerja syarikah yang sedang melakukan persiapan. Ribuan tenda berwarna putih berdiri di setiap sudut, diterangi lampu-lampu di tiap tiang. Hampir semua negara punya wilayah tenda masing-masing, yang dibatasi pagar besi dan jalanan beraspal.

Usai apel 10 menit yang dipimpin Kabid Perlindungan Jemaah (Linjam) PPIH Arab Saudi, Kolonel Laut Harun Arrasyid, kami beranjak menuju terowongan Mina. Melihat langsung kondisi di lapangan dan titik-titik posko yang akan ditempati petugas haji. 

1. Menyuri terowongan Mina berkilo-kilometer

Terowongan menuju Jamarat di Mina, Makkah, Arab Saudi. (Media Center Haji/Rochmanudin)

Kami menyusuri terowongan Mina dengan berjalan kaki. Lantai terowongan menggunakan konblok. Di sisi tengah terdapat dua eskalator yang diperuntukan bagi kelompok lansia dan disabilitas, namun panjangnya hanya sekitar 15 meter. Lebar terowongan kira-kira muat untuk empat minibus.

Di bagian atas terowongan terdapat dua blower berukuran jumbo, untuk mengeluarkan hawa panas terowongan. Di kedua mulut terowongan juga terdapat kipas, untuk mendorong udara ke dalam terowongan. Di antara kedua terowongan juga terdapat posko darurat untuk ambulans dan toilet.

Sementara di kedua sisi bagian atas terpasang lampu memanjang sepanjang terowongan, sehingga terowongan terlihat terang. Di bagian sisi pinggir terdapat beberapa kran air minum yang bisa dipakai untuk minum atau isi ulang jemaah.

Tak hanya itu, di sisi tengah juga terdapat beberapa jalur evakuasi menuju terowongan sebelahnya. Meski terowongan setinggi sekitar 10 meter itu, namun kami merasakan suhu yang cukup panas. Entah settingan blower belum maksimal atau memang suhu udara malam itu yang memang cukup panas, karena rata-rata suhu udara pada malam hari di Madinah maupun Makkah 36-39 derajat celsius.

Setelah kurang lebih 1,5 kilometer berjalan, kami akhirnya sampai ujung terowongan pertama. Lanjut terowongan kedua dengan panjang kurang lebih sama. Kondisi terowongan hampir sama dengan terowongan kedua, hanya saja di ujung sisi kiri terdapat jalur evakuasi, dengan jalan menurun.

Di ujung terowongan kedua, kami tiba di pintu gerbang menuju Jamarat. Sayangnya, pintu gerbang ditutup rapat dan dijaga polisi Saudi, sehingga kami tidak bisa masuk ke tempat lontar jumrah Ula, Wusta, dan Aqaba, yang memiliki panjang sekitar dua terowongan Mina. Namun, kedua sisi Jamarat terbuka, sehingga kemungkinan besar tak sepanas di terowongan Mina.

2. Skema evakuasi jemaah haji di jalur Jamarat

Suasana tenda-tenda jemaah haji di Mina, Makkah, Arab Saudi. (Media Center Haji/Rochmanudin)

Kolonel Harun yang juga Kepala Satuan Operasional (Kasatops) Armuzna mengatakan gladi ini diikuti petugas Daerah Kerja Madinah dari unsur layanan Perlindungan Jemaah (Linjam), Media Center Haji (MCH), layanan Jemaah Haji Lansia dan Disabilitas, serta Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (PKP2JH).

Mereka tergabung dalam pos MCR (Mobile Crisis Rescue) yang akan ditempatkan pada pos 1 sampai pos 5 di sepanjang jalur lantai 3 Mina-Jamarat. Di lantai ini, PPIH akan menempatkan kurang lebih 60 personel yang terbagi menjadi 5 pos, dengan pengaturan pergantian 2 atau 3 shift.

Khusus untuk malam 10 Zulhijah, semua petugas dikondisikan berjaga tanpa ada pergantian shift. Menurut rencana, pergantian shift akan diterapkan pada 11, 12, 13 Zulhijah.

Gladi petugas di lantai tiga jalur terowongan Mina ini bertujuan untuk melihat bagaimana situasi dan kondisi lapangan serta penempatan pos, saat jemaah haji setelah mabit atau bermalam di Muzdalifah pada 9 Zulhijah, melanjutkan mabit ke Mina, kemudian bergerak ke Jamarah melalui jalur lantai tiga untuk melontar jumrah.

“Tujuan dari gladi posko atau gladi orientasi ini adalah untuk memberikan pengenalan langsung, gambaran yang sebenarnya, ketika tim akan menempati pos-pos di MCR lantai atas ini, agar bisa melaksanakan tugas dengan baik, memberikan pantauan dengan baik, dan bisa langsung menindaklanjuti ketika ada hal-hal yang dibutuhkan oleh jemaah haji sebagai pertolongan,” kata Harun.

Menurut Harun, setiap jalur lokasi penempatan di Mina memiliki tantangannya masing-masing. Karena itu, antisipasi dilakukan untuk situasi dan kondisi pada tanggal 10 Zulhijah, di mana gelombang jemaah haji dari arah Mina menuju ke jamarat diperkirakan sangat padat.

“Karena di tanggal 10 Zulhijah itu, jemaah haji semua menuju jumrah Aqabah, sehingga gelombang jemaah haji begitu besar. Antisipasi dilakukan untuk gelombang jemaah haji yang banyak masuk ke sini, jemaah haji yang membutuhkan pertolongan, atau juga terlepas dari rombongannya. Kita bisa langsung memberikan pertolongan dan bantuan, terutama bagi yang sakit, kita langsung bisa evakuasi dengan baik. Dengan adanya gladi ini, kita harapkan rekan-rekan semua bisa mengantisipasi dan bisa memitigasi,” jelasnya.

Harun juga menjelaskan skenario evakuasi jemaah, terutama bagi yang kelelahan selepas melontar jumrah atau sakit. Menurutnya, ambulans KKHI siaga di tempat, selain pelayanan kesehatan dari Kementerian Haji Arab Saudi.

Tahun ini akan ada 95 kloter yang mengambil skema tanazul, kembali lebih awal dari Mina dan menginap di hotel Makkah. Mereka akan mengambil jumrah di lantai bawah saat bergerak dari Makkah menuju Mina. Untuk itu, pengawasan dan penjagaan juga diperkuat di lantai atas maupun bawah.

“Di bawah akan kami tambah perkuatan tujuh pos, yaitu Pos Pantau Tanazul namanya, karena ada program tanazul yang tahun ini resmi diterapkan. Dan ini baru kita berlakukan sekarang. Di samping kita perkuat juga pengawasan di atas, mengantisipasi kerawanannya. Posisi 7 Pos Pantau Tanazul ini dari arah Syisyah hingga ke sektor 1 sampai sektor 5,” katanya.

Kurang lebih sepekan menjelang wukuf ini, Harun bersama tim juga melakukan sosialisasi kepada petugas, baik Satgas Arafah, Satgas Muzdalifah, maupun juga Satgas Mina, selain kepada seluruh ketua kloter.

“Agar setelah nanti menerima secara teori paparan dari Satuan Operasional Armuzna, teman-teman kita yang di kloter bisa langsung sosialisasikan juga kepada jemaah-nya. Sehingga jemaah-nya akan lebih mudah nanti bisa melaksanakan kegiatan dalam proses Armuzna, Arafah, Muzdalifah, dan Mina ini,” kata Harun.

Sementara, Tim Lansia, Disabilitas, dan Penanganan Krisis Pertolongan Pertama pada Jamaah Haji (PKP2JH) juga telah mematangkan kesiapan, terutama menghadapi potensi padatnya pergerakan di kawasan Mina dan Jamarat.

Kepala Seksi Lansia, Disabilitas, dan PKP2JH, Didit Sigit Kurniawan, mengatakan seluruh tim sudah siap siaga dengan skema khusus untuk melayani jamaah berisiko tinggi.

“Pada saat nanti Armuzna, terutama di Jamarat, Tim PKP2JH akan berkolaborasi dengan unit-unit terkait seperti Linjam, Lansia, MCH serta rumah sakit di Arab Saudi, terutama di (sekitar) Mina,” ujarnya, di Makkah, Kamis, 29 Mei 2025.

Didit menjelaskan, skema utama yang diterapkan adalah evakuasi estafet. Jemaah yang mengalami kelelahan atau butuh bantuan akan didorong dari satu pos ke pos lainnya, mulai titik 1, 2, 3, 4 dan 5.

“Di setiap pos itu nanti akan ada anggota PKP2JH, Linjam, Lansia serta MCH yang standby,” katanya.

Bagi jemaah yang masih mampu duduk, tim akan mengevakuasi menggunakan kursi roda. Namun, jika jemaah tidak bisa duduk atau kondisinya berat, mereka akan langsung diangkat dengan tandu atau ambulans jika kondisi tidak memungkinkan.

“Jika kasusnya terjadi di tengah-tengah kerumunan, kita akan sampaikan ke Askar (pasukan keamanan) setempat yang standby, untuk meminta ambulans ke rumah sakit terdekat,” kata Didit.

Didit menegaskan, ada dua rumah sakit rujukan utama bagi jemaah Indonesia adalah Rumah Sakit Mina Al Wadi. Ambulans yang digunakan sudah dilengkapi fasilitas mini-ICU, siap menangani pasien gawat darurat.

“Ambulans ini akan memecah massa dengan sirine dan didampingi Askar supaya bisa melewati jalur padat,” ungkapnya.

Meski demikian, untuk kasus kelelahan ringan, jemaah biasanya cukup dibawa ke tenda teduh untuk istirahat dan pemulihan.

“Kalau jamaahnya hanya kelelahan, biasanya kami bawa ke tempat yang teduh dulu, disiapkan di pos-pos karena di sana sangat panas,” kata Didit.

Pemerintah berharap, seluruh persiapan ini dapat memastikan jemaah haji, khususnya lansia dan disabilitas, bisa melewati puncak haji dengan aman dan nyaman.

3. Jemaah diimbau tidak keluar dari tenda di Arafah dan Mina

Tenda-tenda di Arafah disulap menjadi lebih asri untuk menyambut jemaah haji. (Media Center Haji/Andika Wahyu Widyantoro)

Kementerian Agama (Kemenag) mengimbau jemaah haji tetap di tenda selama wukuf di Arafah dan Mina. Kemenag menyebut Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi melarang jemaah haji keluar tenda kecuali keadaan darurat saat siang hari karena suhu panas ekstrem.

"Kami mendapatkan pesan dari Kementerian Haji dan Umrah Kerajaan Saudi Arabia langsung menyampaikan pada kami pesan, bahwa pada saat puncak haji nanti panasnya masih tinggi dan bahkan lebih tinggi dari pada hari ini," ujar Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kemenag Hilman Latief, saat meninjau lokasi mabit di Mina, Arab Saudi, Senin, 26 Mei 2025.

Suhu di Arab Saudi sepekan ini rata-rata 43 derajat celcius, dan diprediksi terus berada di atas 40 derajat pada siang hari beberapa hari ke depan. Wukuf sendiri dimulai sejak matahari tergelincir atau usai zuhur hingga matahari tenggelam.

Jemaah haji rencananya digerakkan ke Muzdalifah setelah magrib. Hilman mengatakan Saudi melarang jemaah berada di luar tenda selama wukuf, agar tidak terkena serangan panas atau heatstroke.

"Karena itu ada beberapa aturan baru yang nanti juga akan disampaikan lebih detail. Tapi di Arafah, yang pertama dijaga jemaah tidak keluar tenda tanpa ada kebutuhan khusus karena memang kita harapkan jemaah bisa terhindar dari heatstroke, serangan panas, itu berbahaya," ucap Hilman.

Dia mengatakan otoritas Saudi juga akan menyiapkan aturan detail terkait mabit di Mina dan lempar jumrah di Jamarat. Dia menyebut waktu melontar jumrah akan diatur secara detail agar jemaah Indonesia bisa nyaman.

"Dengan situasi tersebut, juga di Mina nanti secara detail akan disampaikan jadwal ketika mereka akan melakukan jumrah. Yang tentu saja ada berbagai modifikasi yang semua dilakukan demi keamanan dan keselamatan jemaah," ujar Hilman.

Wukuf bakal dilaksanakan pada 9 Zulhijah yang diperkirakan jatuh pada 5 Juni 2025. Setelah wukuf, jemaah akan bergerak ke Muzdalifah lalu ke Mina untuk mabit dan lempar jumrah.

Tenda wukuf di Arafah dan mabit di Mina telah dilengkapi AC dan kasur, agar jemaah nyaman. Kulkas yang akan diisi air dingin juga telah disiapkan di lokasi wukuf serta mabit.

4. Skema tanazul untuk mengurai kepadatan di Mina

Kondisi di Mina, Makkah, Arab Saudi jelang puncak haji mulai 5 Juni 2025. (Media Center Haji/Rochmanudin)

Menteri Agama Nasaruddin Umar optimistis penyelenggaraan haji 2025 akan berlangsung sukses. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah penerapan skema tanazul untuk mengurai kepadatan di Mina, sekaligus meningkatkan kenyamanan jemaah.

Skema tanazul adalah jemaah-jemaah yang tinggal di hotel sekitar Jamarat (tempat lontar jumrah) akan kembali ke penginapannya setelah tengah malam, tidak menginap di tenda Mina. Menurut Menag, jumlah jemaah yang akan mengikuti skema tanazul diperkirakan mencapai 30 ribu orang.

"Langkah skema tanazul ini kami ambil untuk mengurangi kepadatan (tenda Mina). Bahkan, lokasi hotel lebih dekat ke tempat lontar jumrah dibandingkan kemah di Mina. Ini ikhtiar kami agar jamaah lebih nyaman dan ibadah lebih lancar," kata Menag, usai sidang Isbat awal Zulhijjah di Jakarta, Senin, 27 Mei 2025.

Sebagai informasi, konsep tanazul dalam Islam menekankan pentingnya menghormati dan mempermudah orang tua atau lansia, khususnya dalam pelaksanaan ibadah haji. Melalui skema tanazul, jemaah haji lansia diberikan kemudahan, seperti pendampingan khusus, layanan kesehatan yang lebih intensif, serta kelancaran dalam proses embarkasi. 

Salah satu manfaat utama dari skema ini adalah fleksibilitas bagi jemaah lansia untuk memilih jadwal keberangkatan dan kepulangan yang sesuai dengan kondisi kesehatan mereka. 

Mengingat ibadah haji membutuhkan fisik yang prima, jadwal yang lebih fleksibel membantu lansia menghindari waktu-waktu padat dan melelahkan, sehingga mereka bisa beribadah dengan lebih nyaman.

Selain itu, skema tanazul memungkinkan lansia menyesuaikan jadwal ibadah haji mereka dengan kondisi medis, meminimalkan risiko kesehatan selama di Tanah Suci.

Mengutip laman resmi Muhammadiyah, menyebutkan tanazul diperbolehkan bagi jemaah haji yang memiliki uzur syar‘i, baik terkait kondisi fisik, seperti risiko sakit, lansia, difabel dan lansia, maupun uzur yang berkenaan dengan keadaan tempat dan kondisi pelaksanaan. Kebolehan tanazul didasari atas prinsip kemudahan, pemeliharaan agama, dan penjagaan jiwa.

5. Tragedi Mina pada 2 Juli 1990

Petugas haji saat gladi posko di terowongan Mina, Makkah, Arab Saudi, Rabu (28/5/2025). (Media Center Haji/Rochmanudin)

Musim haji memang biasa bertepatan dengan musim panas di Arab Saudi. Mengingat panas ekstrem, teringat pula tragedi Mina pada 2 Juli 1990. Peristiwa paling mematikan dalam sejarah penyelenggaraan ibadah haji, yang diperkirakan menewaskan 1.426 jemaah haji.

Tragedi itu bermula ketika terowongan al-Muaisim disesaki sekitar 50 ribu jemaah yang sedang berangkat ke tempat lempar jumrah, Jamarat. Ribuan jemaah tiba-tiba tak bisa bergerak. Sementara, mereka yang berada di Jamarat tak sanggup beranjak, hingga terjadi saling desak antar-jemaah yang menuju dan keluar dari Jamarat, yang berjarak sekitar 200 meter dari mulut terowongan.

Puluhan ribu manusia merasakan kondisi sesak dan pengap di terowongan. Oksigen terbatas dan udara pengap. Ventilasi udara kala itu diduga mati. New York Times pada 3 Juli 1990 melaporkan, jemaah haji terlibat saling dorong karena ingin menghindari panas 112 derajat Fahrenheit atau 44,44 derajat celsius.

6. Tips untuk jemaah haji saat di Arafah-Muzdalifah-Mina

Syarikah telah mempersiapkan maktab atau tenda untuk jemaah haji di Arafah, Makkah, Arab Saudi, Senin, 26 Mei 2025. (Media Center Haji)

Puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina menjadi bagian dari prosesi haji yang tidak boleh ditinggalkan jemaah, kecuali bagi yang uzur atau berhalangan. Karena itu, jemaah perlu mempersiapkan diri dengan baik, mengingat cuaca ekstrem diprediksi akan terjadi pada momen utama haji itu. 

Berikut tips untuk jemaah saat di Armuzna: 

1. Keselamatan
Patuhi waktu dan arahan petugas. Ikuti waktu melempar jumrah yang ditetapkan dan rute yang telah ditetapkan petugas haji. Gunakan alat pelindung diri seperti pakai payung, masker, kacamata, dan sendal yang nyaman.

Hati-hati di area Jamarat, perhatikan jalan yang curam, terutama tangga berjalan atau eskalator. Hindari memaksakan diri, jika kesehatan tidak memungkinkan, jangan memaksakan diri melempar jumrah. Saling peduli dan bantu sesama jemaah, terutama yang kurang mampu.  

2. Kesehatan
Banyak minum air putih, jangan lupa membawa botol air minum, terutama jika antre di toilet. Istirahat cukup, jangan tergesa-gesa berjalan menuju Jamarat dan kembali ke tenda, simpan tenaga untuk kegiatan berikutnya.  

Selain itu, bawa obat-obatan pribadi yang diperlukan dan konsumsi sesuai anjuran dokter.  Konsultasikan kesehatan dengan petugas kesehatan sebelum berangkat ke Armuzna, jika memiliki kondisi kesehatan yang berisiko. Saling menjaga, saling peduli dan menjaga antar-jemaah. 

Anjuran selama wukuf di Arafah dan Mina:
1. Memperbanyak salat sunah
2. Memperbanyak membaca Al-Quran, zikir, istighfar, salawat, dan berdoa
3. Bersyukur, bersabar, dan tawakal
4. Bermuhasabah diri
5. Tertib dan antre saat makan, di toilet, dan antre bus
6. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
7. Selalu memakai tanda pengenal
8. Berdoa untuk keselamatan bangsa dan umat Islam dunia
9. Tetap berada di tenda Arafah mulai pukul 10.00-16.00 karena suhu panas ekstrem. 

Larangan selama wukuf di Arafah dan Mina:
1. Melakukan larangan ihram seperti jemaah laki-laki memakai penutup kepala, memakai penutup wajah bagi jemaah perempuan, serta memakai wangi-wangian.
2. Melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kekhusukan seperti foto selfie berlebihan, bermain media sosial, merokok dan lain-lain.
3. Rafats, fusuk, jidal, ghibah.
4. Membuka aurat di muka umum.
5. Naik ke Jabal Rahmah.
6. Membuang sampah, pembalut dan tisu di toilet.
7. Berjalan-jalan mencari saudara, teman di tenda-tenda lain.

Editorial Team