Jakarta, IDN Times - Pemungutan Suara Ulang (PSU) di Kuala Lumpur, Malaysia, digelar pada Minggu (10/3/2024) di Putra World Trade Centre. Semula, PSU digelar dua hari yakni pada Sabtu dan Minggu.
Namun, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Hasyim Asy'ari merevisi Surat Keputusan (SK) Nomor 280 Tahun 2024 tentang Tahapan dan Jadwal PSU pada Perwakilan RI di Kuala Lumpur pada 2024. PSU dengan metode Kotak Suara Keliling (KSK) dan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) digelar dalam waktu satu hari saja.
"Berbagai macam pertimbangan dan masukan-masukan, terutama dari teman-teman yang mengetahui persis situasi yang ada di Kuala Lumpur, kemudian kami putuskan diubah menjadi PSU hanya pada satu hari yang sama itu Minggu, 10 Maret 2024, untuk metode TPS maupun KSK," ujar Hasyim di kantor KPU, Jakarta Pusat, 8 Maret 2024 lalu.
Namun, jumlah daftar pemilih tetap (DPT) luar negeri untuk PSU di Kuala Lumpur jauh menyusut dibandingkan pemilu di awal tahun. Dari semula 491.152 DPT menjadi tersisa 62.217.
Artinya, DPT Kuala Lumpur di PSU hanya 13,9 persen. Calon pemilih terdiri dari 42.372 pemilih di TPS LN dan 19.845 pemilih KSK. PSU dimulai pada pukul 08.00 waktu setempat hingga 18.00.
Direktur Migrant Care Wahyu Susilo pun memiliki kekhawatiran bahwa tingkat partisipasi WNI yang ikut di PSU sangat rendah. Salah satunya karena minimnya sosialisasi bahwa dilakukan pemungutan suara ulang pada hari ini.
"Saya juga menduga partisipasi (di PSU) akan jauh menurun. Saya tadi mewawancarai beberapa pekerja yang sedang istirahat di satu kilang di Kajang. Dia pertama menyatakan KSK tanggal 9 (Maret), jauh hari sebelum ada KSK, dia sudah mengajukan izin ke majikan. Perusahaannya juga sudah menyetujui. Kalau nanti KSK berubah menjadi tanggal 10 (Maret) berarti dia akan izin lagi. Itu akan mengurangi upah mereka. Sehingga, dia memutuskan untuk tidak datang pada tanggal 10 (Maret) ini," ujar Wahyu di sesi zoom ketika menjawab pertanyaan IDN Times, pada 9 Maret 2024 malam.
Ia menambahkan, beberapa pekerja lainnya yang ditemui di Kajang, Malaysia juga menyatakan hal serupa. Wahyu sendiri ikut memantau langsung PSU yang digelar hari ini di Malaysia.
Koordinator Staf Pengelolaan Data dan Publikasi Migran Care, Trisna Dwi Yuni Aresta juga menduga kuat, tingkat partisipasi di PSU bakal jauh menurun. Hal itu lantaran minimnya sosialisasi kepada WNI yang tinggal di Kuala Lumpur.
Meski begitu, Trisna mendorong agar panwaslu bekerja ekstra untuk memperhatikan bila ada mobilisasi massa tertentu untuk mendulang suara. Sebab, PSU di Kuala Lumpur digelar lantaran rekomendasi Bawaslu atas kericuhan pemungutan suara yang terjadi di Putra World Trade Centre pada 11 Februari 2024 lalu.