Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_5380.jpeg
Potret area proyek MRT Jakarta Fase 2A CP 201 (Stasiun Thamrin dan Monas). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Intinya sih...

  • Teknik Box Jacking Method digunakan untuk membangun underpass tanpa mengganggu jalan protokol di Merdeka Barat.

  • Metode pembangunan hanya dilakukan saat musim kering untuk menjaga fungsi kanal Gajah Mada-Hayam Wuruk.

  • Pelaksanaan teknis dilakukan secara hati-hati dan bertahap, serta MRT Jakarta optimistis bisa menyelesaikan proyek sesuai jadwal.

Jakarta, IDN Times - Pembangunan MRT Jakarta Fase 2A terus menunjukkan kemajuan. Hingga 25 Juni 2025, progres fisik proyek dari Bundaran HI menuju Kota telah mencapai 49,99 persen, sedikit lebih tinggi dari rencana semula yang ditetapkan sebesar 48,54 persen. Pembangunan ini ditargetkan rampung 2027.

Di lapangan, berbagai metode pembangunan diterapkan untuk memastikan proyek tetap berjalan tanpa mengganggu aktivitas warga, termasuk di kawasan jalan protokol dan kanal.

“Kita harus bangun di bawah tanpa harus menutup jalan, dan tanpa boleh melanggar undang-undang jalan juga,” kata Direktur Konstruksi MRT Jakarta, Weni Maulina, dalam pemaparannya di Media Fellowship Program di Wisma Nusantara, Kamis (18/7/2025).

1. Tak ganggu jalan protokol

Pembangunan jalur keluar/masuk Stasiun MRT Monas menggunakan metode box jacking. (dok. MRT Jakarta)

Weni mengungkapkan, salah satu teknik yang digunakan adalah Box Jacking Method, yaitu membangun underpass dari arah Monas ke sisi Jalan Museum, dengan mendorong struktur beton berbentuk kotak ke bawah tanah secara perlahan.

“Jadi kita bikin di bawah tanah seperti ini. Karena pesan dari pemerintah, dari Sekretariat Negara, tidak boleh mengganggu jalan protokol di Merdeka Barat,” ujar Weni.

2. Geser kanal secara perlahan

Pengoperasian Tunnel Boring Machine (TBM) saat membangun jalur bawah tanah untuk menembus Stasiun MRT Thamrin. (dok. MRT Jakarta)

Metode serupa juga digunakan saat membangun koridor penghubung di bawah kanal Gajah Mada–Hayam Wuruk. Untuk menjaga fungsi kanal, pembangunan hanya bisa dilakukan saat musim kering.

“Karena kita membangun di atas kanal, jadi kanalnya malah kita geser pelan-pelan ini hanya bisa dilakukan pada musim kering,” ungkapnya.

3. Dilakukan secara hati-hati

Pekerjaan Konstruksi entre 2 Stasiun Monas / dok MRT

Weni menjelaskan, pelaksanaan teknis dilakukan sangat hati-hati, bertahap, dan menyesuaikan kondisi di lapangan.

“Jadi nanti ada penggalian satu per satu di bawah kanal ini, jadi kita bikin dinding satu-satu bertahap. Dinding ini nanti akan menahan penggalian di sisi bawahnya,” tambah dia.

4. Optimis capai target

Direktur Konstruksi MRT Jakarta, Weni Maulina

Dari sisi koordinasi, MRT Jakarta kini mulai menerapkan Building Information Modeling (BIM) dalam proyek fase 2. Sistem digital ini memudahkan integrasi antarstasiun dan kontraktor.

“Jadi paketnya banyak, stasiunnya banyak, dan masing-masing stasiunnya harus sambung satu sama lain, tidak boleh salah, ukurannya harus akurat, koordinatnya harus benar,” terang Weni.

Dengan berbagai pendekatan teknis dan koordinasi lintas tim, MRT Jakarta optimistis bisa menyelesaikan proyek ini sesuai jadwal. Pengalaman dari fase 1, yang selesai dalam waktu 6 tahun, menjadi bekal penting.

“Progres kita di fase 1 kemarin, 6 tahun, itu cukup dipuji dari teman-teman tetangga, karena mereka juga amazed: Indonesia bikin MRT pertama, tapi bisa jadi dalam 6 tahun,” ujar Weni.

Proyek ini terdiri dari dua segmen. Segmen pertama menghubungkan Bundaran HI hingga Monas dan ditargetkan bisa beroperasi pada Desember 2027.

Adapun segmen kedua, dari Harmoni hingga Kota, ditargetkan tuntas dan mulai beroperasi penuh pada Februari 2030. Saat ini, progres segmen pertama mencapai 73,46 persen, sedangkan segmen kedua berada di angka 40,11 persen.

Editorial Team