Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Cerita Proyek MRT Jakarta: Ada Temuan Granat-Saluran Air Kuno Belanda

Rel trem kuno yang ditemukan di kawasan Kayutangan. Jalur tersebut dulu digunakan untuk angkut barang. IDN Times/Alfi Ramadana
Rel trem kuno yang ditemukan di kawasan Kayutangan. Jalur tersebut dulu digunakan untuk angkut barang. IDN Times/Alfi Ramadana
Intinya sih...
  • Ada temuan saluran air kuno peninggalan Belanda pada proyek MRT Jakarta Fase 2A.
  • Pernah juga ditemukan granat pada pembangunan MRT Jakarta Fase 1.
  • Struktur tanah berlapis pasir juga menjadi salah satu temuan yang menjadi tantangan dalam pembangunan jalur MRT Jakarta.

Jakarta, IDN Times - Proses pembangunan MRT Jakarta diwarnai berbagai temuan peninggalan masa lalu yang menyita perhatian publik. Tentunya, hal ini tak terlepas dari status Jakarta sebagai kota yang penuh sejarah.

Pada pertengahan 2021, area proyek MRT Jakarta Fase 2A, tepatnya di kawasan Glodok, ditemukan rel kereta trem kuno zaman Belanda. Kemudian, pada akhir 2021, ditemukan artefak keramik yang diperkirakan berasal dari abad 18-20 Masehi di bawah Jalan MH Thamrin serta Medan Merdeka Barat.

Lalu, pada area Stasiun MRT Kota, kontraktor juga menemukan saluran air kuno yang terbuat dari susunan bata (terakota), yang diperkirakan dibangun pada masa kolonial Belanda.

"Kami juga mendapatkan temuan saluran terakota kuno, yang ini dibangun pada zaman Belanda," kata Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda), Weni Maulina dalam fellowship media MRT Jakarta, di Jakarta, Kamis (17/7/2025).

1. MRT Jakarta panggil arkeolog UI buat meneliti saluran air kuno Belanda

Temuan rel trem kuno di kawasan Kayutangan. IDN Times/Alfi Ramadana
Temuan rel trem kuno di kawasan Kayutangan. IDN Times/Alfi Ramadana

Weni mengatakan, pihaknya memanggil arkeolog dari Universitas Indonesia (UI) untuk meneliti saluran air kuno tersebut, sehingga MRT Jakarta bisa melanjutkan pembangunan rel bawah tanah.

"Kami juga mendapatkan temuan saluran terakota kuno, ini dibangun pada zaman Belanda. Jadi, pada saat pembangunan ini, kami juga mengundang teman-teman arkeolog dari UI. Mereka, sebelum kami melakukan penggalian yang masif, lebih dulu melakukan test speed dengan cara arkeologi," ujar Weni.

MRT Jakarta melibatkan arkeolog agar pembangunan rel bawah tanah tidak merusak peninggalan sejarah tersebut.

"Karena, dari situ baru akan terlihat. Supaya tidak merusak dan lain sebagainya. Jadi, mereka melakukan penggalian dengan cara arkeologi," ujar Weni.

Weni mengatakan, saluran air kuno itu juga menjadi temuan sejarah baru yang pernah diteliti para arkeolog UI.

"Kita gak pernah tahu ada terakota itu di bawah tanah. Bahkan, arkeolog UI gak tahu ada di sana. Sudah diindikasikan, tapi tidak tahu bentuknya seperti apa. Jadi, ini temuan, yang juga sebenarnya buat teman-teman arkeolog membuka sejarah, penemuan baru," kata Weni.

2. Pernah temukan granat di pembangunan fase 1

FullSizeRender.jpeg
Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta (Perseroda), Weni Maulina. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Ternyata, pada pembangunan fase 1 (rute Lebak Bulus-Bundaran HI), kontraktor juga pernah menemukan granat. Weni mengatakan, temuan-temuan kuno itu mengharuskan MRT Jakarta untuk lebih berhati-hati dalam proses pembangunan jalur kereta.

"Ini ketemu, dan harus ditangani dengan khusus juga. Jadi, memang karena kami bekerja di bawah tanah, sangat banyak unforeseen condition yang memang terjadi gitu ya. Sehingga kami pun sudah tahu risiko itu akan terjadi," tutur Weni.

3. Temukan struktur tanah yang rentan

IMG_5380.jpeg
Potret area proyek MRT Jakarta Fase 2A CP 201 (Stasiun Thamrin dan Monas). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Selain benda kuno, pihaknya juga pernah menemukan tantangan lain dalam proses pengeboran rel bawah tanah. Weni mengatakan, pihaknya pernah menemukan struktur tanah berlapis pasir yang rentan, menyebabkan kemiringan gedung di wilayah Thamrin, Jakarta Pusat.

"Area Thamrin itu juga cukup anomali. Ada gedung yang miring, dan sebagainya kalau pernah dengar berita. Itu memang benar adanya. Ternyata memang tanahnya itu sangat heterogen di sana. Jadi, bisa ada lapisan-lapisan pasir, sandy layer," ujar Weni.

Akibat temuan itu, pihaknya harus lebih berhati-hati dalam mengebor jalur rel bawah tanah.

"Sandy layer itu enggak bagus untuk kestabilan struktur tanah. Jadi situasi dengan tanah berpasir itu memang banyak kami temui di area Thamrin. Dan itu tadi yang juga menyebabkan kenapa sih mungkin salah satunya lama membangun MRT," ucap Weni.

Dia mengatakan, setelah menemukan struktur tanah yang rentan, pihaknya tak meninggalkannya, tetapi memperbaiki struktur tanah itu agar lebih kuat, dan melanjutkan pengeboran jalur bawah tanah.

"Karena sebelum benar-benar dindingnya dipasang, kami benar-benar mengecek dulu lahannya aman, stabil. Kalau enggak aman atau enggak stabil, kami inject sesuatu. Maksudnya, kami lakukan soil improvement namanya, perbaiki dulu tanahnya, dibuat lebih rigid, barulah pasang dinding-dinding penahan tanah untuk di stasiunnya," kata Weni.

Sampai 25 Juni 2025, pembangunan MRT Jakarta Fase 2A (Bundaran HI-Kota) dengan panjang rel 5,8 km sudah mencapai 49,99 persen. Untuk pembangunan segmen 1 (Bundaran HI-Monas), progresnya sudah mencapai 73,46 persen, melampaui target sebesar 73,13 persen. Sementara itu, untuk pembangunan MRT Jakarta Fase 2A segmen 2 (Harmoni-Kota) sudah mencapai 40,11 persen, melampaui target 38,18 persen.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us