Oksigen untuk Pasien COVID-19 Langka, LaporCovid Duga Ada Monopoli

Oksigen untuk pasien COVID-19 langka sejak Juni 2021

Jakarta, IDN Times - LaporCovid-19 menyebut ribuan pasien COVID-19 meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri atau isoman di rumah, karena kekurangan oksigen. Dari data terbaru LaporCovid-19, sebanyak 2.641 pasien virus corona meninggal saat isoman. 

Salah satu pendiri LaporCovid-19, Irma Hidayana, menduga ada monopoli di balik langkanya tabung oksigen di Indonesia. Dia meminta kepada rumah sakit untuk berani mengungkap praktik monopoli itu. Bila takut, kata dia, bisa meminta bantuan lembaga bantuan hukum (LBH).

"Kami sebetulnya ingin mendorong rumah sakit yang ada di Indonesia, terutama epicentrum COVID-19, Jawa, Bali, dan pulau-pulau lainnya, untuk berani mengungkapkan jika terjadi kelangkaan oksigen kepada publik," ujar Irma dalam dikusi virtual, Minggu (25/7/2021).

Soal dugaan monopoli ini, pendiri LaporCovid-19 lainnya, Ahmad Arief mengatakan, pihaknya masih mendalami dugaan adanya monopoli tabung oksigen. Menurutnya, masih ada yang perlu diverifikasi.

"Jadi, belum bisa menyampaikan," kata Arief saat dihubungi IDN Times, Senin (26/7/2021).

Baca Juga: LaporCovid-19: Vaksin Berbayar Cari Untung di Tengah Kebuntungan

1. Sebanyak 2.641 pasien meninggal saat isoman karena kekurangan oksigen

Oksigen untuk Pasien COVID-19 Langka, LaporCovid Duga Ada MonopoliIlustrasi tabung oksigen medis (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar).

Irma mengatakan, per Minggu, 25 Juli 2021, ada 2.641 pasien isoman meninggal dunia. Mereka yang meninggal mayoritas karena kekurangan oksigen.

"Kelangkaan oksigen sudah terjadi sejak Juni pertengahan menuju akhir. Kami ingat betul karena kami membantu warga mencarikan rumah sakit. Banyak pasien yang sesak napas dan butuh oksigen, jangankan tabung oksigen, tabung yang kecil saja sulit didapatkan," katanya.

2. Pemerintah dinilai gagal tangani pandemik COVID-19

Oksigen untuk Pasien COVID-19 Langka, LaporCovid Duga Ada MonopoliIlustrasi Virus Corona. (IDN Times/Aditya Pratama)

Sementara, Ketua Yayasan Lembaga Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati mengatakan, banyaknya nyawa pasien COVID-19 yang melayang karena penanganan pandemik tidak fokus sejak awal.

"Ada nyawa yang melayang akan ada unsur pidana, bukan hanya karena melakukan tetapi juga kelalaian. Jadi pantas ada pengkajian yang serius kaitan meninggalnya ribuan pasien dengan kegagalan pemerintah melakukan penanganan," ujarnya.

3. Pemerintah dinilai ogah-ogahan saat awal pandemik

Oksigen untuk Pasien COVID-19 Langka, LaporCovid Duga Ada MonopoliIlustrasi COVID-19. (IDN Times/Aditya Pratama)

Sementara, Direktur LBH Masyarakat Afif Abdul Qoyim menyebut, kondisi saat ini seharusnya bisa diantisipasi pada awal pandemik COVID-19. Namun, pemerintah tampak 'ogah-ogahan' menangani wabah.

Menurutnya, sampai saat ini masyarakat hanya disuguhkan keputusan-keputusan yang tidak solid. Afif mencontohkan, karantina wilayah yang tidak konsisten hingga membuat rakyat menderita.

"Sejumlah tempat melaporkan akses obat-obatan sulit, oksigen tidak wajar. Jika ditarik ke hulu, atau pemerintah tidak menunjukkan perbaikan. Kebijakan saat ini tidak responsif dan sense of crisis, padahal dalam situasi saat ini perlu dilakukan terpadu dan berkesinambungan," katanya.

Baca Juga: Bertaruh Nyawa Jemput Jenazah COVID yang Meninggal saat Isoman

4. Presiden Jokowi minta semua perusahaan BUMN yang bisa produksi oksigen agar beroperasi

Oksigen untuk Pasien COVID-19 Langka, LaporCovid Duga Ada MonopoliAntrean tabung oksigen di salah satu tempat pengisian oksigen medis di Kota Yogyakarta (IDN Times/Paulus Risang

Sebelumnya, Presiden Joko "Jokowi" Widodo meminta perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bisa memproduksi oksigen agar memproduksi oksigen, untuk menyuplai krisis oksigen medis bagi pasien COVID-19 belakangan ini.

Pemerintah juga akan memberikan kemudahan impor bahan baku obat dan oksigen. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, kemudahan ini sesuai arahan Presiden Joko "Jokowi" Widodo.

"Untuk ketersediaan obat, Presiden memberikan arahan kemudahan impor bahan baku juga dipersiapkan, demikian pula obat-obatan, baik itu para perusahaan di bidang farmasi, baik itu BUMN atau swasta yang mempunyai izin impor," ujar Airlangga dalam konferensi pers dipantau You Tube Sekretariat Presiden, Minggu (25/7/2021) malam.

Selain itu, Airlangga menambahkan, pemerintah juga memberikan kemudahan untuk impor oksigen khususnya di daerah perbatasan Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara.

"Ini akan segera dibuatkan regulasi yang menyederhanakan," imbuh Airlangga.

Selain impor, pemerintah akan menggenjot produksi oksigen. Airlangga mengatakan,  sejumlah pabrik gas di sejumlah industri akan ditingkatkan.

"Ini beberapa pabrik di luar Jawa, di Batam ada pabrik gas, kemudian di beberapa wilayah industri, apakah itu di Morowali, apakah itu di Weda Bay, atau di daerah Freeport, demikian pula Kalimantan Timur di pabrik-pabrik pupuk, seluruhnya akan ditingkatkan di luar Jawa," ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan berupaya memenuhi kebutuhan oksigen untuk kebutuhan pasien COVID-19 di berbagai rumah sakit melalui kerja sama antarnegara hingga kalangan swasta.

"Kerja sama mulai dari konversi kebutuhan industri gas menjadi pemenuhan oksigen medis sampai melakukan impor oksigen," kata Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, dilansir dari ANTARA.

Menurut Nadia, kerja sama dilakukan pemerintah dengan seluruh elemen masyarakat, pengusaha, perusahaan startup, lembaga masyarakat, dan lainnya.

Topik:

  • Sunariyah
  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya