5 Bulan Beroperasi, Hasil Positive Rate Lab Unsyiah Lebihi Rasio WHO

23,6 persen hasilnya terkonfirmasi positif COVID-19

Banda Aceh, IDN Times - Laboratorium Penyakit Infeksi Universitas Syiah menjadi salah satu tempat menguji sampel swab pasien dengan metode Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) di Provinsi Aceh untuk mendeteksi Virus Corona atau COVID-19.

Diresmikan pada Mei 2020 lalu, laboratorium milik Fakultas Kedokteran itu mampu melakukan pengujian sebanyak 520 sampel dalam sehari. Hal ini tidak lepas dari dukungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang telah memberikan bantuan berupa satu unit mesin Real-Time Polymerase Chain Reaction System dengan 48 Wells beberapa waktu lalu.

Sejak saat itu, keberadaan laboratorium tersebut telah memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya memutus mata rantai COVID-19 di Aceh. Ribuan lendir atau dahak yang diambil dari hidung maupun tenggorokan pasien telah diuji.

1. Mulai Mei-Oktober, telah menguji 14.918 sampel, 23,6 persen hasilnya terkonfirmasi positif COVID-19

5 Bulan Beroperasi, Hasil Positive Rate Lab Unsyiah Lebihi Rasio WHOMinimnya pengujian COVID-19 menjadikan Argentina susah menahan persebaran infeksi. Ilustrasi (unsplash.com/CDC)

Manager Operasional Laboratorium Penyakit Infeksi Universitas Syiah Kuala, Ichsan mengatakan, sampel swab COVID-19 yang telah diuji di laboratorium hingga 5 Oktober 2020, mencapai 14.918 sampel.

Hasil uji belasan ribu sampel tersebut 23,6 persennya terkonfirmasi positif COVID-19. Angka ini terbilang tinggi

"Angka positive rate dari hasil pengujian tersebut tergolong tinggi. Dengan positive rate 23,6 persen, berarti ada 3.519 sampel yang terkonfirmasi positif COVID-19,” kata Ichsan melalui keterangan tertulisnya, Rabu (7/10/2020).

2. Kasus yang ditemukan melebihi rasio ketetapan WHO

5 Bulan Beroperasi, Hasil Positive Rate Lab Unsyiah Lebihi Rasio WHOPetugas pemakaman jenazah pasien Covid-19 di pemakaman terpadu Nenang, PPU (IDN Times/Ervan Masbanjar)

Ichsan menyampaikan, 23,6 persen hasil uji laboratorium terkonfirmasi positif COVID-19, telah jauh melampui rasio ambang batas positif yang telah ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) yaitu lima persen.

Jika rasio penyebaran COVID-19 lima persen, dikatakan, masih bisa terkendali, namun apabila kasus sudah lebih dari angka tersebut, maka pandemik sudah sulit untuk dikendalikan.

“Data ini patut menjadi perhatian kita bersama, karena semua ini menunjukkan bahwa wabah COVID-19 khususnya di Aceh semakin tak tekendali,” ucap Ichsan.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Naik, Aceh dan Banten Masuk Provinsi Prioritas

3. Angka kasus COVID-19 di Aceh bisa lebih tinggi lagi jika dilakukan uji massal

5 Bulan Beroperasi, Hasil Positive Rate Lab Unsyiah Lebihi Rasio WHOTim Swab Hunter saat melaksanakan razia dan tes swab massal. IDN Times/ Dok istimewa

Sementara itu, Rektor Universitas Syiah Kuala, Samsul Rizal mengatakan, angka positive rate dari Laboratorium Penyakit Infeksi Universitas Syiah ini bisa saja lebih tinggi jika jumlah pengujian sampel swab dilakukan lebih banyak lagi.

Bahkan, pimpinan Kampus Jantong Hatee Rakyat Aceh tersebut, mendukung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh yang beberapa waktu lalu mengusulkan perlunya uji swab secara massal di tempat keramaian.

“Untuk itu Unsyiah siap mendukung swab massal di tempat tertentu. Seperti warung-warung kopi, sehingga kita bisa mendeteksi penyebaran COVID-19 ini,” ucap Samsul Rizal.

4. Swab massal diperlukan untuk mencegah penyebaran COVID-19

5 Bulan Beroperasi, Hasil Positive Rate Lab Unsyiah Lebihi Rasio WHOTenaga medis melakukan tes usap (swab test) terhadap warga saat tes usap massal di Kecamatan Mamajang, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (26/9/2020). (ANTARA FOTO/Arnas Padda)

Swab massal dianggap perlu, sebab rektor Universitas Syiah Kuala menilai, kasus hari ini banyak orang-orang yang sebenarnya positif Corona namun mereka tidak menyadarinya karena mereka tidak memiliki gejala (OTG).

Padahal, ditambahkan Samsul Rizal, mereka tidak bergejala ini kemudian pulang ke rumahnya dan bertemu dengan orang tua yang memiliki riwayat komorbid atau orang-orang memiliki penyakit bawaan.

“Kalau kita lihat persentase yang meninggal, yang paling tinggi adalah darah tinggi, kencing manis, jantung dan paru. Maka kita perlu mewaspadai COVID 19,” ujar rektor Universitas Syiah Kuala itu.

5. COVID-19 di Aceh mencapai 5.252 kasus

5 Bulan Beroperasi, Hasil Positive Rate Lab Unsyiah Lebihi Rasio WHOSimulasi uji coba vaksin/ dok Kemkes

Sehubungan dengan itu, terkait total kasus COVID-19 yang telah terkonfirmasi di Aceh hingga 7 Oktober 2020, telah mencapai 5.252 kasus. Data tersebut berdasarkan situs resmi milik Dinas Kesehatan Provinsi Aceh.

Total pasien yang masih menjalani perawatan maupun isolasi mandiri, 1.858 orang dan telah sembuh 3.189 orang, serta meninggal dunia 205 orang.

Baca Juga: Baru Sembuh COVID-19, Pejabat Aceh Tenggara Tertangkap Pesta Narkoba

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya