Nonton Wayang, Sekjen PDIP: Tokohnya Tidak Berambisi Kekuasaan

Jakarta, IDN Times - Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menonton wayang kulit yang digelar oleh Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan ANRI pada Jumat (27/10/2023) malam.
"D sini ada tiga satria yang saling memperebutkan, satu adalah Lesmana, kedua Raden Samba, dan ketiga Abimanyu. Ketiganya memiliki karakter berbeda, tetapi memiliki keteguhan jiwa, kerendahan hati, dan tidak menempatkan kekuasaan sebagai ambisi, itu yang dapat menerima wahyu,” ujar Hasto di Gedung Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan ANRI, Jakarta Barat, Jumat (27/10/2023).
1. Relevan dengan situasi politik saat ini

Dalam kesempatan itu, Hasto menyebut pagelaran wayang itu sudah digelar beberapa bulan lalu. Menurutnya, alur cerita yang dipilih rupanya relevan dengan situasi politik saat ini.
“Ternyata dengan apa yang terjadi saat ini, ini menjadi satu refleksi kehidupan tentang makna kekuasaan itu. Tentang makna wahyu yang hanya bisa berdiam dalam diri seorang pemimpin, apabila pemimpin ini betul-betul kepemimpinannya untuk rakyat, bangsa, dan negara,” kata dia.
2. Wahyu bisa berpisah

Hasto mengatakan, sejatinya wahyu tidak bisa disalahgunakan untuk melanggengkan kekuasaan. Bila itu terjadi, wahyu bisa berpindah dari sang penguasa.
“Ketika wahyu itu disalahgunakan untuk kepentingan yang lebih sempit, apalagi kepentingan pribadi, apalagi dengan kesombongan, maka wahyu ini bisa berpindah,” ucap dia.
3. Gelaran wayang kulit merupakan cerita aspek kehidupan

Lebih lanjut, Hasto mengatakan, gelaran wayang kulit yang diadakan di ANRI ini merupakan cerita dari aspek kehidupan. Sehingga, masyarakat sejatinya bisa memaknai lebih dalam cerita-cerita wayang kulit dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Karena wayang itu menampilkan seluruh aspek kehidupan, tentang penyalahgunaan kekuasaan, tentang sosok satria yang komitmen dengan rakyat kecil, yang digambarkan oleh Semar, Gareng, Petruk dan Bagong,” imbuhnya.