Presiden pertama RI Sukarno (Repro Buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat)
Siapa yang tak kenal Bung Karno. Keberaniannya pada kolonial bahkan diakui dunia. Karena itu, ia beberapa kali diasingkan pemerintahan Belanda lantaran dianggap menantang mereka.
Pada 29 Desember, Sukarno bersama Gatot Mangkupradja, Maksun, dan Supriadinata ditangkap pemerintah Belanda karena dicurigai melakukan kegiatan menentang kolonial.
Mereka dijatuhi hukuman empat tahun penjara di Bandung, Jawa Barat. Kendati, masa hukuman Sukarno di ruang TA 01 lantai 2, Penjara Sukamiskin, Bandung, tidak sampai empat tahun.
Lalu, pada Juli 1933, Sukarno yang menjadi anggota Partai Indonesia (Partindo) ditangkap kembali oleh pemerintah Hindia Belanda, dengan tuduhan agitasi anti-pemerintah, sehingga dibuang lagi ke Ende, Flores.
Di sana, Sukarno menderita malaria akut yang hampir membunuhnya. Thamrin yang mengajukan protes ke Volksraad berujung pada perhatian Den Haag, hingga akhirnya Sukarno dipindahkan ke Bengkulu pada 1937-1938.
Tak hanya itu, pada 19 Desember 1948, Yogyakarta yang kala itu menjadi ibu kota Indonesia berhasil ditaklukkan Belanda dengan Operasi Kraai atau Agresi Militer Belanda II. Presiden Sukarno dan wakilnya Bung Hatta ditangkap pada saat itu.
Setelah 12 hari sejak 22 Desember 1948, mereka diasingkan di rumah bekas perwira militer Belanda di Berastagi. Di sini lah Sukarno bertemu Syahrir dan Haji Agus Salim, saat dipindahkan ke Parapat, Sumatra Utara. Di tepi Danau Toba ini, Sukarno menghabiskan waktu pengasingan sekitar dua bulan.