Jakarta, IDN Times - Lonjakan kasus COVID-19 membuat fasilitas kesehatan tidak mampu menampung pasien COVID-19. Akibatnya, banyak pasien yang harus menjalani perawatan isolasi mandiri.
Namun, tak sedikit pasien isoman yang tidak tertolong. Berdasarkan data LaporCovid-19 tercatat ada 2.963 pasien yang meninggal saat isoman sampai Selasa (3/8/2021).
Di tengah situasi pandemik yang kian memprihatinkan, tidak sedikit masyarakat mempertanyakan kehadiran BPJS Kesehatan, yang semestinya memberikan pelayanan dan pengawasan bagi peserta BPJS Kesehatan yang menjalani isoman.
Sementara, Manajer Program Lokataru Foundation, Mirza Fahmi, mengungkapkan meninggalnya ratusan pasien isolasi mandiri dipicu oleh kolapsnya fasilitas kesehatan. Namun, kondisi ini dibikin makin runyam dengan absennya pengawasan dan pelayanan kesehatan yang seharusnya tetap dapat diberikan ketika faskes sudah kolaps.
"Absennya pelayanan bagi warga yang isoman disebabkan oleh tidak memaksimalkan pelayanan telemedicine (layanan dokter jarak jauh). Parahnya, Pemerintah baru dapat mengaktifkan layanan telemedicine baru terlaksana pada tanggal 7 Juli 2021, ketika Kementerian Kesehatan melakukan kerja sama dengan 11 platform telemedicine," ujarnya dalam siaran tertulis dalam laman lokataru.id, Sabtu (7/8/2021).
Menurut Mirza selama ini pemerintah dan Satgas COVID-19 tidak bertindak strategis dalam menangani COVID-19. Misalnya, memberdayakan BPJS Kesehatan untuk memastikan alur maupun skema pelayanan telemedicine.
Sehingga warga yang sedang isoman tidak perlu khawatir terhalang biaya demi memperoleh screening kondisi tubuh, pasokan obat-obatan serta vitamin.
“Seharusnya hal ini bisa dari jauh-jauh hari teratasi kalau BPJS Kesehatan kita sedikit berguna. Hingga pandemi berlangsung lebih dari 1 tahun, tak ada lagi peran yang dilakukan BPJS Kesehatan selain menjadi verifikator klaim biaya rumah sakit yang menangani COVID," katanya.