Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_9182.jpeg
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon setelah menghadiri diskusi publik draf penulisan buku sejarah Indonesia di UI

Intinya sih...

  • Penulisan sejarah Indonesia ditargetkan selesai saat HUT RI ke-80

  • Direncanakan selesai dalam rangka 80 tahun Indonesia merdeka, tanpa harus tepat pada tanggal 17 Agustus 2025

Jakarta, IDN Times - Kementerian Kebudayaan RI melakukan diskusi publik terkait penulisan ulang buku sejarah Indonesia, pada Jumat (25/7/2025), di kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat. Kegiatan ini dilakukan guna menjaring berbagai masukan dari pemangku kepentingan. Saat ini, prosesnya sudah mencapai 80 persen dan ditargetkan selesai pada HUT ke-80 RI.

“Kita ingin menulis sejarah Indonesia karena penulisan sejarah Indonesia ini belum updated, belum ada pemutakhiran kembali,” kata Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon.

1. Direncanakan selesai dalam rangka 80 tahun Indonesia merdeka

Menteri Fadli Zon bersama tim penyusun penulisan ulang sejarah Indonesia

Fadli Zon menyampaikan, penulisan sejarah diharapkan akan selesai dalam rangka 80 tahun Indonesia. Meski tidak harus tepat pada tanggal 17 Agustus 2025.

“Ini adalah momentum yang baik, 80 tahun Indonesia merdeka. Jadi, mudah-mudahan ini bisa menjadi hadiah 80 tahun Indonesia Merdeka,” kata dia.

Penulisan ulang sejarah ini menjadi kontroversi karena diklaim tidak menampung sejarah Indonesia secara keseluruhan, melainkan hanya bagian-bagian utama. Menurut Fadli Zon, penulisan ulang sejarah Indonesia justru dimasukkan seluruhnya sehingga membutuhkan setidaknya 100 jilid.

2. Masa kepemimpinan Jokowi masuk dalam sejarah Indonesia

Menteri kebudayaan, Fadli Zon saat membuka diskusi publik terkait penulisan ulang sejarah Indonesia

Penulisan ulang sejarah tersebut akan memuat sejarah masa kolonial, awal terbentuknya nusantara, hingga masa pemerintahan presiden.

“Untuk penulisan buku sejarah ini, termasuk sampai masa pemerintahan terakhir Pak Joko Widodo,” kata Fadli Zon.

Sementara, penulisan sejarah terkait konflik etnis yang pernah terjadi di Indonesia dikemas sebagai bentuk upaya reflektif terhadap masa lalu agar generasi mendatang dapat belajar dari peristiwa yang terjadi tanpa mengulang kesalahan serupa.

3. Diklaim tidak ada sejarah yang ditutupi

Tiga editor utama penulisan sejarah Indonesia

Tiga editor utama penulisan ulang sejarah indonesia menekankan, tidak ada fakta yang akan ditutup-tutupi  dalam penulisan sejarah yang dilakukan, melainkan bersifat inklusif dan diklaim banyak fakta-fakta baru yang dihadirkan.

“Dengan fakta-fakta baru ini, memungkinkan buku ini untuk memperluas cakrawalan historiografis, baik secara tematis, misalnya ada sejarah perempuan, sejarah lingkungan, sejarah maritim, kemudian juga secara biografis,” kata Editor Utama Penulisan Sejarah Indonesia, Singgih Tri Sulistiyono.

Editorial Team