Dua Perempuan Ini Siap Mendaki Puncak Everest, Apa Saja Persiapannya?

Jakarta, IDN Times - Mendaki gunung bukanlah hal mudah. Kondisi fisik dan mental sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendakian. Itulah yang akan dihadapi oleh Fransiska Dimitri Inkiriwang (24) dan Mathilda Dwi Lestari (24), dua gadis tangguh dari Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) yang akan mengibarkan bendera Merah Putih di puncak tertinggi dunia: Gunung Everest. Berbagai persiapan mereka lakukan demi melakukan misi terakhir dalam rangkaian Seven Summit.
1. Melatih mental

Walaupun telah mendaki 6 gunung tertinggi di dunia, Fransiska mengaku selalu ada ketakutan setiap akan memulai pendakian baru. Namun, dia selalu mengelola ketakutan tersebut untuk menjadi kewaspadaan.
"Kami belum pernah merasakan atmosfer di Everest. Berdasarkan informasi yang kami himpun, di sana ada yang gak berhasil pulang. Banyak mayat tertinggal karena agak sulit dibawa pulang. Jadi mau gak mau pasti nanti kami nemu mayat. Oleh sebab itu, kami mengatasi ketakutan dengan terus melatih fisik dan mental," ujar Fransiska saat ditemui IDN Times di Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta, Kamis (29/3).
2. Selalu berpikir positif

Penyakit yang sering dialami para pendaki gunung adalah Acute Mountain Sickness (AMS), yakni penyakit yang muncul karena tubuh tak bisa beradaptasi dengan ketinggian. Hal itu biasanya terjadi di atas ketinggian 2500 mdpl. Saat oksigen mulai berkurang, perut akan terasa mual, tak nafsu makan, dan tak bisa tidur.
"Itu adalah gejala yang harus diwaspadai. Gimana mencegahnya? Ya kami harus naik turun pelan-pelan, perbanyak asupan makanan bergizi untuk recovery. Dan yang tak kalah penting adalah tetap berpikir positif," ujar Fransiska.
3. Pulang dengan selamat adalah tujuan utama

Sementara itu, Mathilda menyebut tujuan utama dari sebuah pendakian bukanlah menggapai puncak tertinggi, melainkan pulang dengan selamat. Sebab, menjaga diri sendiri selama perjalanan adalah hal utama dalam setiap perjalanan.
"Tantangan terberat adalah menghadapi ketinggian yang lebih tinggi dari enam gunung sebelumnya. Jadi, enam gunung yang berhasil kami daki adalah latihan untuk mendaki Everest," ujar Mathilda.
Menurut dia, persiapan mendaki Gunung Everest sudah dilakukan sejak 2014. Dia dan Fransiska mulai mencicil alat, mengumpulkan uang, dan melatih mental dari setiap gunung yang didaki.
"Pihak keluarga juga ikhlas dan selalu kirim doa dalam setiap perjalanan kami. Mudah-mudahan kami sukses, lancar, bisa pulang dengan selamat," ujarnya.
Dalam empat tahun terakhir, Fransiska dan Mathilda berhasil mencapai enam puncak tertinggi, yakni Gunung Carstensz Pyramid (4.884 mdpl), Gunung Elbrus (5.642 mdpl), Gunung Kilimanjaro (5.895 mdpl), Gunung Aconcagua (6.962 mdpl), Gunung Vinson Massif (4.892 mdpl), dan Gunung Denali (6.190 mdpl).
4. Tidak membawa masalah ke gunung

Menurut Mathilda, salah satu tips sukses mendaki adalah tidak membawa masalah ke gunung. Selama empat tahu terakhir, Mathilda dan Fransiska tinggal dalam satu rumah kontrakan di Bandung. Mereka mengakui terkadang bertengkar saat emosi tak stabil.
"Tetapi kami biasanya menyelesaikan semua masalah di Bandung. Gak papa marah-marah, nangis, yang penting selesai saat itu juga. Kalau di lapangan masih marahan, kan, ganggu pendakian," tuturnya.
Dua gadis tangguh yang telah menempuh kuliah 7 tahun tersebut tak menyesal lantaran kuliah dalam waktu lama. Tiga tahun dihabiskan untuk ilmu akademis, sementara 4 tahun dihabiskan untuk belajar langsung di alam dan membawa nama baik Indonesia di setiap pendakian. Mereka yang tergabung dalam tim The Woman of Indonesia's Seven Summits Expedition Mahitala Unpar (WISSEMU) pun selalu memotivasi para anak muda untuk menorehkan prestasi sesuai bidang yang diminati.
5. Pemerintah akan memfasilitasi para pendaki tangguh

Staf Khusus Presiden RI Diaz Hendropriyono mengungkapkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyambut baik kegiatan positif tersebut. Dia berharap WISSEMU dapat menjadi role model bagi generasi perempuan Indonesia berikutnya. Pemerintah Indonesia juga telah menghubungi Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok maupun KJRI Indonesia di Kathmandu, Nepal terkait misi menggapai puncak Everest.
"Ke depan, kami akan mencari pemuda-pemudi berprestasi. Kebanyakan dari mereka kesulitan dalam pendanaan. Kami akan berusaha memfasilitasi," tutur Diaz.