Perlu Pendekatan Khusus Tangani Radikalisme di Kampus

Jakarta, IDN Times - Pendekatan dalam memberantas radikalisme di lingkungan pendidikan seperti perguruan tinggi tentu harus berbeda dengan di tempat lain pada umumnya. Hal itu disebabkan untuk terus menciptakan suasana yang konduktif bagi para mahasiswa yang ada disana.
Hal tersebut seperti disampaikan oleh rektor terpilih Universitas Brawijaya (Unibraw), Nuhfil Hanani dalam diskusi yang diselenggarakan di Aula Sekretariat Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK), Kalibata. “Jadi saya mohon kepada Bapak Kapolri yang dalam kesempatan kali ini diwakili, bahwa pendekatan yang dilakukan seharusnya berbeda,” ujarnya.
Nuhfil mengatakan bahwa kasus yang menyeret Universitas Brawijaya masuk dalam daftar kampus yang terpapar radikalisme itu terjadi di luar lingkungan kampus. "Itu kasus bukan di kampusnya tapi diluarnya. Itulah yang saya terima dari masyarakat,” jelasnya.
1.Perlunya pendekatan sosiologi dalam penanganan radikalisme di kampus

Nuhfil Hanani menyampaikan penanganan tindak radikalisme perlu melakukan pendekatan yang berbeda. Dalam hal ini pendekatan sosiologi menjadi hal yang penting untuk dilakukan.
“Hanya ingin mengingatkan kepada pihak kepolisian bahwa pendekatan yang dilakukan mungkin harus berbeda dengan cara yang di luar. Pendekatan sosiologi itu penting,” jelasnya.
2.Jangan sampai membuat keributan

Dalam melakukan penyelidikan terhadap tindak radikalisme, ada baiknya aktivitas tersebut tidak menimbulkan keributan di dalam lingkungan kampus apalagi sampai membuat kegaduhan. Komunikasi bisa dilakukan secara langsung kepada pihak kampus untuk penanganan lebih lanjut.
“Pendekatannya jangan sampai ke press dulu. Kalau bisa di-silent supaya pendekatan tersebut lebih mudah dilakukan dan tidak menimbulkan keributan di lingkungan kampus. Kabar yang berkembang sekarang ini seakan-akan membuat Unibraw sarangnya radikalisme,” jelasnya.
3.Pendekatan psikologi bagi mereka yang bermasalah

Nuhfil juga menyarankan agar mahasiswa yang bermasalah dilakukan penanganan dengan melakukan pendekatan secara psikologis. Karena para mahasiswa tersebut harus dibina dan jika terpapar dengan ideologi tersebut maka harus segera diselamatkan.
“Pendekatan dari kampus juga terus dilakukan. Pendekatan yang diberikan jangan sampai kaku. Supaya proses itu sendiri bisa lebih mudah,” katanya.