Sukses Produksi D-100, Pertamina Siap Produksi Green Energy Lainnya 

Pertamina juga terus mengembangkan green energy seperti B-30

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya menghasilkan bahan bakar nabati (BBN) dengan mendayagunakan sumber daya alam domestik untuk membangun ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional. Karena itu, PT Pertamina (Persero) terus berupaya menghadirkan inovasi-inovasi yang dapat berdampak luas bagi Tanah Air.

Hal tersebut dibuktikan Pertamina yang sukses memproduksi Green Diesel (D-100) melalui pengolahan minyak sawit 100 persen. Pertamina pun siap memproduksi green energy lainnya, seperti Green Gasoline dan Green Avtur dari kilang dalam negeri, pada tahun-tahun mendatang.

“Pertamina menyampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah dan semua pihak agar Pertamina terus mengembangkan green energy, seperti B-30 dan B-50, serta D-100. Pertamina telah menyelesaikan penyiapan kilang dan katalis merah putih, yang nantinya akan dilanjutkan dengan kajian keekonomian” ujar Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, di sela-sela kunjungan ke fasilitas pengolahan RBDPO di Kilang Dumai, Riau, Rabu (15/7).

1. Pertamina yang pertama mengolah minyak sawit menjadi Green Gasoline di dunia

Sukses Produksi D-100, Pertamina Siap Produksi Green Energy Lainnya IDN Times/Pertamina

Saat kunjungan ke Kilang Dumai, Wakil Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Budi Santoso Syarif, mengatakan saat ini Pertamina tengah mengembangkan BBN lain berbahan sawit, yaitu Green Gasoline dan Green Avtur, selain memproduksi Green Diesel.

“Untuk Green Gasoline, Pertamina sudah melakukan uji coba sejak 2018, 2019, dan 2020 di Kilang Plaju dan Cilacap. Namun, uji coba tersebut baru mampu mengolah minyak sawit RBDPO sebesar 20 persen, sedangkan uji coba mengolah minyak sawit menjadi Green Avtur akan dilakukan di akhir tahun 2020 juga di Kilang Cilacap,” ungkapnya.

Menurut Budi, walaupun uji coba Green Gasoline yang dilakukan Pertamina baru mampu mengolah minyak sawit sebesar 20 persen,hal tersebut merupakan yang pertama di dunia mengingat mengolah minyak sawit menjadi Green Gasoline belum pernah dilakukan dalam skala operasional.

“Mengolah minyak sawit menjadi Green Diesel sudah dilakukan juga oleh beberapa perusahaan lain di dunia. Namun, mengolah minyak sawit menjadi Green Gasoline belum pernah dilakukan di dunia dan Pertamina adalah yang pertama karena selama ini hal tersebut masih sebatas skala laboratorium untuk riset,” jelasnya.

2. Pertamina akan terus mendayagunakan sumber daya alam domestik

Sukses Produksi D-100, Pertamina Siap Produksi Green Energy Lainnya IDN Times/Pertamina

Selain Dumai, Pertamina juga akan membangun Standalone Biorefinery di Cilacap dengan kapasitas 6.000 barel per hari dan Standalone Biorefinery di Plaju dengan kapasitas 20.000 barel per hari. Kedua Standalone Biorefinery tersebut kelak akan mampu memproduksi Green Diesel maupun Green Avtur dengan berbahan baku 100 persen minyak nabati.

Budi menambahkan, tantangan ke depan, Pertamina tidak hanya mengembangkan green energy dari CPO atau sawit, tetapi juga dari sumber daya lainnya, seperti algae, gandum, dan sorgum. Pertamina akan terus mendayagunakan segala sumber daya alam domestik untuk mendukung kemandirian dan kedaulatan energi nasional.

Sekarang ini, lanjut Budi, Pertamina terus berusaha untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada di Indonesia dengan mengoptimalkan market yang ada dalam negeri karena cukup besar. Mengolah kelapa sawit menjadi bahan bakar memiliki total kandungan dalam negeri (TKDN) yang amat tinggi dan berpotensi mengurangi defisit transaksi negara karena sawit adalah bahan baku domestik yang transaksinya dilakukan dengan mata uang rupiah. Dengan begitu akan berdampak positif pada pertumbuhan perekonomian nasional.

3. Pertamina menargetkan penghematan devisa sebesar Rp63,4 triliun pada 2020

Sukses Produksi D-100, Pertamina Siap Produksi Green Energy Lainnya Ilustrasi cadangan devisa (IDN Times/Arief Rahmat)

Sebagaimana diketahui, Pertamina telah menggunakan fatty acid methyl ester (FAME) untuk program biodiesel sejak 2006 hingga 2017. Selama 11 tahun, penyerapan FAME mencapai 9,2 juta KL. Pada 2018, Pertamina menjalankan Program B-20 dengan penyerapan FAME sebesar 3,2 juta KL yang pencampurannya dilakukan di 69 lokasi. Melalui program B-30, pada 2019, penyerapan FAME meningkat tajam sebesar 5,5 juta KL dan pada 2020 ditargetkan meningkat menjadi 8,38 juta KL.

Implementasi program B-20 dan B-30 pada 2019 telah menghemat devisa negara sebesar Rp43,8 triliun dan pada 2020 Pertamina menargetkan penghematan devisa sebesar Rp63,4 triliun dengan serapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang. 

“Seiring berjalannya waktu terdapat trend shifting pada penggunaan bahan bakar, yaitu semula bahan bakar fosil perlahan bergeser ke bahan bakar terbarukan. Pola pemenuhan energi nasional pun mengalami perubahan dari sebelumnya mengandalkan foreign supply menjadi domestic supply. Untuk itu, kita harus terus berupaya memaksimalkan dalam hal pemberdayaan dan pengelolaan sumber daya lokal yang kita miliki,” pungkas Budi.

Topik:

  • Marwan Fitranansya

Berita Terkini Lainnya