21 Ribu Orang Tandatangani Petisi Selamatkan Kebun Raya Bogor

Petisi tersebut menentang konsep wisata laser glow

Jakarta, IDN Times – Sebanyak 21.477 telah menandatangani petisi untuk menyelamatkan Kebun Raya Bogor di situs https://www.change.org/ per Sabtu (9/10/2021).

Petisi tersebut menolak konsep wisata laser bertema Glow yang diterapkan di Kebun Raya Bogor, yang dianggap dapat mengganggu ekosistem, konservasi, dan kepentingan riset.

“Perubahan Tatanan Kebun Raya Bogor sudah ke luar Tupoksi Kebun Raya dan semakin jauh dari marwah Kebun Raya,” bunyi petisi tersebut, sebagaimana dikutip IDN Times, Sabtu.

“Program GLOW membuat atraksi sinar lampu di waktu malam, berpotensi merubah keheningan malam Kebun Raya. Nyala dan kilau lampu dikhawatirkan akan mengganggu kehidupan hewan dan serangga penyerbuk,” lanjutnya.

Baca Juga: Termasuk Bogor, Ini 10 Kebun Raya dengan Spot Instagramable di Asia

1. Banyak tuai kritik

21 Ribu Orang Tandatangani Petisi Selamatkan Kebun Raya BogorSuasana Kebun Raya Bogor pada Sabtu (9/10/2021). (IDN Times/Uni Lubis)

Rencana pemasangan lampu sorot di Kebun Raya Bogor tersebut sebelumnya telah menuai kritik dari banyak pihak, salah satunya yakni Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr. Melani Abdulkadir Sunito. Ia mengatakan bahwa rencana pemasangan lampu sorot untuk atraksi wisata malam akan memberikan tekanan lingkungan tambahan bagi Kebun Raya Bogor.

Ia bahkan mengatakan aktivitas-aktivitas yang memberi tekanan tersebut tidak cuma datang dari lampu glow, tapi juga jalan gico yang disemen dan sebagainya.

“Tapi semua perubahan adalah tekanan yang kemudian dari luar dan kemudian ini ada lagi dari dalam,” kata Melani dalam Webinar Arsitektur Lanskap IPB: Apa Kata Mereka Tentang Kebun Raya di Jakarta, September lalu.

“Saya agak khawatir bahwa ekosistem ini akan runtuh seperti jerami diletakkan di keledai yang sangat keberatan dengan segala bebannya,” lanjut Melani, seperti dikutip dari ANTARA.

2. Tanggapan Wali Kota Bogor

21 Ribu Orang Tandatangani Petisi Selamatkan Kebun Raya BogorSuasana Kebun Raya Bogor pada Sabtu (9/10/2021). (IDN Times/Uni Lubis)

Wali Kota Bogor Bima Arya juga meminta pengelola Kebun Raya Bogor untuk menghentikan operasional wisata malam glow tersebut sampai ada hasil penelitian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan IPB University.

Permintaan tersebut disampaikan Bima Arya di Balai Kota Bogor pada akhir September lalu setelah berdialog dengan pengelola KRB dari PT Mitra Natura Raya (MNR).

Bima Arya menyampaikan kepada pengelola KRB ada surat dari para ahli botani, mantan pimpinan KRB, yang menyatakan keberatan terhadap rencana operasional wisata malam di kawasan konservasi tumbuhan tersebut.

Bima Arya meminta agar BRIN dan IPB University melakukan kajian ilmiah terkait wisata malam di KRB yang memanfaatkan lampu-lampu sorot, dikhawatirkan dapat mengganggu habitat tanaman dan ekosistem yang ada.

“Wisata malam itu di stop dulu sampai ada hasil kajian para ahli BRIN dan IPB University. Hasil kajian ilmiah ini sangat penting sebagai landasan untuk memutuskan, apakah wisata malam itu bisa dioperasikan atau tidak,” katanya.

Bima Arya juga menugaskan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Deny Wismanto untuk membantu mengoordinasikan BRIN dan IPB, melakukan kajian tersebut.

Baca Juga: 10 Kebun Raya Terindah di Dunia, Serasa Berada di Dunia Fantasi 

3. Tanggapan BRIN

21 Ribu Orang Tandatangani Petisi Selamatkan Kebun Raya BogorSuasana Istana Bogor pada Sabtu (9/10/2021). (IDN Times/Uni Lubis)

Menanggapi ini, BRIN memastikan lima fungsi Kebun Raya Bogor yakni konservasi, penelitian, edukasi, wisata, dan jasa lingkungan, tetap berfungsi secara seimbang dan proporsional.

“Kelima fungsi itu dipastikan berjalan secara seimbang, proporsional, dan berjalan bersamaan. Jadi tidak benar fungsi wisata akan mengalahkan fungsi konservasi,” kata Pelaksana tugas Direktur Kemitraan Riset dan Inovasi BRIN Hendrian di Kebun Raya Bogor dalam keterangan di Jakarta, Jumat (1/10/2021).

Hendrian menuturkan BRIN menjamin tidak ada satu fungsi kebun raya itu mengalahkan fungsi lainnya. BRIN juga terus melakukan optimalisasi infrastruktur yang ada di kebun raya agar kegiatan riset dan konservasi serta fungsi yang lain dapat berjalan lebih optimal.

Ia mengatakan pengelolaan kebun raya dilakukan oleh tiga pihak, yakni Pusat Riset Konservasi Tumbuhan Kebun Raya untuk mengelola riset dan periset, Deputi Infrastruktur melalui Direktorat Laboratorium dan Kawasan Sains dan Teknologi untuk mengelola laboratorium riset, dan Deputi Infrastruktur melalui Direktorat Koleksi dan untuk melakukan pemeliharaan koleksi.

Senada dengan Hendrian, Pelaksana tugas Deputi bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN Yan Rianto menuturkan hingga saat ini tidak ada bangunan tambahan di area GLOW.

Yan mengatakan inovasi GLOW yang ada di Kebun Raya Bogor itu bukan satu-satunya di dunia, melainkan banyak negara yang telah memiliki inovasi serupa, seperti di Desert Botanical Garden (Phoenix, Arizona), dan Singapore Botanic Gardens (Singapura).

Inovasi serupa juga sudah diimplementasikan di Fairchild Tropical Botanic Garden (Miami, Amerika Serikat), Atlanta Botanical Garden (Atlanta), dan Botanical Garden Berlin (Jerman).

“GLOW sebagai program eduwisata yang inovatif ini terinspirasi dari berbagai kebun raya di luar negeri yang telah membuka wisata malam lebih dulu. Beberapa negara sudah lebih dulu memiliki program wisata malam di kebun rayanya,” ujarnya.

Baca Juga: 10 Pilihan Tempat Wisata di Cianjur, Ada Air Terjun hingga Kebun Raya 

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya