Gibran-Bobby Unggul di Pilkada: Lahir Politik Dinasti Baru Klan Jokowi

Suara Gibran dan Bobby unggul di Pilkada 2020

Jakarta, IDN Times - Kiprah menantu dan putra sulung Presiden Joko "Jokowi" Widodo dalam ajang pemilihan kepala daerah (pilkada) tahun ini turut menjadi sorotan media asing. Bahkan, mereka menyebut mulai tercipta dinasti baru di dunia politik Tanah Air. 

Laman Bloomberg, Selasa, 8 Desember 2020 melaporkan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, memulai karier politik dengan maju sebagai calon Wali Kota Surakarta, Solo. Jejak politik Gibran pun hampir sama dengan sang ayah pada 2005. Mulai dari jabatan wali kota Solo.

Sementara, menantu Jokowi, Bobby Nasution, maju di pilkada 2020 sebagai calon Wali Kota Medan, Sumatra Utara.

Pembentukan dinasti politik itu semakin mendekati kenyataan ketika beberapa lembaga survei merilis hasil quick count atau hitung cepat menyebut keduanya berhasil memenangkan pilkada 2020.

Menurut dosen tamu di Institut Asia, Universitas Melbourne Abdil Mughis Mudhoffir, Bobby dan Gibran bisa dengan mulus meraih tiket sebagai kandidat, tak lepas adanya sosok Jokowi. Bahkan, keduanya didukung partai pemenang pemilu 2019, PDI Perjuangan. Kader PDIP yang sudah lama malah tak mendapat restu maju sebagai kandidat wali kota Solo. 

"Bila mereka hanya warga atau politikus biasa, maka mereka tidak akan memperoleh tiket itu dengan mudah. Dengan begini, maka keluarga Jokowi ikut bergabung di dalam klub dinasti politik yang sudah ada. Mereka berebut kekuasaan dan sumber daya yang ada," ungkap Abdil kepada Bloomberg

Ia menyebut masuknya dua anggota keluarga Jokowi menunjukkan kondisi politik di Indonesia akan tetap sama. "Atau bahkan lebih buruk, karena dinasti dan nepotisme adalah suatu hal baru yang dianggap normal," tutur dia. 

Baca Juga: Gibran Klaim Raih 85 Persen Suara di Pilkada Solo

1. Gibran-Teguh menang telak dari Bajo menurut hitung cepat dua lembaga survei

Gibran-Bobby Unggul di Pilkada: Lahir Politik Dinasti Baru Klan JokowiGibran Rakabuming Raka (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)

Hasil hitung cepat dari dua lembaga survei, Charta Politika dan Voxpol Center, menunjukkan perolehan suara pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa menang telak atas pesaingnya, Bagyo Wahyono-Suparjo FX (Bajo).

Berdasarkan hasil survei Charta Politika pada Rabu (9/12/2020) sore, Gibran-Teguh meraih suara 87,15 persen, sedangkan Bagyo-Suparjo meraih suara 12,85 persen dari total suara 100 persen yang masuk.

Jika berdasarkan hasil Voxpol Center per Rabu (9/12/2020) sore, Gibran-Teguh meraih suara 86,65 persen, sedangkan Bagyo-Suparjo meraih suara 13,34 persen dari total suara 100 persen yang sudah masuk.

Dilansir ANTARA, menurut hasil hitung cepat yang dilakukan Posko Pemenangan DPC PDIP Kota Surakarta, pasangan Gibran-Teguh juga sukses mengungguli Bagyo-Suparjo. Gibran-Teguh meraih suara sebanyak 172.705, unggul 85,07 persen dari Bagyo-Suparjo.

Ketua Tim Pemenangan Gibran-Teguh, Putut Gunawan, memprediksi jika pun ada perubahan angka, tidak akan ada pergeseran yang signifikan. Hal ini mengingat keunggulan Gibran-Teguh sudah di atas 60 persen.

"Kalau sudah di atas 60 persen pergeseran, ya, sudah tidak signifikan," ujar Putut.

Putut mengungkapkan hingga Rabu sore, suara yang masuk berasal dari 930 TPS, sedangkan total TPS di kota Solo sebanyak 1.231. Ia juga melihat ada penurunan tingkat kehadiran pemilih pada Pilkada kali ini.

Menurut evaluasi yang dilakukan timnya, Putut melihat pada pelaksanaan Pilkada sebelumnya, kehadiran pemilih sekitar 81 persen. Sedangkan untuk Pilgub, kehadiran pemilih sekitar 73 persen.

Sedangkan pada Pilkada kali ini, kehadiran pemilih hanya sekitar 60-65 persen. Hasil ini jauh dari target yang direncanakan oleh tim Pemenangan Gibran-Teguh.

"Hasil ini jauh di bawah target yang kami rencanakan, tetapi usaha sekuat apa pun akhirnya Allah SWT yang menentukan. Harus diterima dengan rasa syukur, tentu akan dijadikan evaluasi untuk hal-hal teknis," ujar Putut.

Gibran sendiri mengaku tidak terlalu mempermasalahkan angka yang ada. Menurutnya, yang penting Pilkada Solo berlangsung aman dan nyaman.

"Ya, untuk masalah angka akan kami evaluasi, yang penting Pilkada berlangsung aman. Apa pun itu, ini Pilkada yang tidak seperti biasanya, kita melakukan Pilkada di tengah pandemi. Pasti partisipasi publik datang ke TPS sedikit turun," ujar Gibran.

2. Bobby-Aulia unggul di Pilkada Medan versi hitung cepat tiga lembaga survei

Gibran-Bobby Unggul di Pilkada: Lahir Politik Dinasti Baru Klan JokowiDPP PDIP telah mengumumkan pasangan bakal calon Wali Kota Medan-Wakil Wali Kota Medan yang akan diusung pada Pilkada Medan, yakni M Bobby Arif Nasution dan Aulian Rachman, pada Selasa (11/8/2020). (IDN Times/Indah Permata Sari)

Pasangan calon Wali Kota Medan Bobby Afif Nasution-Aulia Rachman unggul sementara dari hasil hitung cepat Pilkada 2020 dua lembaga, Median dan Jawa Pos Group. Menantu Presiden Joko Widodo itu unggul dari rivalnya Akhyar Nasution-Salman Alfarisi.

"Dua lembaga survei hitung cepat atau quick count, Median dan Jawa Post Grup. Hasil menunjukkan Bobby dan Aulia lebih unggul," kata Juru Bicara Timses Bobby-Aulia, Ikrimah Hamidy di Posko Pemenangan Jalan Putri Hijau, Medan, Rabu (9/12/2020).

Hasil hitung cepat Median diklaim sudah 100 persen data yang masuk. Dari data survei itu, perolehan suara pasangan Akhyar-Salman yakni 44,9 persen dan Bobby-Aulia 55,1 persen.

Sementara, hasil survei Jawa Pos Grup, data masuk sudah 95,14 persen. Di mana paslon Akhyar-Salman 45,9 persen, sedangkan Bobby-Aulia 54,05 persen.

"Bagi kita data itu relatif pergerakan suara, jadi sangat kecil sekali ada perubahan. Apalagi data dari saksi kita di lapangan, datanya juga tidak jauh dari kedua lembaga survei itu," jelasnya.

Sementara, dari hasil hitung cepa lembaga survei Populi Center sementara, pasangan Bobby-Aulia unggul atas pesaingnya, Akhyar-Salman.

Dari total suara yang sudah masuk sebesar 83,5 persen hingga pukul 16.12 WIB, pasangan Bobby-Aulia memperoleh suara 54,18 persen. Sedangkan, pasangan Akhyar-Salman memperolah 45,82 persen.

Gibran-Bobby Unggul di Pilkada: Lahir Politik Dinasti Baru Klan JokowiSejumlah keluarga pejabat maju Pilkada 2020 (IDN Times/Mardya Shakti)

3. Politik dinasti menjadi 'tantangan'

Gibran-Bobby Unggul di Pilkada: Lahir Politik Dinasti Baru Klan JokowiANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

Pengamat Politik dan Kebijakan Publik Dadang Darmawan Pasaribu mengatakan, hasil hitung cepat memang bisa menjadi acuan masing-masing pasangan calon atau paslon. Tapi para paslon harus menghormati keputusan resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).

“Polling yang dilakukan beberapa lembaga survei di Kota Medan yang menunjukkan kemenangan Bobby-Aulia, lebih kurang di angka 55 persen dan Akhyar-Salman 45 persen kalau kita ambil rataannya,” kata Dadang, kepada IDN Times, Rabu (9/12/2020) malam.

“Tidak perlu ada euforia dari semua pihak dan tidak perlu juga ada upacara atau pernyataan yang mengganggu kondusifitas kita di Kota Medan,” lanjut dia.

Menurut Dadang, menjaga kondusifitas adalah sikap paling elegan yang harus ditunjukkan dari masing-masing kubu. Sehingga para pendukung tetap bisa menahan diri.

“Semua pasangan setidaknya menyimpan dokumen-dokumen rekapitulasi, supaya bisa mempertanggungjawabkan dan menyikapi hasil dari polling beberapa lembaga hingga malam ini,” ungkapnya.

Dadang kembali mengingatkan masyarakat supaya tetap menunggu hasil resmi dari KPU. Meskipun, kata dia, sangat kecil potensi berbalik angka dari hasil hitung cepat yang ada.

“Saya kira tidak akan berbalik angka. Kalau margin error 3 persen dengan selisih 8 persen, itu sudah bisa dinyatakan menang. Tapi kembali lagi. Tetap hormati pengumuman resmi,” katanya.

Jika pun dicocokkan dengan angka yang ada dalam rekapitulasi internal masing-masing Paslon, selisih hasil hitung cepat juga tidak akan berbeda jauh. “Karena pasti masing-masing kubu juga sudah memulai real count malam ini,” ujar Dadang.

Memang tak disangkal lagi Bobby merupakan menantu Jokowi dan masuk dalam lingkaran politik dinasti. Namun, menurut Dadang, ini seharusnya menjadi tantangan ke depan jika kelak mereka ditetapkan menjadi Wali Kota Medan.

“Politik dinasti itu juga dalam tanda petik adalah tantangan tersendiri bagi kita. Apakah politik dinasti ini benar menyengsarakan atau membawa perubahan. Itu pertanyaan krusial untuk Solo dan Medan. Walaupun saya melihat bahwa politik dinasti tidak berhubungan dengan baik buruk kepemimpinan suatu daerah. Baik buruk kepemimpinan kembali ke pribadi masing-masing,” katanya.

Menurut dia masyarakat tinggal melihat ke depan, apakah Bobby di Medan dan Gibran di Solo bisa menunjukkan kualitas pribadinya dalam memimpin daerah. “Kita masih punya peluang melihat keduanya sesuai janji yang disampaikan kepada masyarakat. Ini tantangan besar bagi keduanya, karena mereka berdua lahir dari previlege yang tidak kecil dari Jokowi sebagai presiden."

"Jadi tinggal membuktikan, apakah politik dinasti ini memang seperti yang disampaikan secara negatif, atau justru bisa membalikkan bahwa politik dinasti bisa membawa perubahan,” pungkas pengajar di Universitas Sumatera Utara (USU) ini.

4. Dinasti politik tak melulu jelek

Gibran-Bobby Unggul di Pilkada: Lahir Politik Dinasti Baru Klan Jokowi(Presiden Joko "Jokowi" Widodo dan Ibu Iriana Jokowi) ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Sementara, Pengamat Politik dari FISIP Universitas Diponegoro Teguh Yuwono menilai kemenangan yang diraih Gibran-Teguh bukanlah sesuatu yang mengagetkan. Sebab, Gibran yang diusung PDIP dengan massa yang dominan di Solo bisa menang dengan mudah di Kota Bengawan, sebagai basis partai kepala banteng moncong putih itu. 

"Siapa pun yang diusung PDIP di Solo pasti menang. Karena partainya punya massa yang sangat dominan, maka kemenangan Gibran tidak jadi hal yang mengagetkan buat masyarakat," ungkapnya kepada IDN Times, Rabu (9/12/2020).

Teguh menyebut, Gibran sebagai anak presiden juga diuntungkan dengan pamor sang ayah semasa menjadi Wali Kota Solo selama dua periode. Jokowi yang populer selama memimpin Solo dianggap mampu memengaruhi sisi psikologi warga Solo, untuk mencoblos gambar anaknya di bilik suara. 

"Gibran yang jadi putra presiden sekaligus anak mantan Walikota Solo bisa mempengaruhi psikologi para pemilih. Jadi kemenangan Gibran jauh hari sudah diduga semua orang. Apalagi kan keberhasilan Jokowi di Solo tidak bisa dilupakan oleh wong Solo begitu saja," ungkapnya.

Justru, menurut Teguh, ini jadi tantangan sekaligus beban berat bagi Gibran saat memimpin Kota Solo. Teguh memperkirakan pengusaha katering itu pasti dituntut warga Solo agar bisa menuai kesuksesan seperti ayahnya.

"Dan proses kepemimpinan turunan dari ayahnya bagi saya itu bukan sebuah politik dinasti. Soalnya secara hukum dan politik siapa pun berhak mencalonkan diri jadi pemimpin. Ya itu sah sah saja," ujarnya.

"Toh politik dinasti gak melulu jelek kok. Sistemnya bisa juga jadi hal yang bagus seperti keluarga Bush memimpin Amerika Serikat. Sudah gak relevan sekarang bicara politik dinasti," imbuh Teguh. 

5. Jokowi membantah ada upaya membangun politik dinasti

Gibran-Bobby Unggul di Pilkada: Lahir Politik Dinasti Baru Klan JokowiInstagram/@jokowi

Gibran sempat mempertanyakan tudingan publik kepada dirinya soal dinasti politik, setelah ia ditunjuk sebagai bakal calon Wali Kota Solo 2020 dari PDI Perjuangan pada awal jelang Pilkada 2020.

Menurut Gibran, Pilkada adalah sebuah ajang kontestasi politik yang bisa diikuti oleh siapa pun. Di situ, masyarakat bisa memilih calon kepala daerah sesuai dengan kriteria yang mereka kehendaki.

Oleh sebab itu, Gibran menegaskan tidak ada jaminan dirinya akan menang dalam pesta rakyat tersebut, sekali pun ia menyandang predikat sebagai seorang anak presiden.

"Jadi, ya saya kan ikut kontestasi bisa menang bisa kalah, tidak harus diwajibkan memilih saya, bisa dipilih bisa tidak. Ya saya kan ikut kontestasi, bisa memang bisa kalah, bisa dicoblos bisa tidak. Jadi, tidak ada kewajiban untuk mencoblos saya,"kata Gibran dalam diskusi daring berjudul "Anak Muda Berpolitik, Siapa Takut?" yang diselenggarakan oleh PDI Perjuangan, Jumat (24/7/2020).

“Ini kan kontestasi bukan penunjukan, jadi kalau yang namanya dinasti politik di mana dinasti politiknya? Saya juga bingung kalau orang bertanya seperti itu,” katanya, menambahkan.

Bapak dua anak itu menjelaskan, selama satu tahun belakangan ia kerap melakukan sosialisasi kepada masyarakat Solo terkait apa yang dimaksud dengan dinasti politik. Ia menilai, saat ini masyarakat Solo telah mengerti dengan baik apa yang dimaksud dengan dinasti politik tersebut.

“Di Solo itu masyarakatnya sudah ngerti kok apa itu dinasti politik. Dan ya itu tadi setiap kali saya blusukan, warga menerima saya dengan tangan terbuka. Kalau yang masih meributkan dinasti politik itu kan kita tahu orang orangnya siapa, dan yang diributkan itu-itu saja,” ujarnya.

Gibran menjelaskan, tujuan dirinya menjadi kepala daerah adalah untuk mengabdi dan membesarkan kota kelahirannya tersebut.

Pria yang dikenal sebagai pengusaha di dunia kuliner itu mengatakan, jika hanya menjadi pengusaha, maka hanya sedikit orang yang bisa menikmati perubahan yang dilakukan oleh dirinya. Oleh seba itu ia memberanikan diri maju pada Pilkada Solo 2020.

“Tetapi kalau saya masuk ke politik, yang bisa saya sentuh kalau di Solo ya 500 ribuan orang yang bisa saya sentuh melalui kebijakan-kebijakan saya,” tuturnya.

Awal Desember 2019, Presiden Jokowi juga menanggapi soal isu politik dinasti yang ia bangun. Dia mengatakan keputusan putra sulungnya, Gibran dan menantunya, Bobby, terjun ke politik adalah kewenangan mereka berdua.

Jokowi juga menyebutkan keputusan keduanya maju ke politik tak ada intervensi darinya dan semua keputusan berada di tangan rakyat.

"Kan sudah saya sampaikan bolak-balik. Bahwa itu sudah menjadi keputusan. Tanyakan langsung ke anaknya," kata Jokowi di Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated, Kamis (12/12/2019).

Terkait dengan tudingan Jokowi ingin membangun dinasti politik, mantan Wali Kota Solo itu pun membantah. Ia mengatakan majunya Bobby dan Gibran karena kehendak masing-masing, bukan penunjukan.

"Ini kompetisi bukan penunjukan. Beda. Tolong dibedakan," ujar Jokowi.

Jokowi menegaskan pemilihan kepala daerah adalah kompetisi. Ada yang menang, ada juga yang kalah. Sehingga Gibran dan Bobby harus berusaha bila ingin memenangkan kompetisi tersebut.

"Itu kan sebuah kompetisi. Kompetisi bisa menang, bisa kalah," ucapnya.

Meski pencalonan Gibran dan Bobby erat dikaitkan dengan Jokowi, namun pria kelahiran Solo itu tetap menyerahkan segala keputusan kepada rakyat. Ia menuturkan, biarkan rakyat yang memilih.

"Terserah rakyat yang memiliki hak pilih. Siapa pun punya hak pilih dan dipilih. Ya kalau rakyat gak memilih, gimana," ujar Jokowi.

 

Laporan Sandy Firdaus Verified, Santi Dewi, Fariz Fardianto, Prayugo Utomo 

Baca Juga: Golput Unggul di TPS Tempat Bobby Nasution Memilih Pilkada Medan

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya