Menjajal LRT Jabodebek di Jam Sibuk, Semringah Bin Norak!

Bye-bye kemacetan...

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo akhirnnya meresmikan operasional LRT Jabodebek, Senin (28/8/2023), setelah beberapa kali tertunda. Ini jadi momen yang saya nanti-nantikan, bahkan mungkin bagi jutaan warga yang tinggal di Bekasi, Depok, dan sekitarnya. Kita sudah muak dengan kemacetan. Berjam-jam waktu habis di perjalanan.

Sore harinya setelah Presiden Jokowi meresmikan beroperasinya LRT, saya tak sabar ingin menjajal transportasi massa itu. Mumpung masih masa uji coba, harga tiket juga masih flat Rp5 ribu. Saya mengajak dua teman sekantor yang kebetulan tinggal di wilayah Depok, tapi batal karena mereka masih harus menuntaskan pekerjaannya.   

Sekitar pukul 17.00 WIB, saya akhirnya pulang sendiri setelah izin ke atasan saya. Tujuan saya adalah Stasiun LRT Harjamukti, Cimanggis, Depok. Dimulai dengan berjalan kaki sekitar 15 menit dari kantor saya di kawasan Jalan Gatot Seobroto, Jakarta Selatan, menuju halte TransJakarta.

Tepat pukul 17.20 WIB, saya sudah berada di bus TransJakarta tujuan Pinang Ranti. Sudah bisa ditebak, Senin sore penumpang penuh sesak. Pintu hampir tak bisa ditutup, saking penuhunya penumpang. Boro-boro duduk, berdiri saja susah. Ini sudah menjadi makanan sehari-hari saya sebagai pengguna bus TransJakarta. 

Baca Juga: Drama di Balik Suksesnya LRT Jabodebek, Luhut Sebut Banyak Masalah

1. Transit lebih mudah dari halte TransJakarta ke Stasiun LRT

Menjajal LRT Jabodebek di Jam Sibuk, Semringah Bin Norak!Jembatan Stasiun Cikoko LRT Jabodebek (IDN Times/Rochmanudin)

Saya sengaja memilih naik LRT dari Stasiun Cikoko, Cawang. Saya ingin mencoba merasakan hilir mudik pengguna transportasi massa di stasiun ini, karena di sini menjadi titik temu antara penumpang kereta rel listrik (KRL) dari Stasiun Cawang dengan pengguna bus TransJakarta, sekaligus penumpang LRT Jabodebek.

Pukul 17.45 WIB, saya tiba di Stasiun Cikoko. Hilir mudik penumpang terbilang biasa saja. Normal. Mungkin masih banyak yang belum menggunakan LRT. Entah mereka takut harus membayar tiket lebih mahal, atau karena mereka belum tahu LRT mulai beroperasi.

Yang jelas, saya tidak harus sampai mengantre panjang seperti naik bus TransJakarta. Dari halte TransJakarta menuju Stasiun LRT butuh sekitar lima menit untuk menyeberang jembatan. Tapi sebelum menyeberang, saya harus tap out TransJakarta.

Usai menyeberang jembatan, saya harus menuruni anak tangga, dan setelahnya baru tap in Stasiun LRT Cikoko. Oh ya, di stasiun ini juga ada beberapa mesin top up buat penumpang yang mau mengisi ulang saldo kartu pembayaran. Bisa uang tunai atau dompet digital. Sama seperti yang biasa tersedia di halte TransJakarta. Untuk mengisi dengan uang tunai, pecahan nominal mulai Rp10 ribu, Rp20 ribu, Rp50 ribu, hingga Rp100 ribu.

Sebelum tap in, petugas LRT sudah siap membantu. Mereka menanyakan tujuan saya. Saya pun diarahkan ke peron atau jalur 1, sisi paling kiri. Saya kembali harus menaiki anak tangga. Saking semangatnya, tidak terasa harus naik turun anak tangga. Selang lima menitan, LRT muncul dari arah Kuningan. Bak selebritas lewat, banyak penumpang merekam momen kedatangan LRT sembari siap-siap memasuki gerbong.   

2. Semringah lepas dari kemacetan sore hari

Menjajal LRT Jabodebek di Jam Sibuk, Semringah Bin Norak!Stasiun Harjamukti LRT Jabodebek (IDN Times/Rochmanudin)

Begitu pintu gerbong terbuka, saya dan penumpang lain bergegas masuk. Nyes... pendingin ruangan begitu terasa dingin. Tentu, karena masih baru. Meski hanya tersisa ruang untuk berdiri, tapi masih relatif nyaman. Saya masih bebas bergerak.

Setelah penumpang semua masuk, LRT pun melaju. Ada rasa semringah bercampur norak. Badan seperti melayang, dibawa terbang di atas hiruk jalanan ibu kota yang penuh kemacetan.

Sayang, riuh penumpang tiba-tiba memecah suasana sore itu. Suara operator salah saat LRT mendekati Stasiun Cawang. LRT yang kami tumpangi seharusnya tujuan Harjamukti, bukan Jati Mulya, Bekasi. Seorang ibu panik, khawatir salah jurusan.

"Ini ke Bekasi atau Harjamukti?" tanya perempuan paruh baya itu.  

"Gak bu, itu salah. Error itunya," jawab penumpang lain.

"Jadi ini trial and error, ya," gurau penumpang lain yang duduk di samping perempuan itu.

"Gak apa-apa nanti juga ke arah Harjamukti kok. Itunya aja yang error," timpal wanita muda yang berdiri di samping ibu berkerudung itu, berusaha menenangkan.

Tak hanya perempuan paruh baya itu. Dua perempuan muda yang duduk persis di depan saya juga menyita perhatianku. Setengah badan mereka terus berbalik ke arah jendela. Sesekali mereka bergantian menunjuk-nunjuk objek di luar sana. 

Dua perempuan berseragam putih bertuliskan BUMN itu terlihat semringah. Seolah sama seperti apa yang saya rasakan, bahagia bebas dari kemacetan.

"Bye-bye macet," tulis saya untuk caption unggahan video kemacetan di akun media sosial.

3. Terasa nyaman saat perjalanan

Menjajal LRT Jabodebek di Jam Sibuk, Semringah Bin Norak!LRT Jabodebek (IDN Times/Rochmanudin)

Bekerja sambil di perjalanan mungkin sudah menjadi kebiasaan sebagian besar masyarakat di kota-kota besar. Termasuk saya. Bukannya sombong, tapi gak ada pilihan. Dari pada terjebak macet berjam-jam, mending buat bekerja atau melakukan hal yang bermanfaat melalui ponsel pintar. 

Tapi gak selalu bisa. Itu cuma cita-cita saya. Apalagi saat naik transportasi umum seperti TransJakarta saat jam sibuk. Gangguannya biasanya penumpang penuh sampai-sampai sulit bergerak atau kepala pusing. Pusingnya bisa lantaran macem-macem, perut kosong, bus ndut-ndutan karena macet, atau bau aneka ragam aroma. 

Saya biasanya bisa bekerja di bus TransJakarta saat penumpang sepi dan bisa duduk. Ujung-ujungnya kalau gak bisa, ya bermedsos ria atau paling banter drakor atau dengerin musik.

Nah, saat menjajal LRT hampir sama seperti KRL. Relatif stabil saat melaju. Saya bisa bekerja dari ponsel meski berdiri tanpa berpegangan. Wuih, akrobat! 

Tapi itu membahayakan diri saya dan penumpang lain. Gak boleh! Saya hanya ingin mencoba kestabilan LRT saat melaju. Guncangan agak terasa saat kecepatan relatif tinggi, terutama saat melintasi antara Stasiun Kampung Rambutan dan Harjamukti.

Oh ya, dari Stasiun Cikoko ke Harjamukti, sementara ini ada beberapa stasiun yang dilalui dan sudah beroperasi, antara lain Stasiun TMII, Kampung Rambutan, dan Ciracas. Perjalanan LRT berjalan mulus, tidak ada gangguan.

Baca Juga: Jokowi Ajak Warga Pakai LRT, Singgung Jakarta Kota Termacet

4. Ada tiga kantung parkir

Menjajal LRT Jabodebek di Jam Sibuk, Semringah Bin Norak!Stasiun Harjamukti LRT Jabodebek (IDN Times/Rochmanudin)

Sekitar pukul 18.15 WIB, LRT yang saya tumpangi tiba di tujuan akhir, Stasiun Harjamukti. Sebelum keluar, jangan lupa kita diminta tap out kartu pembayaran. Sebagian penumpang, termasuk saya, masih saja mengabadikan momen ini dengan ponsel pintarnya.

Hati-hati saat turun dari Stasiun Harjamukti, jangan berebut. Karena ada dua tangga. Yang pertama agak pendek, yang terakhir agak panjang dan curam. Kebetulan kemarin turun hujan, sehingga banyak penumpang duduk di lantai stasiun hingga anak tangga. Mereka menunggu hujan reda atau ada juga yang menunggu jemputan dari ojek online.

Dari Stasiun LRT Harjamukti menuju tempat parkiran di Taman Wiladatika, saya harus berjalan kaki sekitar 15 menit. Melintasi trotoar yang cukup lebar dan nyaman. Sebetulnya ada tempat parkir tak jauh dari stasiun, cuma saya kadung parkir di sana.

Satu lagi kantong parkir di mal Cibubur Junction, yang lebih dekat ketimbang Wiladatika. Bahkan, ada akses khusus berupa terowongan di bawah jalan, sehingga tak perlu repot menyeberangi jalan yang ramai kendaraan.

Terlepas dari kekurangan yang ada, LRT membuat saya girang bisa pulang lebih cepat ke rumah tanpa bermacet-macetan. Setidaknya, gak bikin betis saya pegel karena lama berdiri.

Semoga pemerintah bisa lebih bijak lagi menetapkan tarif LRT Jabodebek, supaya gak bikin kantong jebol, tapi mendorong pengguna kendaraan pribadi beralih ke transportasi massa, dan semakin berkurang polusi udara! 

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya