Atasi Ketergantungan Impor, UI Siap Kembangkan Ventilator Sendiri

Semua bahan baku ventilator ini diproduksi di dalam negeri

Depok, IDN Times - Selain alat pelindung diri (APD), perlengkapan lain yang saat ini krisis ketersediaannya di berbagai rumah sakit di Indonesia yang menangani pasien COVID-19 adalah ventilator. Ventilator sendiri adalah alat bantu pernapasan untuk pasien yang terinfeksi, mengingat virus corona menyerang paru-paru dan mengakibatkan penderitanya kesulitan bernapas.

Saat ini, tim peneliti dari Universitas Indonesia sedang mengembangkan alat ventilator berbahan lokal yang diklaim lebih terjangkau harganya dibanding produk impor. Nantinya, ventilator ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan ventilator bagi rumah sakit di Indonesia di tengah pandemik COVID-19.

Tim ini merupakan kolaborasi dari para peneliti di Fakultas Teknik UI (FTUI), Fakultas Kedokteran UI (FKUI), Rumah Sakit UI (RSUI), Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta Jurusan Teknik Elektromedik, dan RSUP Persahabatan Jakarta.

1. Ventilator dibuat menggunakan bahan dalam negeri

Atasi Ketergantungan Impor, UI Siap Kembangkan Ventilator SendiriVentilator buatan Universitas Indonesia (Dok. Humas UI)

Ventilator itu diberi nama COVENT-20, yakni akronim dari Ventilator Transport Lokal Rendah Biaya Berbasis Sistem Pneumatik.

Dekan FKUI Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH.,MMB mengatakan dalam praktiknya ada 2 tipe ventilator yaitu ventilator yang digunakan di ruang ICU dengan mode lengkap dan ventilator transport yang biasanya hanya 1 mode dan bisa digunakan dalam kondisi darurat.

“Tim ini fokus pada ventilator transport, karena beberapa hal: ketersediaan spare part lokal lebih banyak, PDP dan pasien positif COVID-19 yang mengalami gagal napas membutuhkan ventilator transport untuk perjalanan dari rumah ke rumah sakit, serta mode ventilasi yang dapat diatur,” katanya dalam rilis Humas UI yang diterima IDN Times, Senin (7/3).

Dalam keterangan tertulis juga dijelaskan terkait mode ventilasi COVENT-20, yang ternyata menggunakan dua mode, pertama sistem mode Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) untuk pasien PDP yang biasanya masih sadar, jadi hanya perlu dibantu diberikan oksigen ke paru-paru.

“Jadi, mudah dioperasikan sehingga aman bagi PDP mau pun pasien positif Covid-19 untuk perjalanan dari rumah atau ruangan observasi ke ruangan isolasi,” kata Dr. Basari, S.T., M.Eng selaku Ketua Tim Ventilator UI.

Sedangkan mode Continuous Mandatory Ventilation (CMV), dia melanjutkan, digunakan untuk pasien positif COVID-19 dengan gejala pneumonia berat yang tidak dapat mengatur pernapasannya, sehingga perlu dikontrol dengan mode CMV. Ventilator ini juga dilengkapi Positive End Expiratory Pressure (PEEP).

Baca Juga: Ilmuwan UI: COVID-19 Mereda Paling Cepat Mei, Tergantung Pemerintah 

2. Ventilator yang diklaim memiliki harga lebih murah dari produk impor

Atasi Ketergantungan Impor, UI Siap Kembangkan Ventilator Sendirift.com

Keberadaan alat ventilator hasil kreasi anak negeri ini, Basari mengatakan, bagai oase di tengah kebutuhan selama ini yang bergantung pada impor.

“Saat ini di Indonesia ada sekitar 70-an distributor ventilator yang dapat memasok 231 jenis/tipe ventilator impor. Dengan kondisi pandemik COVID-19 yang melanda seluruh dunia, terjadi keterbatasan stok ventilator impor. Sementara belum ada ventilator lokal produksi asli Indonesia yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri,” ucapnya.

Senada dengan Basari, Dekan FTUI Dr. Ir. Hendri D.S. Budiono, M.Eng juga menuturkan alat ini bisa jadi alternatif dalam memenuhi kebutuhan ventilator di Indonesia, karena biaya produksinya yang lebih hemat dan ramah lingkungan. Dia juga menegaskan biaya pembuatan COVENT-20 lebih rendah bila dibandingkan dengan tipe ventilator transport komersial yang tersedia saat ini.

“CONVENT-20 memiliki ventilasi multimode, hemat energi dengan baterai lithium ion, memiliki bentuknya ringkas dan sederhana, pengoperasian yang mudah, serta menggunakan filter bakteri sehingga aman digunakan baik untuk PDP dan mau pun pasien positif COVID-19,” ucapnya.

3. Krisis ventilator di rumah sakit rujukan COVID-19 di Indonesia

Atasi Ketergantungan Impor, UI Siap Kembangkan Ventilator Sendirimedplushealth.ca

Tim peneliti juga mengungkapkan data Maret 2020, jumlah rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebanyak 2.867 rumah sakit dengan 8.413 ventilator. Jumlah ventilator terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat (1.215 ventilator untuk 364 rumah sakit) dan DKI Jakarta (1.071 ventilator untuk 190 rumah sakit).

Sejak Maret 2020, jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan secara signifikan. Sementara itu, rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat di Indonesia semakin banyak membutuhkan ventilator.

“Diperkirakan dalam bulan April ini dibutuhkan tambahan 400-500 Ventilator,” kata Basari dkk.

Saat ini Tim Ventilator UI telah menyelesaikan proses kalibrasi awal COVENT-20 di perusahaan Kalibrasi PT Medcalindo dengan hasil yang menjanjikan.

Tahapan selanjutnya adalah pengujian di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK), dan uji klinis di RSUI sebelum pengurusan izin produksi dan izin edar dari Kementerian Kesehatan dan produksi massal.

Baca Juga: ITS Ciptakan Robot Ventilator Murah, Bantu Penanganan Pasien COVID-19

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya