Jakarta, IDN Times - Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal hadir sebagai saksi dalam sidang kasus berita bohong dengan terdakwa Ratna Sarumpaet di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (9/4).
Dalam persidangan, Said membeberkan kronologi mulai dari panggilan telepon Ratna Sarumpaet hingga pertemuan Prabowo Subianto dengan Ratna Sarumpaet yang dihadiri Fadli Zon dan Amien Rais.
Said Iqbal mengatakan dirinya bertemu dengan Ratna Sarumpaet pada 28 September 2018. Sebelummya Ratna, melalui stafnya, telah dua kali menghubungi Said melalui telepon.
Pada pembicaraan pertama di telepon, Ratna meminta Said datang ke rumahnya. Namun Said menolak karena sudah larut malam. Namun pada panggilan telepon kedua, Said menyatakan bersedia hadir.
"Karena rasa kemanusiaan saya datang," kata Said di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (9/4).
Said mengatakan pertemuan dengan Ratna Sarumpaet berlangsung pada pukul 23.30 WIB. Saat pertemuan tersebut, Ratna menunjukkan tiga foto wajah lebamnya yang saat itu ia akui karena dianiaya.
"Setelah masuk rumah, Ratna menunjukkan foto lebam, saya sarankan visum," ujar Said.
Said juga mengakui ada perbedaan wajah Ratna saat bertemu dengan yang ditunjukkan difoto. Namun dia tidak bertanya kapan foto itu diambil.
Belakangan diketahui foto itu diketahui merupakan hasil operasi plastik Ratna pada 21-24 September 2018 di RS Khusus Bedah Bina Estetika.
"Waktu ketemu sudah agak baik," katanya.
Said mengatakan dirinya tidak mengirimkan foto Ratna ke orang lain kecuali kepada ajudan Prabowo, Dani, pada keesokan harinya atau 29 September 2018.
Said mengatakan dirinya mengetahui Ratna berbohong dari salah satu berita media daring yang ia baca pada 3 Maret, yakni saat Ratna menggelar konferensi pers di kediamannya di Jalan Kampung Melayu Kecil, Jakarta Selatan.
"Tanggal 3 sore ada acara serikat buruh, saya tahu dari baca berita online," ujar Said. Said mengatakan tidak ada lagi komunikasi antara ia dan Ratna sejak saat itu.
Seperti diketahui. Ratna Sarumpaet didakwa telah menyebar berita bohong dan keonaran. Ratna sempat memberikan informasi bohong bahwa wajahnya lebam karena dianiaya. Padahal, sebenarnya Ratna menjalani operasi plastik.
Jaksa mendakwa Ratna melanggar Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana atau Pasal 28 ayat (2) junto Pasal 45 A ayat (2) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.