Mencegah Kelangkaan Air Butuh Ketegasan Negara

Kelangkaan air jadi masalah tersendiri saat ini

Jakarta, IDN Times – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, hadir dalam acara The 2nd Stakeholders Consultation Meeting (SCM) di Bali, Kamis (12/10/2023). Di acara itu, dia bicara soal komitmen mencegah kelangkaan air.

Dwikorita mengatakan, The 2nd SCM diharapkan menghasilkan dorongan kuat seluruh negara untuk tegas menyatakan komitmennya mengelola air secara berkelanjutan pada World Water Forum (WWF) ke-10 yang akan digelar pada Mei 2024 di Bali.

"Diharapkan akan mampu meningkatkan komitmen dan kerja sama pengelolaan air global secara berkelanjutan di tengah kondisi bumi saat ini sehingga kita perlu bekerja sama, berpikir bersama, dan memecahkan masalah bersama," ujar Dwikorita dalam keterangan resminya.

Baca Juga: BMKG Prediksi Fenomena El Nino Akan Berlangsung hingga Maret 2024

1. Air tanah semakin berkurang karena pemanasan global

Mencegah Kelangkaan Air Butuh Ketegasan Negarailustrasi air (pexels.com/jill burrow)

Pemanasan global mengakibatkan meningkatnya temperatur udara. Keadaan ini membuat air tanah semakin berkurang karena terjadinya penguapan yang cepat. Lambat laun, hal ini akan memberikan pengaruh terhadap ketersediaan air bersih di bumi.

Dwikorita mengatakan, perubahan iklim memberi tekanan pada sumber daya air yang sudah langka sehingga menimbulkan titik-titik panas air, meningkatnya kerentanan pada kantung-kantung pangan dunia.

Bahkan, FAO menyebutkan, lebih dari 500 juta petani kecil yang menghasilkan 80 persen sumber pangan dunia merupakan kelompok yang paling rentan terhadap perubahan iklim.

Baca Juga: BMKG Sebut Curah Hujan Normal dan Meningkat pada November 2023 

2. Air menjadi tanda perubahan iklim

Mencegah Kelangkaan Air Butuh Ketegasan Negarailustrasi air terjun (Unsplash.com/Stefan Kunze)

Dwikorita menjelaskan, dampak variabilitas dan perubahan iklim seringkali dirasakan melalui air. Dinamika siklus air dan interaksinya dengan manusia mengakibatkan bervariasinya pola spatio-temporal ketersediaan sumber daya air.

"Dampak ekstrem yang berhubungan dengan air mempengaruhi kehidupan, pembangunan serta keberlanjutan ekosistem, masyarakat dan individu," ujar Dwikorita.

Baca Juga: Kopi Racikan Barista Tunanetra Diserbu Peserta ASEAN High Level Forum

3. Nyatanya ancaman kekerangan air di seluruh dunia

Mencegah Kelangkaan Air Butuh Ketegasan NegaraSuasana kali Kyura, air mengalir dicelah bebatuan, IDN Times/ Istimewa

World Meteorological Organization (WMO) telah menerbitkan laporan State of Global Water Resources 2021 atau Keadaan Sumber Daya Air Global. Laporan ini memberikan gambaran umum tentang aliran sungai serta banjir besar dan kekeringan.

Tidak cuma itu, laporan ini juga memberikan wawasan mengenai titik-titik panas (hotspot) perubahan dalam penyimpanan air tawar dan menyoroti peran penting dan kerentanan kriosfer (salju dan es).

Laporan ini juga menunjukkan banyak wilayah di dunia yang mengalami kondisi lebih kering dibandingkan kondisi normal pada 2021, tahun ketika pola curah hujan dipengaruhi oleh perubahan iklim dan peristiwa La Niña.

“Laporan yang dirilis oleh WMO menyoroti beberapa tantangan penting terhadap sumber daya air global, yakni ekstrem hidrologi, hilangnya air bersih (perpindahan air bersih tahunan di darat), isu kurangnya akses air bersih atau akses yang tidak setara terhadap air bersih (ketidakadilan air)," kata Dwikorita.

Dwikorita yang juga menjabat Dewan Eksekutif World Meteorological Organization menyampaikan, ancaman krisis air akibat perubahan iklim ini sudah terlihat sangat jelas. Antara lain, cuaca ekstrem, iklim, dan peristiwa terkait air menyebabkan 11.778 bencana yang dilaporkan antara tahun 1970 dan 2021.

Baca Juga: Suhu di Indonesia Naik, BMKG: Tak Ada Awan Hujan di Langit

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya