Selain Uang Saku, BNPB Juga Berikan Tiket Pesawat ke WNI dari Natuna
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Sebanyak 243 WNI yang sempat diobservasi di Pulau Natuna selama dua pekan akhirnya kembali ke rumah masing-masing pada Sabtu (15/2). Mereka kembali menumpang tiga pesawat milik TNI Angkatan Udara dan dipulangkan lewat Bandara Halim Perdanakusuma. Mereka diboyong dengan menggunakan dua pesawat Boeing 737 dan satu pesawat Hercules.
Begitu tiba di Bandara Halim, masing-masing WNI sudah dijemput oleh pemda asalnya. Menurut Kepala BNPB, Letjen TNI Doni Monardo, masing-masing WNI sudah memegang tiket kepulangan menuju ke daerah asalnya. Tiket itu diberikan oleh BNPB.
"Tiket sudah diurus oleh perwakilan provinsi masing-masing. Tiket juga sudah disiapkan. Nanti perwakilan dari provinsi akan reimburse ke BNPB," ujar Doni di Natuna pada hari ini.
Selain itu, bagi warga yang diobservasi akan dibekali dengan biaya transporasi yakni Rp1 juta.
"Jadi, insya Allah semua berjalan aman," kata dia lagi.
Lalu, bagaimana kondisi ratusan WNI itu usai menjalani proses observasi selama dua pekan?
1. Pemerintah memastikan ratusan WNI dalam kondisi sehat usai diobservasi di Natuna
Menteri Koordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan, Muhadjir Effendy mengatakan ratusan WNI yang telah menjalani proses observasi di Natuna selama dua pekan dalam kondisi sehat. Bahkan, fisiknya menjadi bugar lantaran kegiatan WNI yang sebagian besar mahasiswa diisi dengan kegiatan olahraga.
"Semuanya sehat walafiat dan bahkan lebih bugar dibandingkan kita karena di sini mereka mulai kerasan, yang penting juga doa, karena kita tidak tahu betul atau 100 persen mengetahui," kata Muhadjir kepada media hari ini di Natuna.
Ia juga memastikan kit reagan yang dimiliki oleh Indonesia yang didapat dari CDC di Amerika Serikat masih bisa untuk mendeteksi masuknya virus corona.
Baca Juga: Kemenkes Tepis Anggapan Indonesia Tak Bisa Deteksi Virus Corona
2. Menkes Terawan membantah menutup-nutupi mengenai wabah virus corona di Indonesia
Editor’s picks
Sementara, klaim pemerintah yang hingga saat ini menyebut Indonesia masih bebas corona semakin diragukan oleh dunia internasional. Apalagi lalu lintas manusia dari Indonesia ke Tiongkok dan sebaliknya cukup tinggi.
Keraguan itu sempat diungkap oleh peneliti Harvard T.H. Chan School of Public Health yang menyebut sesungguhnya virus corona sudah masuk ke Indonesia, namun hingga kini belum terdeteksi.
Pakar Epidemiologi atau risiko pengendalian wabah penyakit, Marc Lipsitch, menyatakan data yang diperoleh dari Tiongkok, sebagai pusat penyebaran virus corona diyakini tidak menggambarkan jumlah keseluruhan kasus yang sesungguhnya di dunia. Lipsitch mengatakan tujuan penelitian itu adalah untuk melihat apakah kasus virus corona yang sudah terdeteksi di suatu negara benar-benar mewakili jumlah kasus yang sebenarnya. Ia memaparkan penelitiannya dengan cara menghitung hubungan statistik antara jumlah pengunjung sebuah negara dengan jumlah kasus yang terdeteksi dengan perkiraan 95 persen interval prediksi (PI).
Dari model perhitungan itu, Lipsitch memaparkan didapatkan rata-rata secara internasional yakni ada 14 pengunjung per hari ke sebuah negara.
"Dengan standar perhitungan tersebut Indonesia dapat diduga sudah memiliki lima kasus. Sementara nyatanya, Indonesia tidak memiliki kasus sama sekali," ungkap Lipsitch dalam sebuah video yang diunggah ke akun media sosial pada (14/2) lalu.
Namun, menurut Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, hasil penelitian itu tidak akurat. Ketika dikonfirmasi oleh media di Istana Kepresidenan Bogor pada (11/2) lalu, ia mengatakan hasil penelitian itu hanya mengada-ada.
"Ya menurut saya kecurigaan itu mengada-ada," tutur dia.
Terawan bahkan menantang Lipsitch untuk datang ke Indonesia dan melihat sendiri alat pendeteksi virus corona yang dimiliki oleh Indonesia.
"Ya (peneliti) Harvard suruh ke sini. Saya buka pintunya untuk melihat," ungkapnya lagi.
3. Usai tiba di daerah masing-masing, ratusan WNI tetap dimonitor oleh dinas kesehatan
Menurut Menkes Terawan begitu ratusan WNI itu tiba di daerah masing-masing, mereka tidak dilepas begitu saja. Dinas kesehatan di masing-masing provinsi akan tetap memantau kondisi kesehatan mereka. Tujuannya, untuk memastikan usai diobservasi memang hasilnya akurat.
"Setelah pulang, kita minta dinas kesehatan untuk memantau, namanya surveillance tracking. Itu terus dikerjakan, otomatis," kata Terawan seperti dikutip kantor berita Antara hari ini.
Baca Juga: BNPB Bekali Rp1 Juta untuk 238 WNI yang Selesai Observasi di Natuna