Dianggap Tak Cocok Jadi Cawapres Anies, Ini Respons Menohok Yenny

"Pas bosmu butuh dukungan saya emoh, lho!"

Jakarta, IDN Times - Putri kedua mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid, menanggapi cuitan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Jansen Sitindaon, di media sosial. Dalam cuitan tersebut Jansen menilai Yenny tak pantas dijadikan bakal cawapres Anies Baswedan.

Sebab, menurut Jansen, Yenny dianggap bagian dari kekuasaan Presiden Joko "Jokowi" Widodo lantaran pernah ditunjuk menjadi komisaris independen PT Garuda Indonesia sebelum mengundurkan diri pada 2021. 

"Agar koalisi ini juga semakin kuat posisi dan branding-nya di rakyat yang ingin perubahan, di mana semakin hari makin besar dan luas dukungannya, tentu mereka akan bingung jika koalisi yang katanya mengusung perubahan malah mencalonkan tokoh yang bukan perubahan, malah mencalonkan tokoh yang bukan perubahan. Apalagi dia tokoh status quo atau bagian dari rezim ini. Baik dia bagian inti atau pinggiran rezim ini," demikian cuit Jansen seperti dikutip pada Minggu (13/8/2023). 

Ia menambahkan Presiden Joko "Jokowi" Widodo dan pendukungnya tidak akan suka melihat Yenny merapat ke Koalisi Perubahan untuk Persatuan. "Anda selama ini ikut menikmati rezim ini kok malah tiba-tiba mau mengkritiknya dan pindah ke barisan perubahan lagi," tutur dia. 

Ia pun mendorong agar Yenny sebaiknya tidak ikut maju menjadi bakal cawapres Anies. Hal itu dilakukan demi kebaikan bersama. 

"Biarlah teman-teman yang selama ini berada dan ikut di rezim ini untuk mendukung keberlanjutan. Kami yang berada di luar (rezim) mengusung perubahan," katanya lagi. 

Cuitan Jansen itu untuk merespons kalimat Yenny yang menyampaikan bahwa ia ikut ditawari agar menjadi pendamping Anies. Hal itu lantaran Yenny merupakan representasi kalangan Nahdlatul Ulama (NU). 

1. Yenny ancam bakal ogah dukung Partai Demokrat bila diminta

Dianggap Tak Cocok Jadi Cawapres Anies, Ini Respons Menohok YennyYenny Wahid (IDN Times/Auriga Agustina)

Cuitan Jansen itu kemudian ditanggapi Yenny dengan respons telak. Ia mengatakan tidak pernah menyodorkan diri menjadi bakal cawapres bagi Anies. Perempuan yang juga menjabat Direktur Wahid Institute itu mengaku hanya merespons lamaran yang menghampirinya. 

"Justru saya mendukung Mas AHY jadi cawapres Mas Anies. Kalau situ belum apa-apa sudah menolak saya, pas bosmu butuh dukungan, saya emoh lho," kata Yenny seperti dikutip dari Twitternya pada hari ini. 

IDN Times telah meminta izin untuk mengutip cuitan tersebut kepada Yenny. Dukungan Yenny disampaikan secara langsung ketika menghadiri peluncuran buku 'Tetralogi Transformasi AHY' pada 10 Agustus 2023 malam lalu di Djakarta Theater, Jakarta Pusat. Ia mengatakan bahwa Anies-AHY merupakan pasangan yang cocok. 

"Nah, ini saya ngomong, ini sudah paling pas. Paling top. Gitu ya, sudah keren," tutur dia pada Kamis malam kemarin. 

AHY dan Anies yang berada tepat di samping Yenny kompak melempar senyum saat mendengar langsung pernyataan Yenny Wahid. Kendati demikian, Yenny tak menampik memiliki kedekatan dengan Anies. Dia mengaku, sering berkomunikasi dengan Anies.

"Saya sama Mas Anies mah sering banget ngobrol. Saya sering ngobrol (sama Anies) dari dulu. Beliau bekas bos saya dulu," katanya. 

Baca Juga: Siap Jadi Cawapres, Yenny Wahid Akui Punya Kedekatan dengan Anies

2. Wasekjen Demokrat anggap Yenny Wahid bagian dari rezim penguasa

Dianggap Tak Cocok Jadi Cawapres Anies, Ini Respons Menohok YennyWakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Jansen Sitindaon. (www.demokrat.or.id)

Sementara, Jansen kemudian merespons cuitan Yenny di media sosial. Ia kembali memberikan penjelasan panjang mengapa sebaiknya pendamping Anies bukan berasal dari rezim penguasa. 

"Sepanjang koalisi ini namanya masih menyandang 'perubahan' sesuai nama di piagam yang telah ditanda tangani 3 partai, idealnya menurut saya kandidatnya ya bukan bagian dari rezim. Ini juga sejalan dengan rapimnas partai kami, Demokrat tahun 2022 yang menghasilkan keputusan tentang perubahan dan perbaikan," kata Jansen. 

Menurutnya, sebaiknya ada perbedaan yang jelas antar kandidat. Bila tidak, ia mengusulkan agar nama 'perubahan' diubah saja. 

"Karena nama/merek itu vital. Jadi panduan bagi pemilih. Jadi pembeda dalam kebijakan yang akan diambil ke depan," tutur dia. 

Ia berdalih sesungguhnya tidak ada yang perlu didebatkan. Jansen mengaku menghargai sikap Yenny termasuk soal dukungan terhadap kandidat tertentu. 

Yenny pun mengaku tidak paham dengan cuitan panjang Jansen tersebut. Menurutnya, penjelasan Jansen tidak jelas dan berputar-putar. 

"Saya pusing, Mas Jansen baca tanggapannya. Muter-muter kayak tong setan di pasar malam," ujarnya. 

3. Yenny Wahid tidak merasa jadi bagian dari rezim penguasa

Dianggap Tak Cocok Jadi Cawapres Anies, Ini Respons Menohok YennyIDN Times/Margith Juita Damanik

Dalam wawancara khusus bersama Rosi yang tayang di stasiun Kompas TV, Yenny membantah dirinya adalah bagian dari rezim penguasa. Ia mengakui memang pernah berkampanye untuk Jokowi di pemilu yang lalu. 

"Tapi, kan saya bukan pejabat di kabinet Pak Jokowi. Jadi saya bukan bagian dari rezim. Saya tetap netral ketika mengkritisi pemerintah, saya tetap mengkritisi. Ketika saya harus berikan pujian, maka saya akan memuji," kata Yenny seperti dikutip dari YouTube. 

Ia juga menilai Koalisi Perubahan perlu menyampaikan lebih artikulatif soal konsep perubahan. Sebab, di dalam koalisi tersebut masih ada NasDem.

Hingga saat ini, NasDem tercatat masih menjadi bagian dari pemerintahan Jokowi. Tercatat dua menteri NasDem masih berada di dalam kabinet. 

"Kalau ukurannya adalah bagian dari rezim, maka itu harus dibereskan dulu secara internal. Menurut saya terkait jargon perubahan ya," tutur dia. 

Baca Juga: Yenny Wahid Dukung AHY Jadi Cawapres Anies: Paling Pas

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya