KSP: Ancaman Gelombang 3 COVID-19 Nyata, tapi Pemerintah Sudah Siap

Kasus aktif COVID-19 per 4 Februari tembus 140.254

Jakarta, IDN Times - Tenaga ahli utama Kantor Staf Presiden (KSP), Abraham Wirotomo mengakui ancaman gelombang tiga COVID-19 varian Omicron nyata terjadi. Tetapi, ia mengklaim pemerintah sudah siap sejak awal varian tersebut dinyatakan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai varian mengkhawatirkan (VoC). 

Salah satu kesiapan pemerintah sejak awal, kata Abraham, yakni dengan memperpanjang durasi masa karantina menjadi 14 hari. Durasi karantina diperpanjang lantaran ketika itu diyakini Omicron dibawa masuk ke Tanah Air lebih banyak oleh pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).

Tetapi, kini seiring transmisi lokal yang sudah lebih dominan dibanding kasus impor, pemerintah memangkas durasi karantina menjadi lima hari. Mereka yang berhak dikarantina selama lima hari bila membuktikan telah divaksinasi dua dosis. Bila vaksin COVID-19 yang diterima baru satu dosis, maka durasi karantina bertambah menjadi tujuh hari. 

"Berkat keberhasilan karantina tersebut, kita bisa belajar karakteristik Omicron dengan lebih baik dari negara lain. Sehingga, kita lebih tahu apa yang harus disiapkan," ungkap Abraham dalam keterangan tertulis pada Jumat, (4/2/2022). 

Omicron dinyatakan ditemukan di Indonesia lebih lambat dibandingkan negara lain. Pemerintah kali pertama mengumumkan varian Omicron pada 16 Desember 2022. Ia merupakan petugas kebersihan di Wisma Atlet. 

Sejak saat itu, temuan kasus Omicron terus meningkat. Apalagi ketika masyarakat diimbau untuk menunda perjalanan ke luar negeri, permintaan itu tak dipatuhi. 

Dalam catatan Abraham, Indonesia adalah negara ke-80 yang mengumumkan ditemukan varian Omicron. Pemerintah pun diklaim telah melakukan berbagai persiapan untuk mengendalikan kasus Omicron yang penyebarannya tiga kali lebih cepat dibandingkan varian Delta. 

Apa saja kebijakan pemerintah itu?

Baca Juga: Catat, Mirip Flu Tapi Ini Gejala Khas Jika Terkena Omicron

1. Ketersediaan tempat tidur di rumah sakit ditingkatkan dari 82.168 menjadi 150 ribu

KSP: Ancaman Gelombang 3 COVID-19 Nyata, tapi Pemerintah Sudah SiapIlustrasi tenaga nakes memeriksa pasien (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Abraham menjelaskan salah satu langkah yang ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi pandemik COVID-19 yakni dengan meningkatkan ketersediaan tempat tidur di rumah sakit. Bila sebelumnya, kapasitas tempat tidur mencapai 82.168, lalu ditingkatkan menjadi 150 ribu. 

"Sementara, tempat tidur untuk isolasi terpusat mencapai 76.636," kata Abraham. 

Selain itu, pemerintah juga meningkatkan jumlah tes dan pelacakan. Berdasarkan data yang dimiliki oleh Abraham, pada pekan lalu, jumlah orang yang dites akumulasinya mencapai 351.442. 

"Tracing 10,87 rasio kontak erat," ujarnya lagi. 

Selain itu, pemerintah juga menyiapkan pasokan obat dan vaksin COVID-19. Ia merinci hampir 80 juta obat sudah disiapkan untuk menghadapi gelombang Omicron. Sementara, ada 318 juta dosis vaksin yang siap diberikan kepada masyarakat untuk booster

"Obat-obatan itu terdiri dari Favipiravir sekitar 25 juta lebih, remdesivir mencapai hampir 1 juta injeksi, molnupiravir mencapai 200 ribuan kapsul dan multivitamin sekitar 52 ribuan dosis," tutur dia. 

Baca Juga: Dokter Paru Sarankan Warga Alami Flu dan Nyeri Tenggorokan Tes COVID

2. Pemerintah imbau masyarakat berikan rumah sakit bagi pasien Omicron gejala berat

KSP: Ancaman Gelombang 3 COVID-19 Nyata, tapi Pemerintah Sudah SiapIlustrasi pasien mendapat bantuan oksigen medis. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

Selain itu, pemerintah juga mengimbau agar masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan dan mengurangi mobilitas. Pemerintah turut meminta agar masyarakat tidak panik berlebihan ketika melihat lonjakan drastis jumlah kasus harian COVID-19. 

"Prioritaskan rumah sakit bagi pasien yang mengalami gejala berat, kritism, lansia dan komorbid. Saya ingatkan sekali lagi, karakteristik Omicron memang berbeda dari Delta. Memang tingkat penularannya lebih tinggi, tetapi tingkat keparahannya lebih ringan," ujar Abraham. 

Namun, yang menjadi masalah, warga masih banyak yang mengalami trauma ketika terjadi badai Delta pada Juni-Juli 2021 lalu. Alhasil, meski gejala Omicron yang dialami ringan, masyarakat tetap lebih memilih dirawat di rumah sakit. 

Wakil Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi), dr Koesmedi Priharto mengatakan warga khawatir gagal ketika melakukan isolasi mandiri di rumah.  "Kita tahu warga masih trauma atas insiden bulan Juni dan Juli 2022 lalu. Trauma itu sangat berat dan masih sulit dilupakan. Ketika itu kan banyak warga yang melakukan isolasi mandiri, tapi gagal," ungkap Koesmedi pada 30 Januari 2022 lalu. 

Gagalnya warga melakukan isoman, kata dia, disebabkan banyak faktor. Mulai dari tempat di rumah yang tidak memadai untuk dilakukan isoman hingga ada banyak anggota keluarga di rumah. Di antara mereka ada yang mengidap komorbid hingga berusia lansia.

Namun, Koesmedi mengingatkan masyarakat biaya rumah sakit bagi pasien COVID-19 yang saat ini ditanggung pemerintah adalah mereka yang mengalami gejala sedang, berat hingga ke kritis.

"Bila mengalami gejala ringan atau tidak menunjukkan gejala sama sekali, maka disarankan untuk isoman di rumah. Tapi, kalo mereka tetap ingin dirawat, maka wajib menyertakan informed consent secara tertulis. Di sana tertulis, bahwa biaya ditanggung oleh masing-masing individu," katanya. 

Koesmedi telah mengimbau seluruh pimpinan rumah sakit yang menjadi anggota Persi agar menyampaikan informasi tersebut kepada warga. Ia tak mau terjadi persepsi yang berbeda di masyarakat sehingga tercipta pola pikir bahwa pemerintah tak bersedia memfasilitasi.

3. Daftar kasus harian dan kasus aktif dalam sepekan terakhir

KSP: Ancaman Gelombang 3 COVID-19 Nyata, tapi Pemerintah Sudah Siapilustrasi varian baru COVID-19, Omicron (IDN Times/Aditya Pratama)

Terlihat jelas dari tren kasus harian COVID-19, kenaikan pelan-pelan mulai terjadi sejak 26 Januari 2022. Tetapi, lonjakan kasus aktif mulai massif pada pada 1 Februari 2022 yaitu 16.021.

Hal itu semakin menguatkan karakteristik Omicron jauh lebih menular dibandingkan varian Delta. Namun, Omicron belum sepenuhnya mengambil alih varian Delta. 

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pernah menyebut gejala yang ditimbulkan dari varian Omicron lebih ringan dibandingkan Delta. Tetapi, pada 31 Januari 2022, ia menyebut pasien yang meninggal akibat varian Omicron telah mencapai lima orang. 

Untuk mengetahui tren kasus COVID-19, berikut IDN Times rangkum kasus harian COVID-19 dan aktif dalam satu pekan terakhir:

25 Januari 2022

Kasus harian: +4.878
Angka kematian harian: +20
Akumulasi kasus aktif: 24.856
Jumlah orang yang dites: 176.407

26 Januari 2022

Kasus harian: +7.010
Angka kematian harian: +7
Akumulasi kasus aktif: 29.77
Jumlah orang yang dites: 244.413

27 Januari 2022

Kasus harian: +8.077
Angka kematian harian: +7
Akumulasi kasus aktif: 35.704
Jumlah orang yang dites: 236.651

28 Januari 2022

Kasus harian: +9.905
Angka kematian harian: +7
Akumulasi kasus aktif: 43.574
Jumlah orang yang dites: 258.145

29 Januari 2022

Kasus harian: +11.588
Angka kematian harian: +17
Akumulasi kasus aktif: 52.555
Jumlah orang yang dites: 261.050

30 Januari 2022

Kasus harian: +12.422
Angka kematian harian: +18
Akumulasi kasus aktif: 61.718
Jumlah orang yang dites: 205.803

31 Januari 2022

Kasus harian: +10.185
Angka kematian harian: +17
Akumulasi kasus aktif: 68.596
Jumlah orang yang dites: 202.393

1 Februari 2022

Kasus harian: +16.021
Angka kematian harian: +28
Akumulasi kasus aktif: 81.349
Jumlah orang yang dites: 235.905

2 Februari 2022

Kasus harian: +17.895
Angka kematian harian: +25
Akumulasi kasus aktif: 94.109
Jumlah orang yang dites: 226.958

3 Februari 2022

Kasus harian: +27.197
Angka kematian harian: +38
Akumulasi kasus aktif: 115.275
Jumlah orang yang dites: 307.987

4 Februari 2022

Kasus harian: +32.211
Angka kematian harian: +42
Akumulasi kasus aktif: 140.254
Jumlah orang yang dites: 312.977

Baca Juga: Persi: Warga Trauma Insiden Delta, Maka Pilih ke RS Jika Kena COVID-19

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya