Mulan Jameela: Masakan Indonesia Tak Cocok Pakai Kompor Listrik

"Kami meski ada kompor listrik, tetap pakai kompor gas"

Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi VII DPR Mulan Jameela tengah menjadi perbincangan di media sosial, karena pernyataannya saat rapat kerja bersama Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronik (ILMATE) Kementerian Perindustrian pada 21 September 2022 lalu. Ketika itu, Mulan meminta kepada pemerintah agar rencana konversi kompor gas ke kompor listrik 1.000 watt ditunda sementara waktu.

Selain itu, menurut Mulan, keberadaan kompor gas tetap tak bisa dihapuskan secara permanen. Sebab, masakan Indonesia lebih cocok dimasak dengan menggunakan kompor gas dan bukan kompor induksi. 

"Berhubung saya ini ibu-ibu yang mengurusin urusan kompor di dapur, jadi mengerti betul yang dibutuhkan jenis kompor apa. Kami-kami ini para emak-emak butuh kompor yang seperti apa. Saya melihatnya program pengalihan ini kok terburu-buru dan mendesak banget?" kata Mulan membuka pernyataannya, yang dikutip dari YouTube Komisi VII DPR, Jumat (23/9/2022). 

Ia kemudian juga menanyakan kepada jajaran Dirjen ILMATE apakah harga kompor listrik 1.000 watt yang bakal dibagikan ke warga seharga Rp1,5 juta, sudah termasuk pancinya. Sebab, ketika mengganti kompor gas ke kompor listrik maka harus menggunakan panci khusus. Harga peralatan masak tersebut juga mahal. 

"Nih saya jujur dan berbicara di sini kapasitasnya sebagai anggota DPR serta emak-emak. Kami di rumah pakai kompor listrik tetap tidak bisa lepas dari kompor gas. Kenapa? Karena masakan orang Indonesia beda, bukan seperti masakan orang bule dengan ukuran panci yang kecil," tutur dia. 

Ia menambahkan, bila di rumahnya digelar acara tertentu dan mengundang orang dalam jumlah besar, maka tak bisa hanya mengandalkan kompor listrik. "Saya tahu Kementerian Perindustrian itu hanya menjalankan penugasan, tapi mbok ya dipikir. Ini hanya akan menimbulkan masalah lagi," ujarnya. 

Cerita akan berbeda bila kompor listrik atau induksi diperuntukan bagi warga dengan kemampuan ekonomi cukup. Kebijakan konversi kompor itu, kata Mulan, baru sesuai. 

Mengapa pemerintah ngotot untuk mengalihkan penggunaan kompor gas ke kompor listrik?

1. Kompor listrik di rumah Mulan rusak karena jaringan listrik tidak stabil

Mulan Jameela: Masakan Indonesia Tak Cocok Pakai Kompor ListrikAnggota komisi VII DPR, Mulan Jameela ketika mengikuti rapat kerja dengan Dirjen ILMATE (Tangkapan layar YouTube komisi VII DPR)

Hal penting lainnya yang disampaikan oleh Mulan dalam rapat tersebut, yakni kekhawatiran publik terkait stabilitas jaringan listrik. Ia mencontohkan, kompor listrik yang ada di rumahnya, di daerah Cisarua, malah akhirnya rusak karena jaringan listrik di sana tidak stabil.

"Akhirnya kompor listrik milik saya itu ya Pak, jadi rusak. Padahal, gak diapa-apain, Pak. Hanya karena listriknya gak stabil. Jadi, kita tidak bisa menghindar hal-hal seperti ini dan ini harus kita pikirkan bersama," kata politikus Partai Gerindra itu. 

Ia pun menyebut, keberadaan gas elpiji 3 kilogram masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Terutama, mereka yang memiliki UMKM seperti penjual gorengan. 

"Kalau memang ada teknologinya bagi penjual UMKM yang gerobak ya silakan, bisa (diwujudkan). Tapi, kalau kita bahas sekarang di saat situasi BBM naik, harga sembako naik, masyarakat jadinya stres," tutur dia lagi. 

Baca Juga: PLN Klaim Konversi ke Kompor Listrik Bisa Hemat APBN

2. Menteri ESDM akui program konversi kompor gas untuk siasati kelebihan pasokan listrik

Mulan Jameela: Masakan Indonesia Tak Cocok Pakai Kompor ListrikMenteri ESDM Arifin Tasrif (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Sementara, dalam rapat terpisah, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, rencana konversi gas LPG 3 kilogram ke kompor listrik adalah upaya untuk menyiasati kelebihan pasokan/over supply listrik PT PLN (Persero).

"Menyalurkan over supply, kan kalau over supply harus bayar take or pay, ini kan beban" ungkap Arifin ketika rapat di DPR pada Kamis, 22 September 2022 lalu. 

Ia menjelaskan, PLN menerapkan skema take or pay di dalam kontrak listriknya. Artinya, PLN harus tetap membayar sesuai kontrak meski listrik yang diproduksi produsen listrik swasta (IPP) dipakai atau tidak. Sementara, saat ini kenyataannya pasokan listrik di Pulau Jawa saja sudah berlebih. 

Arifin menjelaskan, program kompor listrik ditujukan untuk meningkatkan permintaan akan listrik. Menurutnya, bila permintaannya naik maka serapan listrik pun bisa meningkat. Apalagi saat ini pemerintah juga tengah mendorong penggunaan kendaraan listrik.

"Jadi, kan ini (kompor listrik) uji coba. Sekarang motor listrik didorong supaya bisa masuk, nanti tinggal respons dari pasar, kalau pasar ini responsnya bagus otomatis demand-nya juga naik," kata dia.

3. Pemerintah bakal bagikan kompor listrik gratis seharga Rp1,8 juta

Mulan Jameela: Masakan Indonesia Tak Cocok Pakai Kompor ListrikProgram Pemerintah Konversi Kompor Gas ke Kompor Induksi (Tangkapan layar YouTube komisi VII DPR)

Sementara, pemerintah memastikan bakal memberikan paket kompor listrik kepada 300 ribu penerima. Adapun paket tersebut diberikan secara gratis sebagai implementasi dari program konversi kompor elpiji 3 kg ke kompor listrik.

Sekjen Kementerian ESDM Rida Mulyana mengungkapkan, paket kompor listrik diberikan kepada masyarakat yang terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Satu paket terdiri dari kompor listrik dua tungku, satu alat masak, dan satu miniature circuit breaker atau MCB. Satu paket kompor listrik siap pakai itu nilainya seharga Rp1,8 juta.

"Rencananya tahun ini 300 ribu (penerima). Jadi, satu rumah itu dikasih satu paket, kompornya sendiri, alat masaknya sendiri, dana dayanya dinaikin,” ungkap Rida pada 21 September 2022 lalu. 

Paket kompor listrik seharga Rp1,8 juta diakui memang mahal. Namun, menurut Rida, hal itu wajar karena tiap tungku berukuran 800 watt. Tetapi nantinya salah satu tungku akan dinaikkan menjadi di atas 1.000 watt.

Peningkatan daya salah satu tungku kompor listrik itu yang membuat nilai paket diperkirakan mencapai Rp2 juta per rumah tangga miskin. Adapun peningkatan daya bertujuan agar waktu memasak menjadi lebih cepat.

"Jadi, ada usulan yang satu tungkunya diubah lebih gede. Nah, itu lagi dikalkulasi berapa harganya. Harusnya kan gak Rp1,8 juta lagi (harganya), mungkin (harganya) Rp2 juta. Pasti lebih naik," kata dia. 

Baca Juga: Rumah Tangga Miskin Bakal Dapat Paket Kompor Listrik Rp2 Juta

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya