Oksigen buat Pasien COVID di Papua Barat Langka, BNPB Kirim 50 Tabung

Kebutuhan oksigen di Papua Barat melonjak

Jakarta, IDN Times - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Senin (2/8/2021) mengirimkan 50 tabung oksigen ke Papua Barat. Tabung oksigen itu dikirimkan karena terjadi lonjakan pasien COVID-19 di provinsi tersebut.

Selain tabung oksigen, BNPB juga mengirimkan sejumlah alat kesehatan seperti 30 ribu masker medis, 15 ribu masker KF 94, 50 ribu masker medis anak, 5.000 masker kain INA, dan 55 ribu masker kain bagi anak. 

"BNPB juga mengirimkan sebanyak 50 tabung oksigen konsentrator, 1.000 sarung tangan medis, 1.000 medical T-Well. dan alat rapid test antigen sebanyak 10 ribu unit," ungkap Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangan tertulis pada Selasa (3/8/2021). 

Alat kesehatan itu diangkut menggunakan pesawat hercules milik TNI Angkatan Udara (AU) dari Bandara Halim Perdanakusuma. Pesawat sempat transit di Makassar, lalu melanjutkan perjalanan ke Papua Barat. 

Abdul mengatakan dukungan alat kesehatan itu diterima Komando Daerah Militer (Kodam) XVIII/Kasuari. Alat-alat kesehatan itu kemudian akan diambil Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan didistribusikan ke berbagai wilayah kabupaten atau kota. 

Seperti apa situasi pandemik di Papua Barat?

1. Sebanyak 321 warga di Papua Barat meninggal akibat COVID-19

Oksigen buat Pasien COVID di Papua Barat Langka, BNPB Kirim 50 TabungIlustrasi Pulau Papua (IDN Times/Mardya Shakti)

Mengutip data situs resmi Pemprov Papua Barat per 2 Agustus 2021, sejak awal pandemik COVID-19, sudah ada 321 orang yang meninggal karena COVID-19. Sebanyak 290 orang di antaranya sudah dipastikan meninggal akibat COVID-19 berdasarkan tes swab PCR. Sisanya, hasil tes swab belum keluar. 

Sedangkan, 18.900 warga di sana telah tertular virus Sars-CoV-2. Angka positivity rate di Papua Barat mencapai 27,6 persen. Artinya, tingkat penularan virus corona antar warga di Papua Barat tergolong tinggi. 

Juru Bicara Satgas COVID-19 Papua Barat Arnold Tiniap, pada akhir Juli 2021, memastikan kebutuhan oksigen sangat tinggi seiring dengan lonjakan pasien. Menurut Arnold, sejumlah rumah sakit di Papua Barat sebelumnya telah terbantu memenuhi kebutuhan oksigen dari produksi oksigen RSUD Manokwari.

Namun, akibat lonjakan kasus COVID-19 yang terjadi, kini RSUD Manokwari menggunakan tabung oksigen tersebut untuk memenuhi kebutuhan pasiennya dengan mayoritas mengalami gejala berat COVID-19.

"Kalau kebutuhan kami (RS Papua Barat) saat ini 80 sampai 85 tabung oksigen ukuran 2.000 liter per hari. Belum lagi rumah sakit lain. Data yang kami terima, hampir 80 persen rumah sakit di Manokwari terisi pasien COVID-19," kata dia. 

Baca Juga: Gawat! Varian COVID-19 Delta Sudah Menyebar hingga Papua dan NTT

2. Capaian vaksinasi di Papua Barat masih rendah

Oksigen buat Pasien COVID di Papua Barat Langka, BNPB Kirim 50 TabungIlustrasi vaksinasi COVID-19 (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Data Pemprov Papua Barat, per 2 Agustus 2021, cakupan vaksinasi COVID-19 di sana masih tergolong rendah. Baru 165.407 warga Papua Barat atau setara 21,3 persen yang menerima dosis pertama vaksin virus corona. Padahal, targetnya mencapai 777.290 warga. 

Sedangkan, untuk vaksin dosis kedua, baru diberikan kepada 72.661 orang atau setara 9,1 persen. 

3. Sudah ada 12 kasus COVID-19 mutasi Delta di Papua Barat

Oksigen buat Pasien COVID di Papua Barat Langka, BNPB Kirim 50 TabungIlustrasi virus Sars-CoV-2 yang kini telah menulari di seluruh dunia (IDN Times/Aditya Pradana)

Sementara, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes mencatat ada temuan 12 kasus baru mutasi virus corona varian Delta B161.2 di Papua Barat. Data itu diperoleh pada 31 Juli 2021. 

Pada laporan terakhir Balitbangkes sebelumnya per 29 Juli 2021, tidak ada temuan kasus varian Delta di Papua Barat dengan hanya satu pemeriksaan spesimen yang dilakukan.

Sementara data per 31 Juli 2021, Balitbangkes menambah pemeriksaan sebanyak 26 spesimen melalui whole genome sequence (WGS). Hingga kemudian menemukan 12 kasus varian Delta di Papua Barat. Data tersebut dilampirkan Balitbangkes melalui situs litbang.kemkes.go.id.

Varian Delta paling diwaspadai lantaran memiliki tingkat penularan yang tinggi dan agresif. Kemenkes bahkan menyebut kecepatan penularan varian Delta enam kali dari varian Alfa, sehingga mampu menciptakan penularan yang eksponensial.

Baca Juga: Otsus Papua Mengoyak Keamanan dan Kedamaian Orang Asli Papua

Topik:

  • Jihad Akbar

Berita Terkini Lainnya