SBY: Partai Demokrat Not For Sale!

SBY tidak yakin Moeldoko mencintai Partai Demokrat

Jakarta, IDN Times - Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono mengirimkan pesan tegas kepada pihak luar parpol tersebut yang ingin mendongkel kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Ia mengatakan Partai Demokrat bukan untuk diperjualbelikan. Pernyataan itu disampaikan oleh SBY menanggapi upaya sebagian pihak untuk menggulingkan AHY dari kursi ketum dan menggantinya dengan orang lain yang bukan merupakan kader. 

"Saya katakan dengan tegas dan jelas, Partai Demokrat not for sale! Meskipun Partai Demokrat bukan partai yang kaya raya dari segi materi, kami tidak tergiur dengan uang Anda, berapapun besarnya," ujar SBY ketika menyampaikan pesan yang diunggah ke akun YouTube Partai Demokrat pada Rabu, 24 Februari 2021. 

Sebelumnya, internal Partai Demokrat sudah secara terang-terangan menyebut Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) Moeldoko adalah orang luar yang berniat mendongkel AHY dari kursi ketum. Politikus Rachland Nashidik bahkan menyebut ada beberapa kali pertemuan yang dilakukan oleh internal, eksternal partai dan eks kader. Salah satu pertemuan digelar di Hotel Aston, Kuningan, Jakarta Selatan. 

Moeldoko menjadi salah satu pihak yang mengundang. Berdasarkan kesaksian dari para Ketua Dewan Perwakilan Cabang (DPC) Demokrat yang ikut hadir, mereka sempat diiming-imingi dana Rp100 juta bila bersedia memberikan dukungan. 

Apa komentar SBY mengenai sosok Moeldoko yang disebut-sebut ingin mengambil alih kursi ketum di Partai Demokrat?

Baca Juga: AHY Sebut Jokowi Tidak Terkait dengan Kudeta Partai Demokrat

1. SBY tak percaya Moeldoko benar-benar mencintai Partai Demokrat

SBY: Partai Demokrat Not For Sale!Susilo Bambang Yudhoyono ketika melantik Moeldoko menjadi Panglima TNI (ANTARA FOTO/Andika)

Hubungan SBY dan Moeldoko pernah cukup dekat. Moeldoko merupakan Panglima TNI pilihan SBY saat ia masih menjabat sebagai presiden. Tetapi, SBY tak yakin Moeldoko mencintai Partai Demokrat.

"Saya juga tidak yakin orang di luar (Partai Demokrat) mau berjuang dan berkorban demi kita semua, karena tidak ada darahnya, keringatnya, jasanya dan pengorbanannya. Yang dia inginkan hanya lah kekuasaan semata," ungkap SBY. 

Ia menduga Moeldoko hanya ingin memperoleh kekuasaan yang mudah dan cepat agar dapat digunakan sebagai kendaraan menuju ke pilpres 2024. "Meskipun diraih dengan cara yang tidak bermoral, halal dan nista," tutur dia lagi. 

SBY menjelaskan bila kursi ketum Partai Demokrat benar-benar bisa direbut oleh Moeldoko maka situasi politik di tanah air akan gelap. Menurut dia, seharusnya peristiwa itu tidak dibiarkan terjadi karena bila hal tersebut justru direstui, maka Indonesia berada dalam krisis demokrasi. 

"Karena sebuah partai politik yang dibangun dan dibina selama puluhan tahun dengan segala dinamika dan pasang surut, tiba-tiba dengan kekuatan uang dan kekuasaan, bisa direbut dan diambil alih begitu saja," tutur dia. 

Baca Juga: Rachland Nashidik Sebut Moeldoko Temui Kader Demokrat di Hotel Aston 

2. SBY nilai pihak luar sebaiknya tidak lakukan intervensi Partai Demokrat

SBY: Partai Demokrat Not For Sale!ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Lebih lanjut SBY mengatakan, dulu saat masih menjabat presiden, ia selalu berusaha menghormati kedaulatan partai politik. Baik parpol yang berada di dalam lingkar kekuasaan maupun yang ada di luar. 

"Saya menyadari partai politik dalam elemen kehidupan berdemokrasi dan bernegara, perlu dihormati kedaulatan dan kemandiriannya. Tidak seharusnya diintervensi dari pihak manapun yang ada di luar partai," tutur dia. 

SBY juga mengucapkan terima kasih atas dukungan para Ketua DPD dan DPC yang mengirimkan surat pernyataan berisi kesetiaan terhadap AHY. Ia turut mengonfirmasi mendorong agar AHY melayangkan surat ke Presiden Joko "Jokowi" Widodo untuk meminta klarifikasi. Hal itu lantaran adanya dugaan keterlibatan pejabat tinggi yang berada di Istana dalam upaya pendongkelan AHY dari kursi ketum. 

"Ada pula sejumlah menteri dan pejabat yang ikut dalam upaya GPKPD (Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat). Meskipun Partai Demokrat memiliki harapan bahwa keterlibatan pemimpin dan pejabat itu tidak terjadi," ungkapnya. 

Dalam video itu, SBY juga menyampaikan Jokowi tak tahu-menahu soal keterlibatan Moeldoko dalam upaya GPKPD. 

3. Moeldoko dinilai berpeluang besar merebut kursi ketum Partai Demokrat

SBY: Partai Demokrat Not For Sale!IDN Times/Teatrika Handiko Putri

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin menilai Moeldoko memiliki peluang besar merebut kursi ketua umum dari AHY. Caranya dengan menggaet para individu di PD yang kecewa dengan gaya kepemimpinan AHY. 

"Karena Moeldoko dianggap orang yang kuat untuk bisa mengambil alih kursi kepemimpinan. Tapi, kan strateginya udah keburu ketahuan," ujar Ujang ketika dihubungi oleh IDN Times melalui telepon pada 18 Februari 2021 lalu. 

Ia memperkirakan AHY sengaja mengungkap rencana adanya upaya untuk menggulingkan dia dari kursi Ketum PD. Tujuannya, untuk membendung upaya menggelar Kongres Luar Biasa (KLB).

"Kalau AHY tidak teriak atau kirim surat ke presiden, maka kursinya sebagai ketum sudah bisa diambil alih pada bulan ini. Sama seperti proses yang terjadi di Partai Berkarya, diam-diam tapi kepemimpinannya diambil alih," kata Ujang. 

Meski dianggap publik menimbulkan drama, tetapi justru hal tersebut, katanya lagi, adalah suatu keuntungan. Popularitas AHY pun kembali naik karena konflik tersebut.

Ia menilai keterlibatan Moeldoko dalam PD merupakan rencana panjang untuk membungkam partai yang oposisi terhadap pemerintah. "Sebenarnya, di PKS (Partai Keadilan Sejahtera) sudah kejadian, makanya kini partai itu terpecah," tutur dia. 

Salah satu eks petinggi PKS akhirnya membentuk Partai Gelora dan memihak pemerintah.

Baca Juga: Dua Eks Kader Demokrat Ini Disebut Ikut Temui Moeldoko di Hotel Aston 

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya