Soal Agenda Perubahan, Anies: Diakomodir atau Tidak Terserah Prabowo

Anies tidak tutup pintu untuk dialog dengan Prabowo

Jakarta, IDN Times - Anies Baswedan mengetahui delapan program perubahan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) diserahkan ke Prabowo Subianto ketika menyambangi kantor DPP pada 25 April 2024 lalu. Namun, ia menyerahkan kepada Prabowo apakah delapan agenda perubahan itu akan diakomodir oleh Presiden Terpilih 2024-2029 itu atau tidak.

Delapan agenda perubahan yaitu merawat dan memperkuat kualitas demokrasi, menjamin kebebasan rakyat berbicara dan mengkritik, menjamin kebebasan pers sebagai pilar keempat demokrasi, memperluas kesempatan berusaha dan menciptakan lapangan kerja, mewujudkan upah berkeadilan dan menjamin pemerataan akses ekonomi, menjaga kelestarian lingkungan hidup dan keseimbangan ekosistem, mewujudkan keadilan ekologis berkelanjutan dan mengedepankan etika lingkungan dan pembangunan.

"Pemegang mandat konstitusi yang memiliki kewenangan untuk menentukan, bukan orang lain. Karena konstitusi menyatakan yang memegang amanah adalah Pak Prabowo maka Pak Prabowo yang akan menentukan seperti apa. Kita hormati keputusannya," ujar Anies di kediamannya di Lebak Bulus, Jakarta Selatan ketika menjawab pertanyaan IDN Times pada Selasa (30/4/2024).

Lebih lanjut, Anies mengklaim tidak merasa ditinggalkan oleh partai politik yang dulu mengusungnya ketika pilpres 2024 lalu. Ia mengatakan komunikasi dengan tiga parpol di Koalisi Perubahan masih tetap terbuka.

Bahkan, ia tidak menutup pintu komunikasi dengan rival politiknya, Prabowo-Gibran.

"Di dalam proses komunikasi itu, selalu ada ruang terbuka untuk berbicara. Bahkan, ketika kami berdua hadir (di penetapan presiden dan wakil presiden di KPU), ada yang mempertanyakan kenapa harus hadir. Tetapi, kenyataannya kami ingin bernegara dengan terhormat dan menjalankan proses politik juga secara terhormat," tutur dia lagi.

Menurutnya, meski berbeda pola pikir dan sudut pandang bukan berarti harus menutup pintu dialog. Bahkan, kata Anies, para pendiri Republik Indonesia pun meski punya pola pikir berbeda tetapi tetap bersedia berdialog di satu meja.

"Jangan kalau duduk semeja lalu diartikan sama semua. Karena beberapa pengalaman beberapa tahun ini kan minim dialog. Jangan, kalau ada dialog harus sama (pola pikirnya)," katanya.

Baca Juga: Anies-Cak Imin Resmi Bubarkan Timnas AMIN

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya