Suciwati: Isu HAM Bukan 5 Tahunan, Tiap Kamis Kami Ada di Depan Istana

Suci sebut HAM diinjak karena penjahatnya maju jadi capres

Jakarta, IDN Times - Istri Munir Said Thalib, Suciwati, menepis anggapan bahwa isu Hak Asasi Manusia (HAM) seolah-olah muncul hanya lima tahun sekali menjelang pemilu. Menurutnya, salah satu penyebab pelanggaran HAM terkesan jadi isu lima tahunan lantaran pejabat yang memiliki rekam jejak sebagai pelanggar HAM kerap muncul di pemilu. Di Pemilu 2024, ia menyebut Prabowo Subianto sebagai penjahat HAM. 

"Iya (lima tahunan) kalau yang muncul (di pemilu) orangnya itu-itu aja. Ya gak? (Kalau yang muncul di pemilu) orang lain ya kita ngomong lagi hal yang lain. Bukan kasus penculikannya, tapi kejahatan apa yang dia bawa," ujar Suci dalam peringatan 17 tahun aksi Kamisan di depan Istana Negara, dikutip dari YouTube Jakartanicus, Jumat (19/1/2024). 

"Jadi, jangan memutarbalikan fakta bahwa kita selalu memunculkan (isu pelanggaran HAM) lima tahun sekali. Hei, Aksi Kamisan di sini! Setiap Kamis kita berdiri di sini! Kita ngomong soal kasus penculikan, tapi di sana budek," katanya sambil jari tangan menunjuk ke arah Istana. 

Suci menilai, bila pemerintah membuka telinga dan akomodatif, maka kasus-kasus pelanggaran HAM sudah selesai. Ia pun mengaku tidak bisa menyampaikan kepada anak-anaknya bila penjahat HAM ikut pemilu dan berpeluang besar terpilih jadi presiden. 

"Itu hal yang sangat memalukan! Tidak hanya buat saya tapi buat bangsa ini juga, karena menormalisasi kejahatan dan itu sebuah ruang di mana rasa malu sudah hilang. Emang itu kita?" katanya lagi. 

Baca Juga: 17 Tahun Aksi Kamisan Digelar Depan Istana Negara

1. Suciwati ingatkan bila presiden penjahat HAM maka akan terjadi pembungkaman

Suciwati: Isu HAM Bukan 5 Tahunan, Tiap Kamis Kami Ada di Depan IstanaIstri Munir, Suciwati ketika berorasi di peringatan 17 tahun Aksi Kamisan. (Tangkapan layar YouTube Jakartanicus)

Lebih lanjut, Suciwati mewanti-wanti kebebasan berekspresi terancam dibredel bila presiden merupakan penjahat HAM. Ia pun mengajak masyarakat untuk menolak presiden yang memiliki rekam jejak pelanggaran HAM. 

"Akan ada orang-orang yang seperti itu (hilang) bila presidennya penjahat HAM. Apakah kita setuju penjahat menguasai dan menindas kita? Kita harus katakan tolak!" kata dia. 

Hal lain yang membuat Suciwati semakin geram ketika beredar narasi di media sosial bahwa penculikan para aktivis tidak ada. Selain itu, pelaku penculikan dinarasikan baik, bergembira, dan kerap joged-joged. 

"Ada pula dulu aktivis, sekarang sudah tidak lagi karena sudah menjadi bagian dari rezim, mengatakan bahwa aktivis yang sempat diculik oleh Prabowo sudah dikembalikan ke keluarga. Jadi, seolah-olah kejahatannya diputihkan," ujar Suci. 

Ia tegas juga menolak narasi tersebut. Meski sudah mengembalikan sebagian korban yang diculik, pelaku tetap harus melewati proses hukum. 

"Itu hukumnya siapa? Justru, itu melanggar hukum, bung!" tutur dia lagi. 

Baca Juga: Suciwati Desak Komnas Tetapkan Pembunuhan Munir Pelanggaran HAM Berat

2. Korban pelanggaran HAM secara konsisten berorasi di depan Istana tiap Kamis

Suciwati: Isu HAM Bukan 5 Tahunan, Tiap Kamis Kami Ada di Depan IstanaPeringatan 17 tahun Aksi Kamisan di depan Istana Negara. (www.instagram.com/@pbhi_nasional)

Suci juga menyebut, keluarga dari korban pelanggaran HAM terus berorasi dan meminta pertanggungjawaban negara. Hal itu dilakukan secara konsisten setiap hari Kamis. 

"Hari Kamis kan terus ada. Jangan dibilang (ini isu) lima tahunan, Itu justru memutar balikan fakta!" katanya. 

Ia menilai, aksi Kamisan sudah konsisten dilakukan di depan Istana Negara selama 17 tahun. Baginya hal tersebut memalukan. Sementara, tidak ada tindakan konkret dari negara untuk mengadili para pelaku pelanggaran HAM. 

"Itu artinya presidennya tidak bekerja karena memakai kasus pelanggaran HAM, korban untuk menaikan diri menjadi penguasa. Itu saja hari ini yang kita tahu. Jadi, siapapun presidennya kita akan melawan karena kasus pelanggaran HAM belum diselesaikan," tutur dia. 

3. Suciwati ajak publik tidak diam ketika melihat konstitusi diinjak-injak

Suciwati: Isu HAM Bukan 5 Tahunan, Tiap Kamis Kami Ada di Depan IstanaMahkamah Konsitusi.(IDN Times/media merah putih

Ia pun mengimbau anak muda yang hendak menggunakan hak suaranya pada 14 Februari 2024, agar tidak mudah terbuai pada gimik yang menyesatkan. Suci kembali mengajak publik untuk menyatakan bahwa kasus pelanggaran HAM berat belum selesai. 

"Kasus penculikan, tragedi Mei, pembunuhan, dan kasus pelanggaran HAM berat lainnya belum diselesaikan hari ini. Ayo kita teruskan dan menyuarakan bahwa kita punya utang sejarah yang harus diselesaikan. Jangan buat Indonesia lebih malu," kata dia. 

Suci pun mengajak publik untuk tidak diam ketika terjadi peristiwa konstitusi yang sudah diinjak-injak. Ia merujuk kepada peristiwa di mana Presiden Joko "Jokowi" Widodo meloloskan putranya untuk bisa melenggang sebagai calon wakil presiden lewat putusan Mahkamah Konstitusi (MK). 

"Jadi, jangan diam!" teriaknya. 

https://www.youtube.com/embed/KKO_c-GBllE

Baca Juga: [WANSUS] Suciwati: Cak Munir Bukan Musuh Negara!

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya