Wisata Labuan Bajo Ditutup, Ini Cara Usaha Kopi Lokal Hadapi Pandemik

Kita dukung terus UMKM lokal yuk

Jakarta, IDN Times - Tahun 2013, perhelatan Sail Komodo yang diadakan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Nusa Tenggara Timur menjadi titik balik usaha kopi milik Werry Tan, LaBajo Flores Coffee. Ramainya wisatawan yang datang membuat produk kopinya semakin dikenal sebagai salah satu oleh-oleh khas daerah tersebut.

Sekitar 7 tahun kemudian, Maret 2020, pandemik COVID-19 yang melanda dunia membuat kegiatan wisata di NTT terhenti. Penjualan kopi Werry yang mengandalkan pasar wisatawan ikut terhenti, nol sama sekali. Di momen inilah Werry mulai serius menjajaki platform online untuk memasarkan produknya.

Baca Juga: Gerakan #BanggaBuatanIndonesia Bantu UMKM Hadapi Masa Pandemik

1. Berawal dari usaha rumahan hingga jadi oleh-oleh khas Labuan Bajo

Wisata Labuan Bajo Ditutup, Ini Cara Usaha Kopi Lokal Hadapi PandemikDok. LaBajo Flores Coffee

Usaha kopi milik Werry bermula dari usaha rumahan yang dijalani orang tuanya pada tahun 1980-an di daerah Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Cara produksinya pun masih sederhana, disangrai manual menggunakan kuali lalu dibungkus dengan plastik biasa.

Tahun 2010 ketika pariwisata di Labuan Bajo mulai naik, Werry melihat peluang untuk menjadikan kopinya oleh-oleh khas Labuan Bajo. “Saat itu orang-orang kesulitan mencari souvenir. Dulu kain tenun souvenir yang populer, tapi kain tenun kan mahal. Akhirnya kita berpikir kenapa tidak kopi saja. Kan lebih murah harganya, sebungkus bisa hanya Rp20.000-Rp30.000,” jelas Werry.

Baca Juga: E-Commerce Jadi Pilihan UMKM untuk Berbisnis di Tengah Pandemik

2. Perjuangan mengenalkan potensi kopi asli Labuan Bajo

Wisata Labuan Bajo Ditutup, Ini Cara Usaha Kopi Lokal Hadapi Pandemikinstagram.com/labajoflorescoffee

Agar lebih layak dipasarkan sebagai oleh-oleh khas Labuan Bajo, Werry melakukan beberapa upgrade pada produk kopi LaBajo Flores Coffee. Dirinya mulai membeli mesin sangrai yang dilengkapi timer dan pengatur suhu agar produksi lebih konsisten. Kemudian kemasan plastik juga digantikan dengan bentuk kertas atau alumunium foil. Tak sia-sia, saat penyelenggaraan Sail Komodo tahun 2013, produk LaBajo Flores Coffee jadi salah satu pilihan utama oleh-oleh, termasuk untuk diberikan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Namun perjuangan Werry mengenalkan produk kopi sebagai oleh-oleh khas Labuan Bajo tidaklah mudah. “Dulu saya berjualannya masih door-to-door ke supermarket atau hotel, meyakinkan mereka kalau ini bisa laku. Mereka masih memilih berjualan kopi kemasan, padahal itu bukan khas daerah sini. Kalau membandingkan harga memang kopi kita lebih mahal karena kopi kemasan itu kan mass product. Tapi kan wisatawan tidak mungkin beli kopi kemasan seperti itu karena di tempat mereka juga ada,” ujarnya.

3. Hadapi kendala saat pertama kali memulai jualan online

Wisata Labuan Bajo Ditutup, Ini Cara Usaha Kopi Lokal Hadapi PandemikFreepik/pressfoto

Seiring berjalannya waktu, Werry melihat bahwa orang tidak lagi mencari produk kopinya sebagai souvenir, tapi juga sebagai konsumsi sehari-hari. Melihat potensi untuk menjangkau pasar yang lebih luas, tahun 2018 Werry mulai mencoba memasarkan produk LaBajo Flores Coffee secara online. Namun saat itu itu ia menghadapi kendala biaya kirim yang terlalu tinggi, bisa dua kali lipat dari harga produk kopinya. Otomatis pembeli juga akan enggan untuk memesan kopinya secara online.

Baru di Maret 2020 lalu, Werry bertemu dengan perwakilan salah satu platform e-commerce, Blibli.com, yang saat itu mengunjungi Labuan Bajo bersama Kementerian Koperasi. “Mereka ajak kita untuk buka toko di platform mereka. Bagusnya mereka ada promo ongkos kirim. Setelah saya simulasi, pengiriman ke Jakarta ini bisa hanya Rp10.000 biayanya. Ini angkanya baru masuk akal untuk konsumen. Lalu mereka juga bantu promosi produk LaBajo Flores Coffee karena mereka punya program khusus UMKM di wilayah Labuan Bajo,” cerita Werry.

4. Selama pandemik, cash flow usaha terbantu akibat berjualan di platform online

Wisata Labuan Bajo Ditutup, Ini Cara Usaha Kopi Lokal Hadapi Pandemikidn media

Tak disangka, pertemuan Werry dengan Blibli.com dapat membantu usahanya melalui masa-masa sulit selama pandemik COVID-19. Selama pandemik, kegiatan wisata di Labuan Bajo berhenti total sehingga penjualan produk kopinya di toko-toko offline turut berhenti. Padahal konsumen utama dari produk Werry adalah para wisatawan karena masyarakat lokal Labuan Bajo lebih memilih untuk memproduksi kopi sendiri atau mengonsumsi kopi kemasan.

“Saya rasa ini timing-nya pas. Begitu tim Blibli.com pulang, begitu COVID-19 mulai ramai. Waktu itu karena penjualan offline masih berjalan lancar, kita tidak terlalu fokus untuk berjualan online. Dalam comfort zone, ibaratnya. Tapi ternyata justru penjualan online ini yang menolong cash flow perusahaan di masa pandemik. Tetap ada transaksi meski belum besar,” jelasnya.

5. Antusias dengan gerakan Bangga Buatan Indonesia untuk kembangkan oleh-oleh khas Labuan Bajo

Wisata Labuan Bajo Ditutup, Ini Cara Usaha Kopi Lokal Hadapi PandemikBlibli luncurkan kampanye dukung gerakan #KarenaLokalNo1 dukung gerakam #BanggaBuatIndonesia (Dok. Blibli)

Seperti yang dialami LaBajo Flores Coffee, tentu banyak UMKM yang terdampak COVID-19. Untuk membantu mereka, Pemerintah Indonesia bersama Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) menginisiasi gerakan Bangga Buatan Indonesia. Inisiatif ini pun disambut baik oleh Werry, “Ini program bagus, apalagi ada logo Bangga Buatan Indonesia yang membuat orang tahu bahwa ini benar produk dari Indonesia. Untuk UMKM ini kan selalu kendalanya di biaya promosi. Dengan gerakan bersama ini kita juga terbantu untuk promosi. Harapannya semoga gerakannya bisa mengerucut lagi untuk promosi masing-masing daerah, Bangga Buatan Labuan Bajo misalnya.”

Werry juga mengungkapkan pihaknya bersama Blibli.com sedang mendiskusikan ide untuk diterapkan di kawasan wisata jika nanti sudah kembali beroperasi. Menurutnya penyesuaian perlu dilakukan pada konsep toko souvenir. “Dengan banyaknya protokol kesehatan, mungkin wisatawan akan enggan ke toko souvenir. Kenapa tidak kita buat online. Kita ajak teman-teman UMKM, termasuk yang di desa yang tidak punya akses ke platform online. Kita kumpulkan semua produk di gudang saya, lalu dipasarkan di satu toko oleh-oleh Labuan Bajo di Blibli.com. Wisatawan tinggal pilih di situ, pesan, lalu barangnya dikirimkan dengan kurir ke hotel. Jadi menggabungkan online-offline, new normal toko souvenir,” jelasnya.

Topik:

  • Saraya Adzani

Berita Terkini Lainnya