Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_2411.jpeg
Pak Adi Sumirat (46), seorang penjual donat keliling, merasakan langsung dampak dari hadirnya Sekolah Rakyat. (Dok Tim Komunikasi Prabowo)

Intinya sih...

  • Cerita awal Pak Adi tahu tentang Sekolah Rakyat.

  • Anak Pak Adi bisa merasakan pendidikan formal.

  • Pak Adi menaruh harapan besar pada pengembangan Sekolah Rakyat.

Jakarta, IDN Times — Bagi Adi Sumirat (46), penjual donat keliling di kampungnya, Sekolah Rakyat yang diwujudkan Presiden RI Prabowo Subianto bukan sekadar program pendidikan gratis, sekolah ini adalah berkah nyata bagi keluarganya.

Dengan penghasilan harian yang tak pasti, antara Rp60 ribu hingga Rp70 ribu bersih dari berjualan kue donat, Adi mengaku berat jika harus menyekolahkan anaknya tanpa bantuan.

1. Respons Pak Adi ketika pertama kali mendengar Sekolah Rakyat

ilustrasi donat (pexels.com/David Kokhreidze)

Saat ditemui di Sekolah Rakyat Sentra Terpadu Inten Suweno Jl. SKB No. 3, Karadenan, Kec. Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (14/7), Pak Adi bercerita.

“Namanya jualan kadang-kadang nyampe keuntungan bersihnya itu kadang-kadang 60, kadang-kadang sampai 70 ribu,” ujar Adi.

Ketika pertama kali mendengar nama "Sekolah Rakyat", ia mengaku belum begitu paham. Namun segalanya berubah ketika ada perwakilan pemerintah datang langsung ke rumah.

“Pas itu ada yang dari Kemensos datang ke rumah, ngejelasin bahwa Sekolah Rakyat gini, gini, gini. Katanya putri saya itu masuk calon ke Sekolah Rakyat. Terus saya gini aja, ya terserah anaknya. Kalau misalkan dia bersedia, silakan,” ujarnya.

2. Bersyukur sang anak bisa merasakan pendidikan formal

Anak-anak sekolah dasar (pexels.com/ujangubet hidayat)

Pak Adi mengaku makin yakin ketika diberi pemahaman bahwa seluruh kebutuhan anak, mulai dari sepatu, seragam, buku pelajaran, hingga makan, ditanggung oleh negara.

“Sampai dari pendamping kirim WA bawa minta nomor sepatu, seragam, semuanya. Segala buku semua ditanggung katanya. Pokoknya makan gratis. Pokoknya fokus belajar gitu. Alhamdulillah, kata saya. Makanya terharu juga,” tuturnya.

Sebelumnya, anak pertamanya sempat berhenti sekolah dan hanya bisa menempuh pendidikan lewat paket. Kini, ia bersyukur anak keduanya, Asya, bisa menikmati pendidikan formal seperti anak-anak lainnya.

“Jadi memang ngerasa beruntung dah gitu. Mudah-mudahan dia di sini betah,” tambahnya.

3. Menaruh harapan besar pada Sekolah Rakyat

MPLS di sekolah rakyat. IDN Times/Debbie Sutrisno

Adi mengatakan sang istri juga menyambut positif program ini, terutama karena melihat langsung fasilitas yang lengkap dan suasana yang mendukung semangat belajar anak.

“Lihat fasilitasnya, alhamdulillah gitu ya. Semuanya lengkap gitu. Lebih ini lagi ya, yang penting anak kitanya tekannya bulat. Pengen belajar, pengen maju. Yang penting gitu.”

Ia juga menaruh harapan besar agar Sekolah Rakyat terus dikembangkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

“Semoga bertambah, berkembang. Bisa sampai jenjang dari SD. Ini kan sekarang SMP ya. Terus katanya SMU-nya juga ada, sudah ada. Terus berkembang.”

Tak lupa, Adi menyampaikan pesan penuh syukur kepada Prabowo atas kebijakan yang sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat bawah.

“Terima kasih untuk Bapak Presiden atas didirikannya Sekolah Rakyat. Sangat membantu sekali kepada keluarga-keluarga seperti kami yang berpenghasilan rendah. Minimal, hanya untuk bisa makan saja, alhamdulillah. Mudah-mudahan ke depannya selalu sukses. Terima kasih, Pak.” (WEB)

*Artikel ini merupakan kerja sama IDN Times dengan Tim Komunikasi Prabowo.

Editorial Team