Latar Belakang dan Aksi di Balik Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949

Serangan besar-besaran dilakukan serentak di Yogyakarta

Jakarta, IDN Times - Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yang terjadi di Yogyakarta terus dikenang dan diperingati setiap 1 Maret. Dalam sejarah, serangan ini bertujuan sebagai pembuktian terhadap keberadaan dan kekuatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di mata internasional. Harapannya hal ini dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan di Dewan Keamanan PBB yang sedang berlangsung saat itu.

Serangan besar-besaran itu dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Divisi III/GM III, Yogyakarta.

Apa yang melatar belakangi peristiwa ini? Berikut uraian tentang latar belakang dan aksi dari peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949.

Baca Juga: 1 Maret Hari Kehakiman Nasional, Ini Sejarah Pengadilan di Indonesia

1. Aksi propaganda Belanda

Latar Belakang dan Aksi di Balik Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949Facebook.com/SD Negeri 5/6 Balige

Pada awal Februari 1948, bertempat di perbatasan Jawa Timur, Letkol. dr. Wiliater Hutagalung yang merupakan Perwira Teritorial sejak September 1948 ini ditugaskan untuk membentuk jaringan persiapan gerilya di wilayah Divisi II dan III. 

Hutagalung bertemu dengan Panglima Besar Sudirman untuk memberikan laporan mengenai resolusi Dewan Keamanan PBB dan memberikan kabar bahwa Belanda menolak resolusi tersebut. Tidak hanya itu, Belanda juga melancarkan aksi propaganda dengan menyebarkan berita bahwa Republik Indonesia sudah tidak ada lagi.

Baca Juga: Museum Benteng Vredeburg, Saksi Sejarah Perjuangan Kemerdekaan

2. Panglima Besar Sudirman menginstruksikan untuk memutarbalikkan propaganda Belanda

Latar Belakang dan Aksi di Balik Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949Ilustrasi Jenderal Sudirman (IDN Times/Arief Rahmat)

Atas instruksi yang diberikan Panglima Besar Sudirman, Hutagalung mengambangkan pemikirannya dengan memikirkan strategi-strategi yang memungkinkan untuk memutar balik propaganda yang disebarkan oleh Belanda. Hutagalung akhirnya berpikir bahwa mereka perlu untuk meyakinkan dunia internasional terutama Amerika Serikat dan Inggris, bahwa bangsa Indonesia masih kuat dan memiliki Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Untuk meyakinkan dunia internasional akan hal itu, perlu diadakan serangan yang tidak bisa disembunyikan oleh siapapun, termasuk Belanda sendiri. Serangan ini pun harus diketahui oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) dan para wartawan asing, agar pemberitaan mengenai serangan ini bisa disebarluaskan ke seluruh dunia.

Gagasan yang diberikan Hutagalung ini disetujui oleh Panglima Besar Sudirman. Akhirnya ia diinstruksikan untuk mengkoordinasikan gagasan tersebut dengan Panglima Divisi II dan III. Berikut rencana penyerangan yang akan dilakukan:

  1. Serangan akan dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Divisi III, yang melibatkan Wehrkreise I, II, dan III
  2. Mengerahkan seluruh potensi militer dan sipil di bawah Gubernur Militer III
  3. Mengadakan serangan terhadap satu kota besar di wilayah Divisi III
  4. Harus berkoordinasi dengan Divisi II agar memperoleh efek lebih besar
  5. Serangan tersebut harus diketahui dunia internasional, untuk itu perlu mendapat dukungan dari:
    • Wakil Kepala Staf Angkatan Perang guna koordinasi dengan pemancar radio yang dimiliki oleh AURI dan Koordinator Pemerintah Pusat
    • Unit PEPOLIT (Pendidikan Politik Tentara) Kementerian Pertahanan

3. Yogyakarta dipilih sebagai lokasi penyerangan

Latar Belakang dan Aksi di Balik Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949Ilustrasi Tugu Pal Putih Yogyakarta (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Setelah rencana penyerangan tersebut disetujui, Panglima Divisi III/GM III Kolonel Bambang Sugeng bersikeras untuk menempatkan Yogyakarta sebagai lokasi penyerangan. Ada tiga alasan penting mengapa Yogyakarta dipilih menjadi lokasi penyerangan, yaitu:

  1. Yogyakarta merupakan ibu kota RI, sehingga apabila direbut, akan sangat berpengaruh terhadap perjuangan Indonesia melawan Belanda
  2. Banyak wartawan asing yang berada di Yogyakarta, khususnya di Hotel Merdeka Yogyakarta. Selain itu juga masih banyak anggota delegasi UNCI serta pengamat militer dari PBB
  3. Yogyakarta berada di bawah wilayah Divisi III/GM III sehingga tidak memerlukan persetujuan dari Panglima/GM lain. Semua pasukan pun memahami dan menguasai situasi dari daerah operasi

4. TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta

Latar Belakang dan Aksi di Balik Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949ilustrasi merdeka (IDN Times/Mardya Shakti)

Pada 1 Maret 1949, serangan secara besar-besaran serentak dilakukan di seluruh wilayah Divisi III/GM III pada pagi hari. Penyerangan ini berfokus pada Ibu Kota Republik Indonesia, Yogyakarta. 

Pada saat yang bersamaan, dilakukan juga serangan pada Kota Surakarta. Hal ini dilakukan guna menahan tentara Belanda dalam pertempuran agar tidak dapat mengirimkan bantuannya ke Yogyakarta. 

Dari hasil penyerangan ini, TNI berhasil menduduki Yogyakarta selama 6 jam. Serangan yang dilakukan pada Kota Surakarta pun berhasil dan dapat menahan tentara Belanda di sana. 

Baca Juga: 10 Gua Jepang di Indonesia, Saksi Bisu Perjuangan Masyarakat

5. Sayangnya Belanda berhasil menerobos pasukan Indonesia

Latar Belakang dan Aksi di Balik Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949ilustrasi penjajahan Belanda di Indonesia (nos.nl)

Tentara Belanda saat itu mengirimkan pasukan bantuannya yang berada di Magelang.  Sayangnya, tentara Indonesia yang berada di Yogyakarta hanya mampu memperlambat gerak dari pasukan tersebut. Sekitar pukul 11.00, pasukan bantuan Belanda dari Magelang tersebut berhasil menerobos hadangan gerilyawan Republik Indonesia. 

Akibat dari peristiwa ini, Indonesia mencatat ada 300 prajurit yang tewas, 53 anggota polisi tewas. Sedangkan rakyat biasa yang tewas tidak dapat dihitung dengan pasti. Selain itu, menurut majalah Belanda De Wappen Broeder yang terbit pada Maret 1949, korban di pihak Belanda selama Maret 1949 tercatat sebanyak 200 orang tewas dan mengalami luka-luka.

Itulah latar belakang dan aksi dari perjuangan bangsa Indonesia dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yang terjadi di Yogyakarta. Pada hari ini, mari kita mengenang jasa para pahlawan dalam upaya mereka memperjuangkan bangsa Indonesia. 

Baca Juga: Mengenang Sejarah Serangan Umum 1 Maret lewat Wayang Sinema

Topik:

  • Bella Manoban
  • Dwifantya Aquina
  • Stella Azasya
  • Mohamad Aria

Berita Terkini Lainnya