Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Alutsista Astros II MK 6
Alutsista Astros II MK 6 milik Kostrad yang dipajang di TNI Fair 2025. (IDN Times/Santi Dewi)

Intinya sih...

  • Astros II MK 6 adalah alutsista modern milik TNI AD

  • Dibuat di Brasil, mampu melaju hingga 110 km/jam, dan memiliki kapabilitas roket multikaliber dengan jangkauan hingga 600 km

  • Dilengkapi dengan sistem kontrol tembakan, radar trajektografi, dan kendaraan pendukung lainnya

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Artillery Saturation Rocket System (Astros) II MK 6 jadi salah satu alat utama sistem senjata (alutsista) modern milik TNI AD, yang dipajang pada acara TNI Fair 2025, dalam rangkaian perayaan HUT ke-80 TNI di Lapangan Silang Monas, Jakarta Pusat.

Alusista berupa peluncur roket milik Batalyon Artileri Medan (Yonarmed) 10 Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) ini, menyita perhatian masyarakat yang berkunjung ke Monas. Banyak di antara mereka mengabadikan momen ini dengan berswafoto di atas Astros II MK 6.

Merangkum dari berbagai sumber, berikut ini sederet spesifikasi alutsista Astros II MK 6.

1. Astros dibuat di Brasil, mampu melaju hingga kecepatan 110 km/jam

Latihan penembakan alat tempur HIMARS dan ASTROS dalam Garuda Shield 2021 (www.twitter.com/@LembagaKERIS)

Astros merupakan alusista buatan perusahaan Avibras Aerospacial dari Brasil. Sistem ini mulai dikembangkan pada 1983 dan melalui beberapa generasi. Indonesia mengadopsi varian Astros tipe II generasi ke‑6, atau disebut Astros II MK 6.

Kendaraan ini memiliki bobot sekitar 24 ton, apabila tanpa muatan amunisi dan 28 ton dengan amunisi penuh.

TNI AD mulai memiliki Astros II MK‑6 sejak 2015, dan hingga kini sudah menjadi bagian dari kekuatan Artileri Medan (Armed) dengan beberapa batalyon.

Dari segi mobilitas dan platform operasi, peluncur dipasang di atas kendaraan truk berkonfigurasi 6×6, yang dikenal sebagai AV‑LMU (Universal Multiple Launcher Module). Kendaraan ini mampu melaju dengan kecepatan maksimum sekitar 110 km/jam.

Selain itu, Astros II MK 6 dapat dipindah posisi fleksibel (self‑propelled), serta dapat diangkut melalui pesawat angkut seperti C‑130.

2. Kapabilitas roket dan jangkauan

Astros II MK 6 (dok. TNI AD)

Astros II MK 6 ini mendukung amunisi multikaliber, yang mencakup berbagai jenis roket seperti SS‑09 (kaliber sekitar 70 mm); SS‑30 (127 mm); SS‑40 (180 mm); SS‑60 dan SS‑80(300 mm); SS‑150 (450 mm); Seri Astros TM‑300 (450 mm).

Jarak jangkau untuk roket‑roket ini bervariasi, tergantung jenisnya. Roket yang diluncurkan Astros II MK 6 paling jauh mampu menjangkau hingga 600 kilometer dengan kecepatan 80 kilometer per jam.

3. Sistem kontrol, operasional, hingga kemampuan tempur

Astros II MK 6 dilengkapi dengan unit kontrol tembakan (Fire Control Unit/AV‑UCF) yang berperan sebagai pusat komando untuk baterai peluncur. Termasuk juga perangkat pendukung berupa komputer kontrol (fire control computer), radar trajektografi, radio digital, serta sistem komunikasi cadangan.

Selain itu alutsista ini dilengkapi dengan kendaraan‑suplai amunisi (AV‑RMD), kendaraan komando (AV‑PCC dan AV‑VCC), kendaraan meteorologi (AV‑MET), serta kendaraan untuk bengkel pemeliharaan (AV‑OFVE).

Kemudian, keunggulan Astros II MK 6 ialah dari segi amunisi dengan hulu ledak submunisi copper cone yang diklaim mampu menembus baja dengan ketebalan hingga 20 cm. Hal ini membuatnya efektif terhadap sasaran seperti kendaraan lapis baja atau tank.

Di samping itu, alustsista ini juga mampu meluncurkan roket dengan cepat, jumlah peluncur per unit dapat mencapai puluhan, dan roket bisa diluncurkan secara bertubi‑tubi (burst), mendukung taktik shoot and scoot untuk menghindari serangan balasan.

Meski begitu, Astros II MK 6 masih punya tantangan terkait tempo reload atau pengisian ulang yang bisa jadi faktor penghambat bila logistik dan kesiapan bagian pendukung kurang memadai. Tantangan lainnya berkaitan dengan akurasi, terutama pada sasaran yang bergerak atau dalam medan yang kompleks, masih bergantung pada sistem kontrol, radar, dan dukungan intelijen.

Editorial Team