Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi kesehatan ibu dan anak. IDN Times/Indiana Malia

Jakarta, IDN Times - Pembatasan perdagangan pangan di Indonesia dinilai menyebabkan tingginya harga pangan. Hal itu dapat mengarah pada peningkatan prevalensi stunting.

"Beban dari kebijakan pembatasan perdagangan ditanggung oleh konsumen. Oleh sebab itu, Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) merekomendasikan beberapa reformasi kebijakan," kata Peneliti CIPS Assyifa Szami Ilman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI, Jakarta, Kamis (21/3).

1. Peraturan menteri perdagangan mendesak direvisi

IDN Times/Indiana Malia

Menurut Szami, peraturan menteri perdagangan mendesak direvisi. Pada Permendag 1/2018 Pasal 16 (1), peran swasta perlu didorong dalam mengimpor beras. "Hal itu akan mendorong kinerja pasar beras yang lebih efisien," jelasnya.

2. Kemendag disarankan menghapus larangan daging sapi impor

pixabay.com/gate74

CIPS juga merekomendasikan revisi Permendag 59/2016 Pasal 9 dan 19. Pada pasal 19, CIPS menyarankan Kemendag untuk menghapus larangan daging sapi impor yang relatif lebih murah untuk masuk pasar tradisional. Sementara, pada Pasal 9, tidak membatasi kegiatan impor dengan alasan kesehatan hanya kepada BUMN, melainkan memperluas pengawasan masukan daging juga ke pihak swasta.

"Juga mengurangi birokrasi dari Kementerian BUMN," jelasnya.

3. CIPS merekomendasikan menghapus pembatasan impor

Odesa Indonesia

Selain itu, CIPS juga merekomendasikan Revisi Permendag 21/2018 Pasal 3(1) dan 3(2). Hal itu berisi menghapus pembatasan impor (dalam bentuk monopoli) yang selama ini membebani pabrik penggilingan pakan.

"Itu mengakibatkan tingginya harga pakan dan memengaruhi 50-60 persen biaya produksi peternakan unggas," kata Szami.

4. Harga pangan berkaitan erat dengan kasus stunting

IDN Times/Sukma Shakti

Dengan menggunakan perhitungan ekonometrika Instrumen Variabel Probit, kata Szami, ditemukan bahwa naiknya harga pangan akan menurunkan tingkat konsumsi. Sementara, tingkat konsumsi pangan yang rendah akan meningkatkan kasus stunting.

"Kenaikan harga pangan sebesar seribu rupiah akan berpotensi mengurangi konsumsi beras rumah tangga per kapita bulanan sebesar 0,67 kg," ungkap Szami.

5. Kenaikan harga pangan berpotensi menaikkan angka stunting

heart.org

Secara keseluruhan, adanya kenaikan harga pangan yang diobservasi (beras, daging ayam, daging sapi, telur dan ikan) berpotensi menaikkan probabilitas stunting secara signifikan. Szami mengungkapkan, perubahan harga Rp1 ribu menimbulkan dampak perubahan di tiap bahan pangan.

"Dengan perubahan harga seribu rupiah saja, berpengaruh 2,44 persen pada beras, 0,18 persen pada daging sapi, 0,87 persen pada daging ayam, 6,84 persen pada telur, dan 0,81 persen pada ikan," jelasnya.

Editorial Team