24 Jemaah Haji Indonesia Wafat Saat Prosesi Puncak Haji Arafah-Mina

Jemaah yang terserang heatstroke sebanyak 39 orang

Makkah, IDN Times - Jemaah haji telah melaksanakan proses puncak haji yang dimulainpada 27 Juni 2023, dengan wukuf di Arafah. Dalam prosesi ini sebanyak 24 jemaah Indonesia wafat.

Kepala Seksie Kesehatan Satgas Mina dokter Thafsin Alfarizi mengatakan, mereka yang meninggal tersebut merupakan jemaah haji reguler dan khusus.

"Perkembangan sampai tanggal 29 Juni pukul 10.00 Waktu Arab Saudi jemaah haji yang wafat itu sebanyak 24 orang. Rinciannya, 22 reguler, 2 haji khusus," ujar Thafsin, Rabu (29/6/2023).

Dari jumlah itu, 14 meninggal di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS), 6 orang di pos layanan kesehatan di Mina, dan 2 orang dalam perjalanan di pinggir jalan maktab 56. Mayoritas jemaah haji yang meninggal merupakan lansia.

Menurut Thafsin, penyebab kematian jemaah karena penyakit jantung, paru-paru, dan diabetes.

"Itu penyakit yang terbesar. Jemaah yang meninggal rencananya dimakamkan di Syarayah dekat Kota Makkah," kata Thafsin.

Sementara itu, jemaah haji Indonesia yang dirawat di RSAS, Mina Al Wadi, sekitar 56 orang termasuk di Mina Azzasir. Sedangkan jemaah-jemaah haji yang diobservasi di rumah sakit Mina 189 orang.

"Ini merupakan data hari kedua dari tanggal 28 Juni selama jemaah berada di Mina. Penyebab terbanyak itu penyakit heatstroke. Mereka rata-rata berusia di atas 55 tahun," bebernya.

Adapun jemaah yang terserang heatstroke sebanyak 39 orang, penyakit pernapasan 19 orang, dan kelelahan 17 orang.  "Ini adalah penyakit tiga terbesar dari angka kunjungan pos pelayanan selama dua hari di Mina hingga jam 10 pagi ini," ucapnya.

Jemaah haji yang terkena heatstroke karena sengatan atau terpapar cukup lama panas tanpa menggunakan pelindung diri, dan juga kurangnya cairan.

"Imbauan untuk melontar sebaiknya ikutilah aturan yang sudah diatur pemerintah Indonesia, jam-jam tertentu sehingga untuk kepadatan maupun cuaca apabila ada cuaca cukup panas menggunakan penutup kepala atau payung kemudian kaca mata," katanya.

Thafsin juga mengingatkan jemaah agar tidak lupa minum oralit dengan air sebanyak 300 ml sekali dalam sehari sebelum pergi.

"Siapkan minum selama di perjalanan dan semprotan-semprotan yang mungkin bisa mengurangi dehidrasi selama melempar di jamarat. Ya itu jadi pemicu heatsteoke," katanya.

Thafsin menyarankan agar jemaah yang tidak bisa melontar jumrah karena kondisi kesehatan  sebaiknya dibadalkan saja.

"Haji itu adalah Arafah yang sudah kita selesaikan. Apabila tidak bisa dengan kondisi fisik, dengan cuaca yang cukup ekstrem bagi kita maka bisa dibadalkan baik itu teman maupun petugas yang nanti bisa membadalkan kita di jamarat," katanya.

Baca Juga: 7 Jemaah Haji Wafat Saat Wukuf di Arafah

1. Penyebab utama kematian jemaah

Menurut Thafsin, penyebab kematian jemaah karena penyakit jantung, paru-paru, dan diabetes.

"Itu penyakit yang terbesar. Jemaah yang meninggal rencananya dimakamkan di Syarayah dekat Kota Makkah," kata Thafsin.

Sementara itu, jemaah haji Indonesia yang dirawat di RSAS, Mina Al Wadi, sekitar 56 orang termasuk di Mina Azzasir. Sedangkan jemaah-jemaah haji yang diobservasi di rumah sakit Mina 189 orang.

"Ini merupakan data hari kedua dari tanggal 28 Juni selama jemaah berada di Mina. Penyebab terbanyak itu penyakit heatstroke. Mereka rata-rata berusia di atas 55 tahun," bebernya.

2. Jemaah terserang heatstroke 39 orang

Adapun jemaah yang terserang heatstroke sebanyak 39 orang, penyakit pernapasan 19 orang, dan kelelahan 17 orang.  "Ini adalah penyakit tiga terbesar dari angka kunjungan pos pelayanan selama dua hari di Mina hingga jam 10 pagi ini," ucapnya.

Jemaah haji yang terkena heatstroke karena sengatan atau terpapar cukup lama panas tanpa menggunakan pelindung diri, dan juga kurangnya cairan.

"Imbauan untuk melontar sebaiknya ikutilah aturan yang sudah diatur pemerintah Indonesia, jam-jam tertentu sehingga untuk kepadatan maupun cuaca apabila ada cuaca cukup panas menggunakan penutup kepala atau payung kemudian kaca mata," katanya.

3. Jemaah lansia perlu dibadalkan

Thafsin juga mengingatkan jemaah agar tidak lupa minum oralit dengan air sebanyak 300 ml sekali dalam sehari sebelum pergi.

"Siapkan minum selama di perjalanan dan semprotan-semprotan yang mungkin bisa mengurangi dehidrasi selama melempar di jamarat. Ya itu jadi pemicu heatsteoke," katanya.

Thafsin menyarankan agar jemaah yang tidak bisa melontar jumrah karena kondisi kesehatan  sebaiknya dibadalkan saja.

"Haji itu adalah Arafah yang sudah kita selesaikan. Apabila tidak bisa dengan kondisi fisik, dengan cuaca yang cukup ekstrem bagi kita maka bisa dibadalkan baik itu teman maupun petugas yang nanti bisa membadalkan kita di jamarat," katanya.

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya