Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
siaranpers_pemprov_dki-20251023133532_jbkwzu_973.jpeg
Wagub DKI Jakarta Rano Karno kunjungi kampung siaga TBC di Jakarta Timur, Kamis (23/10/25). (Dok. Pemprov DKI)

Intinya sih...

  • Pemprov DKI Jakarta bangun 563 kampung Siaga TBC

  • Program fokus pada deteksi dini dan pelibatan masyarakat

  • Rano Karno ingatkan masyarakat agar tidak menganggap enteng penyakit TBC

  • Pemprov DKI bangun 563 kampung Siaga TBC

  • TBC lebih parah dari COVID-19

  • Pengobatan TBC tidak boleh putus

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mencatat jumlah kasus Tuberkulosis (TBC) di Ibu Kota masih cukup tinggi. Hingga 20 Oktober 2025, jumlah kasus yang ditemukan mencapai 45.568 kasus, atau sekitar 65 persen dari target temuan tahun ini.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan, tren kasus TBC di Jakarta menunjukkan dinamika signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, tercatat 45.861 kasus, meningkat 102 persen dibanding tahun sebelumnya. Angka itu kembali naik pada 2023 menjadi 60.420 kasus atau 112 persen.

“Memang ada sedikit penurunan pada 2024, yaitu 66.072 kasus (94 persen). Namun hingga Oktober 2025, kita sudah menemukan lebih dari 45 ribu kasus dan angka ini masih bisa bertambah hingga akhir tahun,” ujar Ani di Balekambang, Jakarta Timur, Kamis (23/10/2025).

1. Pemprov DKI bangun 563 kampung Siaga TBC

Wagub DKI Jakarta Rano Karno kunjungi kampung siaga TBC di Jakarta Timur, Kamis (23/10/25). (Dok. Pemprov DKI)

Ani menjelaskan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus memperkuat berbagai upaya penanggulangan TBC, salah satunya melalui program Kampung Siaga TBC yang berfokus pada peningkatan deteksi dini dan pelibatan masyarakat.

Pada 2024, Pemprov DKI Jakarta berhasil membentuk 274 Kampung Siaga TBC di 267 kelurahan. Tahun ini, jumlahnya meningkat menjadi 563 kampung dengan tambahan 289 Kampung Siaga TBC.

"Pemprov DKI Jakarta menargetkan pembentukan 1.060 Kampung Siaga TBC pada 2026 dan 2.741 kampung pada 2029 sebagai bagian dari upaya eliminasi TBC pada 2030," katanya.

2. TBC lebih parah dari COVID-19

Kegiatan Penemuan Kasus Aktif (Active Case Finding/ACF) untuk skrining kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Semarang. (IDN Times/Dhana Kencana)

Sementara Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno mengingatkan masyarakat agar tidak menganggap enteng penyakit tuberkulosis (TBC). Menurutnya, TBC merupakan penyakit lama yang lebih berbahaya dari COVID-19, namun dapat disembuhkan jika pengobatannya dilakukan dengan disiplin.

“TBC penyakit lama. Cuma orang selalu abai. Sebetulnya penyakit ini lebih parah dari COVID. Lebih bahaya ini. Cuma semua penyakit ada obatnya,” ujarnya.

3. Pengobatan TBC tidak boleh putus

Ilustrasi obat dari pasien TBC/ (IDN Times Dini Suciatiningrum)

Rano menjelaskan bahwa pengobatan TBC membutuhkan waktu panjang dan tidak boleh terputus. Jika pasien menghentikan pengobatan di tengah jalan, maka prosesnya harus diulang dari awal.

“Cuma kalau TBC ini memerlukan waktu 6 bulan. Nggak boleh putus. Baru jalan sebulan, putus, ulang lagi, tambah lagi 6 bulan,” katanya.

Editorial Team