Kata Millennial Soal Larangan Mudik: Sedih, Tapi Harus Patuh Kebijakan

Momen mudik setahun sekali saat lebaran kini terpaksa hilang

Jakarta, IDN Times - Momen Lebaran tahun ini sudah dipastikan bakal berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pandemik COVID-19 membuat ciri khas Hari Raya Idulfitri seperti mudik dan berkumpul dengan sanak saudara di kampung halaman terpaksa ditunda.

Upaya pemerintah memutus penyebaran virus corona yang semakin masif salah satunya yakni imbauan Presiden Joko "Jokowi" Widodo agar seluruh masyarakat yang berada di zona merah atau wilayah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) agar tidak mudik. 

Kebijakan tersebut tentu berimbas kepada para perantau yang berada di wilayah zona merah seperti DKI Jakarta. Kebijakan larangan mudik pun membuat mereka akhirnya tak bisa pulang ke kampung halaman dan bertemu keluarga.

IDN Times mewawancarai beberapa millennials tentang kebijakan larangan mudik itu. Apakah mereka setuju dengan kebijakan pemerintah tersebut? Ini Kata Millennials tentang larangan mudik.

1. Berharap pemerintah sungguh-sungguh mengeksekusi kebijakan larangan mudik

Kata Millennial Soal Larangan Mudik: Sedih, Tapi Harus Patuh KebijakanIlustrasi. Dishub DIY bersama anggota polisi memantau perbatasan. (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Ery Kristiana (26) mengaku setuju dengan kebijakan pemerintah memberlakukan larang mudik di tengah pandemik COVID-19. Meskipun kebijakan tersebut membuatnya tak bisa merayakan Lebaran di kampung halamannya, Klaten, Jawa Tengah.

Mengenai keputusan pemerintah tentang larangan mudik, Ery berharap pemerintah dapat sungguh-sungguh untuk mengeksekusi kebijakan tersebut. Ia pun menyarankan agar semua moda transportasi publik bisa satu suara agar tidak melayani penumpang yang ingin pulang ke kampung halamannya.

"Harusnya kompakan tuh semua moda gak melayani perjalanan ke luar Jakarta. Kalau memang niatnya mau karantina orang-orang Jakarta buat gak nyebarin virus," kata Ery.

Meskipun dia setuju dengan larangan pemerintah, Ery mengaku bahwa sebelumnya sudah memiliki rencana untuk pulang kampung. Tetapi rencana mudik itu harus ia undur karena adanya kebijakan pemerintah.

Baca Juga: Anies: Warga yang Mudik Belum Tentu Bisa Segera Kembali Masuk DKI

2. Pulang ke kampung halaman setahun sekali harus tertunda karena wabah virus corona

Kata Millennial Soal Larangan Mudik: Sedih, Tapi Harus Patuh KebijakanPemerintah larang mudik, petugas berjaga di salah satu wilayah Banten untuk mengawasi pemudik (ANTARA FOTO/Fauzan)

Sementara, Ronna Nirmala (32), mengaku sedih dengan keputusan pemerintah tersebut. Sebab, ia bisa pulang ke kampung halamannya di Yogyakarta hanya pada saat momen Lebaran saja. Namun saat ada anjuran pemerintah untuk tidak mudik, perempuan yang akrab disapa Mala ini memang sudah menunda jadwal mudiknya.

"Tapi bukan gara-gara larangan mudik juga sih. Memang sudah mundurin tiket beberapa minggu sebelum larangan diumumkan," ujar Mala.

3. Tak bisa pulang ke kampung halaman berat, tapi tetap harus patuhi aturan pemerintah

Kata Millennial Soal Larangan Mudik: Sedih, Tapi Harus Patuh KebijakanIDN Times/Khaerul Anwar

Sedangkan Sapto Andika mengaku menerima keputusan larangan mudik pemerintah tersebut. Dia cukup apresiasi pemerintah karena kali ini tak hanya imbauan saja, melainkan langsung membuat kebijakan larangannya.

Kendati demikian, sebagai perantau yang tak bisa pulang ke kampung halamannya di Yogyakarta, Sapto merasa berat menerima hal itu. Tapi demi kebaikan keluarganya di kampung halaman, Sapto tetap mengikuti anjuran pemerintah.

"Cuma karena ini demi kebaikan semua orang, jadi tidak masalah. Semakin kita nurut sama imbauan pemerintah, semakin berkurang terjadi penularan, semoga semakin sedikit jumlah yang sakit. Semakin cepat pula corona hilang dari Indonesia," ucap Sapto.

4. Larangan mudik menjadi satu langkah untuk mengurangi penyebaran virus corona

Kata Millennial Soal Larangan Mudik: Sedih, Tapi Harus Patuh KebijakanPolisi memeriksa muatan bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) yang melintas di perbatasan Bekasi dengan Karawang daerah Kedungwaringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (25/4/2020). (ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah)

Senada dengan Sapto, Ika Rizkia juga mendukung keputusan larangan mudik. Menurutnya, keputusan tegas yang diambil pemerintah itu bisa menjadi langkah untuk mengurangi penyebaran virus corona.

"Karena mudik itu bisa sangat berpotensi buat penularan virus apalagi di transportasi umum," ujar Ika.

Ika berpendapat, musim mudik bisa membuat masyarakat menjadi lupa dengan imbauan social dan physical distancing dari pemerintah. Maka, demi kebaikan, Ika pun setuju dengan hal itu.

"Kalau aku pribadi gak keberatan kok gak bisa mudik demi kebaikan keluarga dan orang sekitar. Adanya pelarangan resmi disertai dengan berbagai tindakan pelarangan lebih efektif, jadi gak akan ada orang yang nekat diam-diam mudik kayak sebelumnya," jelasnya.

5. Gak bisa mudik menyedihkan, tapi kondisi yang membuat harus memahami kebijakan pemerintah

Kata Millennial Soal Larangan Mudik: Sedih, Tapi Harus Patuh KebijakanIlustrasi penyekatan kendaraan. IDN Times/ Khaerul Anwar

Afif Reza (29) juga menyetujui langkah yang diambil pemerintah itu. Afif mengatakan, memang sedih saat tak bisa berkumpul dengan keluarga di kampung halaman, tetapi masyarakat diminta mengikuti aturan pemerintah.

"Gak bisa mudik memang menyedihkan. Tapi di tengah kondisi ini kita kudu memahami kebijakan ini untuk kebaikan semua orang. Jadi aku sebagai perantau ikhlas menjalani," ucap Afif.

Baca Juga: Ini Kriteria yang Bakal Diizinkan Mudik Mendesak oleh Kemenhub

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya