Kisah Meliput Debat Capres Kedua: Lari, Terkecoh hingga Saling Dorong 

Suka duka mewarnai liputan capres Jokowi dan Prabowo

Jakarta, IDN Times - Minggu, 17 Februari 2019, menjadi hari penting bagi pesta demokrasi Indonesia. Setelah debat capres pertama yang melibatkan dua pasangan calon presiden dan wakil presiden berlangsung 17 Januari lalu, animo masyarakat untuk menyaksikan debat kedua rupanya tidak surut.

Banyak masyarakat menantikan debat putaran kedua yang hanya diikuti oleh capres nomor urut 01, Joko Widodo dan capres nomor urut 02, Prabowo Subianto. Pada debat capres kedua ini, tema yang diusung tentang energi, pangan, sumber daya alam, infrastruktur, dan lingkungan hidup.

Kedua kubu mengaku sudah siap menyambut pelaksanaan debat capres kedua ini. Mereka juga sudah menyiapkan materi dengan baik. Bahkan, tidak hanya kedua kubu saja yang siap menantikan pelaksanaan debat, para pewarta yang meliput pun tak kalah semangat. Tak terkecuali aku.

Berbeda dengan debat capres pertama yang berlangsung di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, debat capres kedua diselenggarakan di Hotel Sultan, Jakarta Pusat. Kali ini, KPU bekerjasama dengan MNC Group untuk menyiarkan jalannya debat.

Debat dimulai tepat pukul 20.00 WIB. Namun, bagi para jurnalis yang akan meliput, jam itu tak berlaku. Kami, wartawan yang meliput, setidaknya dari siang sudah stand by di Hotel Sultan. Begitulah yang kami lakukan saat meliput momen besar.

Aku pun memutuskan berangkat ke Hotel Sultan pada pukul 14.30 WIB, dan tiba sekitar pukul 15.00 WIB. Saat tiba, lokasi sudah dipenuhi oleh wartawan, baik dari media elektronik maupun cetak. Semuanya berkumpul jadi satu.

Oh iya, biasanya wartawan memiliki pos liputan masing-masing. Seperti pos politik, hukum, kriminal, kesra, olahrga, teknologi, dan lainnya. Uniknya, di debat Pilpres ini, sudah tidak ada lagi pos atau pemisahan bidang liputan di antara kami. Hampir semua wartawan dari semua media dan pos berkumpul jadi satu. Karena ini adalah momen besar.

Datang lebih awal, memberikan waktu buatku dan rekan wartawan lainnya untuk menunggu kedatangan tim sukses, sebelum kedatangan dua pasangan capres-cawapres. Sembari menanti para elite politik itu, kami diajak masuk untuk menyaksikan simulasi debat selama 15 menit, setelah itu keluar lagi dan menanti datangnya para bintang.

Baca Juga: Soal Unicorn Dianggap Menjebak, Kubu Jokowi: Itu Terkait Infrastruktur

1. Menggali informasi ketidakhadiran Sandiaga di debat capres kedua

Kisah Meliput Debat Capres Kedua: Lari, Terkecoh hingga Saling Dorong IDN Times/Imron

Saat keluar ruangan, Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Ferdinand Hutahaean, sudah tiba dan berdiri di antara kami. Langsung saja kami serempak mengerubungi dan mewawancarainya.

Ferdinand mengungkapkan bahwa Sandiaga belum dipastikan datang ke acara debat kedua, karena mengikuti acara nobar di Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Mendengar hal itu, aku merasa harus memastikannya lebih jauh lagi.

Tak lama kemudian, aku melihat Wakil Ketua BPN Prabowo-Sandiaga, Priyo Budi Santoso, tengah mendekati lokasi acara. Tetapi Priyo harus live bersama salah satu stasiun televisi terlebih dahulu. Aku pun dengan sabar menanti. Usai live, aku menghampirinya.

"Pak Priyo, dikit dong Pak," kataku menyapanya.

"Hai, gimana gimana? Kenapa?" ujar Priyo menyambut ramah.

Lalu, aku memastikan lagi kepadanya apakah Sandiaga benar-benar tidak hadir di acara debat kedua ini. Priyo pun kemudian memberi kepastian bahwa Sandiaga memang tidak hadir di acara debat.

"Beliau kemungkinan tidak hadir. Beliau akan menyaksikan langsung di televisi karena beliau hari ini ada pertemuan penting," ungkap elite Partai Berkarya itu.

Setelah mendapatkan informasi tersebut, aku langsung membuat artikel laporan bahwa Sandiaga dipastikan tidak hadir menemani Prabowo di debat capres kedua.

2. Berlari hingga saling dorong saat wawancara doorstop narasumber

Kisah Meliput Debat Capres Kedua: Lari, Terkecoh hingga Saling Dorong IDN Times/Irfan fathurohman

Berbeda dengan lokasi debat pertama di Hotel Bidakara, dimana hanya ada satu pintu keluar masuk bagi peserta dan udangan debat, di Hotel Sultan terdapat dua pintu utama. Pintu khusus capres, menteri, ketua umum parpol, berada di pintu VVIP, sementara untuk tim sukses dan para pendukung berada di pintu depan.

Karena sore itu pintu VVIP sedang disterilisasi, akhirnya para wartawan disuruh menunggu di pintu utama, yang merupakan akses bagi para tim sukses dan pendukung masuk ke dalam ruangan tempat debat.

Waktu terus beranjak semakin sore. Jarum jam telah menunjukkan pukul 16.00 WIB, ketika para tim sukses dari kedua kubu sudah mulai berdatangan. Bak semut yang melihat gula, setiap ada elite politik yang tiba, rombongan wartawan langsung menyerbu mereka dengan seribu pertanyaan.

Aku pun tak mau kalah, aku juga harus berada di garda terdepan untuk mendapatkan pernyataan-pernyataan penting dari para tim sukses. Perlu diketahui, dari IDN Times bukan hanya aku seorang yang ditugaskan meliput debat capres, ada 3 temanku yang lain, namun dengan posisi dan tugas yang masing-masing berbeda. 

Para elite dari tim Prabowo-Sandi terus berdatangan. Mulai dari Juru Bicara Dahnil Anzar hingga Ketua BPN Djoko Santoso, semuanya sudah berdatangan ke lokasi debat.

Aku sendiri menantikan kedatangan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, yang merupakan tugasku untuk meng-cover semua hal terkait mereka di debat capres. 

Sekitar pukul 17.50 WIB, Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf, Arsul Sani, pun tiba di lokasi. Kami mendekatinya dan meminta sedikit tanggapan yang kemudian langsung ia sanggupi. Awalnya, kami bertanya persiapan debat Jokowi. Lalu, aku menanyakan tentang debat bebas di segmen 4 yang sangat rentan dipakai untuk saling menyerang.

Arsul pun berharap debat bebas di segmen keempat tetap menjaga kultur timur yang selama ini ada di Indonesia. Karena menurutnya, pemilihan presiden di Indonesia berbeda dengan Amerika.

"Tentu sekali lagi tidak melupakan khas kultur Indonesia. Sebab, ini ada yang bagian bebas tetapi dalam konteks pemilihan presiden di Indonesia bukan Amerika," jelas Arsul.

Puas mewawancarai Arsul, kami kembali menanti siapakah tokoh yang akan datang lagi. Tak lama kemudian, Wakil Ketua BPN Rachmawati Soekarnoputri tiba di lokasi. Temanku yang bertugas meng-cover semua hal tentang BPN, langsung mengambil posisi.

Tak berapa lama, sebuah mobil tiba di lokasi. Aku langsung berdiri dan melihat siapakah yang datang. Saat ia membuka pintu, ternyata itu adalah Pramono Anung. Sontak saja aku langsung berlari dan menghujaninya dengan beberapa pertanyaan.

Melihat para wartawan menghadangnya, akhirnya Pramono pun berhenti demi meladeni pewarta. Aku berhasil berada di depan Pramono langsung untuk bertanya tentang debat kedua ini.

Tapi, karena posisiku berada paling depan, dan teman-teman wartawan lainnya mulai berdatangan untuk ikut wawancara doorstop Pramono, terjadi saling dorong. Karena badanku yang kecil, mau tak mau aku harus kerja ekstra agar tidak terdorong.

"Pak, di debat bebas nanti harapannya seperti apa? Apakah tidak saling menyerang atau bagaimana?" tanyaku ke Pramono.

Pramono pun menjelaskan bahwa di debat nantinya, kedua calon presiden harus tetap memberikan pilihan alternatif bagi rakyat.

"Tentunya kalau ada debat ofensif atau menyerang, harus melihat perspektif untuk memberikan pilihan alternatif bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena yang nonton debat tuh banyak sekali," jawab Pramono.

Kemudian, seorang wartawan mulai bertanya hal lain kepada Pramono. Namun, keadaan mulai tidak kondusif. Wartawan yang ada di belakang mendorongku lagi. Bahkan mereka sampai mendorong-dorong kepalaku. Sedikit kesal sebenarnya, tapi aku sudah biasa mengalami kejadian ini ketika wawancara doorstop seorang narasumber.

Selesai wawancara doorstop, Pramono akhirnya masuk ke dalam dan wartawan mulai membubarkan diri. Aku mengeluh kepada temanku karena kepalaku sempat menjadi korban 'keganasan' para wartawan saat doorstop.

"Haha, sabar Te, emang gitu," kata seorang teman berusaha menghiburku.

3. Terkecoh kehadiran Erick Thohir dan pesona Titiek Soeharto

Kisah Meliput Debat Capres Kedua: Lari, Terkecoh hingga Saling Dorong IDN Times/Teatrika Handiko Putri

Aku pun istirahat sejenak. Kembali menanti siapa lagi elite politik yang akan hadir. Aku berbincang dengan teman-teman wartawan lainnya. Lalu, seseorang mengenakan jaket khas TKN, berjalan di hadapanku.

Dia adalah Erick Thohir. Awalnya, aku tak sadar kehadirannya. Aku pikir dia adalah relawan Jokowi. Keadaan saat itu memang sudah ramai dengan para relawan yang mulai berdatangan ke lokasi.

Saat Erick lewat di hadapanku, aku hanya melihat punggungnya saja dan belum menyadari. Setelah kulihat lagi, aku baru menyadari bahwa itu Erick Thohir. Langsung saja aku berteriak untuk menghentikan Erick.

"Guys, itu Erick Thohir. Erick, Erick," teriakku sambil berlari mengejar Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf itu.

Teman-teman wartawan lain pun tersadar dan segera saja mengejar Erick ke depan pintu masuk. Beruntungnya, Erick dihadang oleh beberapa relawan yang berlomba-lomba meminta foto dengannya.

"Pak Erick, doorstop dong Pak Erick," pintaku yang hanya dibalas dengan senyuman, karena saat itu Erick masih meladeni permintaan foto dari para relawan.

Setelah berswafoto bersama relawan, para wartawan tv pun menghadang jalannya Erick dengan kamera-kamera mereka. Akhirnya, mau tak mau, Erick harus berhenti dan meladeni pertanyaan kami.

Semua wartawan langsung berkumpul untuk bisa menyodorkan handphone atau mic-nya di hadapan Erick. Lagi-lagi aku beruntung berada pas di hadapannya. Satu per satu wartawan mulai bertanya tentang persiapan debat kepada Erick.

Lalu, aku pun bertanya apakah Jokowi akan lebih santai di debat kedua ini dibandingkan debat pertama. Erick menjawab bahwa Jokowi akan tetap ofensif, tapi tergantung situasi nanti.

"Ya pasti ada ofensif, tergantung nanti kita lihat. Tapi, kalau nanti data fakta yang dibawa salah-salah, ya mungkin pasti Pak Jokowi akan menyampaikan hal yang benar," ucap Erick.

Setelah menjawab pertanyaanku, Erick masuk ke dalam hotel. Baru saja selesai wawancara doorstop Erick, tak berapa lama terlihat mobil lain tiba di lokasi. Aku menunggu siapa lagi yang datang kali ini. Ternyata dia adalah Titiek Soeharto.

Bergegaslah aku menghampirinya untuk wawancara. Serasa tak diberi waktu bernafas sebentar memang. Tapi rasanya seru, berburu banyak narasumber. Aku lalu menghampiri Titiek dan meminta untuk doorstop. Ia tidak keberatan.

Dengan mengenakan baju warna biru muda ala kubu Prabowo-Sandi, Titiek malam itu terlihat cantik dan mempesona. Setelah mengagumi penampilannya, aku pun meminta pendapatnya dan harapannya untuk Prabowo di debat kedua. Maklum, dia adalah mantan istri Prabowo, pasti tetap berharap mantan suaminya lancar menjalani debat malam itu.

"Mba, persiapan Pak Prabowo gimana? Apa akan lebih agresif menyerang dibanding debat pertama," tanyaku pada Titiek.

"Saya gak tahu. Kita lihat di lapangan saja. Mudah-mudahan gak ada serang menyerang. Kan semuanya ingin yang terbaik untuk bangsa," jawab Titiek sambil tersenyum.

"Soal segmen keempat, tentang debat bebas harapannya gimana?" tanyaku lagi padanya.

"Harapannya bisa meyakinkan rakyat Indonesi bahwa Pak Prabowo dan Sandi bisa memberi yang terbaik untuk bangsa agar Indonesia bisa adil dan sejahtera," jawabnya.

Lega dan puas sudah mewawancarai Erick dan Titiek. Aku pun memutuskan istirahat sejenak dan meminta temanku untuk mengambil doorstop apabila ada elite politik yang datang lagi.

4. Adu yel-yel relawan Jokowi dan relawan Prabowo

Kisah Meliput Debat Capres Kedua: Lari, Terkecoh hingga Saling Dorong IDN Times/Ardiansyah Fajar

Mendekati jam mulainya debat, aku beristirahat dulu dan duduk bersama rekan-rekan wartawan lainnya di tangga depan pintu masuk. Suasana sudah berubah  menjadi hiruk pikuk. 

Relawan 01 dan 02 sudah mulai memenuhi area debat. Tiba-tiba terdengar suara sekelompok orang menyanyikan yel-yel untuk pasangan calon Jokowi-Ma'ruf. Cukup keras mereka bernyanyi. Aku menoleh ke asal suara tersebut. Mereka mulai jalan mendekat ke arah pintu masuk. Ah, relawan 01 rupanya.

Di antara para relawan 01 itu, terlihat seorang wanita yang aku kenal. Kirana Larasati. Kirana dan relawan 01 mulai menyanyikan yel-yelnya dengan semangat sambil berjalan menuju pintu masuk.

Semua fotografer, reporter, dan video jurnalist, mulai berlomba-lomba mengabadikan momen tersebut. Setelah para relawan 01 berjalan ke arah sebelah kananku, dimana itu adalah pintu masuk, mereka tetap bernyanyi di depan pintu. Dan aku hanya melihat mereka bernyanyi dan berteriak dengan semangat seperti itu.

Belum berhenti relawan 01 bernyanyi, tiba-tiba dari sebelah kiriku terdengar lagi suara sekelompok pria bernyanyi. Suara mereka berat dan terdengar nge-bass. Mereka menyanyikan yel-yel untuk Prabowo-Sandiaga. Postur tubuh dam suara mereka seperti tentara yang sedang bernyanyi.

Mereka bernyanyi sambil menghentakkan kaki, persis seperti berada di barak militer. Jelas, itu adalah relawan 02.

Melihat kedatangan relawan 02 yang tak mau kalah menyanyikan yel-yelnya, relawan 01 pun langsung bernyanyi juga. Keduanya saling beradu suara satu sama lain. Dan posisiku tepat berada di tengah-tengah mereka.

"Gila... Mereka pada gak mau kalah," ujarku kepada teman di sebelahku.

"Iya, berisik banget," temanku merespons.

Saat kedua pendukung sibuk bernyanyi bersahutan satu sama lain, temanku mengajak masuk ke dalam pressroom, karena setengah jam lagi debat akan dimulai. Aku pun langsung mengiyakan karena kondisi di luar sudah mulai ramai sekali.

5. Meliput sekaligus menikmati acara debat capres kedua di ruangan khusus untuk media

Kisah Meliput Debat Capres Kedua: Lari, Terkecoh hingga Saling Dorong IDN Times/Teatrika Handiko Putri

Pukul 20.00 WIB, akhirnya tiba saatnya untuk debat. Bagi wartawan yang meliput acara debat, KPU menyediakan ruangan khusus pers (pressroom). Di ruangan itu, terdapat sebuah layar lebar yang disediakan agar wartawan bisa melihat jalannya debat.

Semua wartawan yang mendapatkan ID khusus dari KPU sudah mulai berkumpul di pressroom. Masuk lah saatnya ke acara debat kedua. Moderator memperkenalkan kedua calon presiden. Aku sudah menyiapkan jari-jariku untuk mengetik cepat setiap omongan yang dikeluarkan kedua calon presiden.

Hingga segmen ke-3, debat berjalan dengan lancar. Hingga masuk ke pertanyaan tentang lingkungan hidup. Jokowi yang saat itu mengatakan bahwa dalam menjaga lingkungan hidup harus ada pengawasan dari pemerintah daerah dan juga Kementerian Lingkungan Hidup, rupanya tidak dibantah oleh Prabowo.

"Baik, Pak Prabowo silahkan menanggapi. Waktu Anda dimulai dari sekarang," ujar salah satu moderator.

Alih-alih membantah pernyataan Jokowi, Prabowo ternyata malah menyetujuinya.

"Saya kira cukup masalah ini. Dalam hal ini kita sama, ingin memberantas pencemaran lingkungan. Kalau kita berbeda, jangan kita diadu-adu terus," ujar Prabowo.

Mendengar pernyataan Prabowo, seluruh wartawan di pressroom langsung pecah konsentrasi dan tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha kocak Prabowo," celetuk salah satu wartawan.

Mendengar jawaban Prabowo yang tak ingin menanggapi, moderator pun memberikan giliran kepada Jokowi. Ternyata, Jokowi pun sama, menyetujui perkataan Prabowo.

"Ya, saya setuju saja," ucap Jokowi singkat.

Sekali lagi, hal itu mengundang tawa kami yang berada di pressroom. Lumayan, hiburan di tengah ketegangan debat.

Selanjutnya, masuk ke dalam pembahasan reforma agraria. Di segmen ini, rupanya ada sebuah serangan yang tak terduga dari Jokowi kepada Prabowo, yakni tentang kepemilikan lahan Prabowo.

Ia menyebut Prabowo kebagian jatah lahan dari pemerintah sebelumnya, di wilayah Kalimantan Timur dan Aceh Tengah.

“Saya tahu pak Prabowo punya lahan yang sangat luas di Kalimantan Timur sebesar 220 ribu hektare dan Aceh Tengah 120 ribu hektare,” ujar Jokowi.

Mendengar serangan dari Prabowo, sontak saja para wartawan di pressroom Kaget dan langsung bereaksi "Waaahhh...."

"Wah, nyerang personal nih," celetuk seorang wartawan.

"Wah Prabowo ini kurang agresif nyerang nih," celetuk wartawan lainnya karena gemas melihat Prabowo yang tidak balas menyerang.

Tak berhenti sampai di situ, hiburan juga kami terima ketika Jokowi menanyakan pertanyaan tentang Unicorn. Di segmen 5, kedua capres mendapatkan kesempatan untuk saling melempar pertanyaan.

Ketika itu, Jokowi mulai bertanya kepada Prabowo tentang cara dia membangun infrastruktur untuk membangun Unicorn atau startup yang sukses di Indonesia.

"Infrastruktur apa yang akan bapak bangun untuk membangun Unicorn di Indonesia?" tanya Jokowi.

"Yang bapak maksud Unicorn? Unicorn? Yang online online itu?" jawab Prabowo dengan wajah bingung tapi tetap tenang.

Mendengar dan melihat interaksi keduanya, semua wartawan yang ada di pressroom pun tertawa.

"Hahaha..kocak Prabowo," kata seorang wartawan.

"Hahaha..Jokowi manggut-manggut doang lagi," celoteh wartawan lainnya.

Celotehan para wartawan di pressroom menanggapi debat kedua cukup memberikan hiburan. Meski terkadang konsentrasiku untuk ketik cepat terpatahkan oleh celetukan-celetukan lucu mereka.

6. Mengejar capres ke pintu VVIP demi wawancara doorstop

Kisah Meliput Debat Capres Kedua: Lari, Terkecoh hingga Saling Dorong ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Tibalah akhirnya di penghujung debat. Aku berkata pada temanku untuk mengambil pernyataan Jokowi di penutupan segmen, karena aku harus bergegas ke pintu VVIP agar bisa doorstop para calon presiden. Aku bersama kedua temanku pun meninggalkan pressroom dan berjalan ke arah pintu VVIP.

Sudah ada beberapa wartawan yang menanti di sana. Tripod para wartawan televisi juga sudah standby di podium yang telah disiapkan panitia. Aku duduk di samping temanku.

Aku berbincang sebentar mengenai pertanyaan-pertanyaan yang pas untuk diberikan kepada Jokowi. Usai perbincangan singkat itu, kami pun masih menunggu kedua calon presiden keluar dari pintu VVIP. Tak berapa lama panitia memberitahu bahwa Jokowi akan segera keluar.

Mendengar hal itu, semua wartawan yang ada langsung memasang kuda-kuda untuk mendapatkan tempat terbaik. Aku sendiri, cukup puas dengan posisi malam itu. Aku tepat berada di tengah, dan berada di barisan paling depan.

Tak lama kemudian, rombongan Jokowi keluar dari pintu VVIP, sontak semua wartawan langsung memanggil Jokowi meminta untuk doorstop.

"Pak... Pak Jokowi.. Sedikit Pak.. Pak Jokowi," panggil kami kepada Jokowi.

Lalu ia tersenyum dan berjalan ke arah kami, para wartawan. Pertanyaan pertama yang kami lontarkan adalah apakah Jokowi merasa puas dengan debatnya malam ini. Lantas, ia menjawab bahwa semua itu dikembalikan lagi kepada masyarakat yang menilai.

Saat aku memiliki celah untuk bertanya, aku mulai menanyakan tentang serangan Jokowi terkait tanah yang dimiliki Prabowo.

"Pak Jokowi, kenapa Bapak menyerang personal Pak Prabowo tentang tanah?" tanyaku kepada mantan Gubernur DKI Jakarta itu. 

Mendengar pertanyaan itu, Jokowi langsung menyampaikan bahwa itu bukanlah serangan personal.

"Gak, gak. Gak personal. Yang personal itu kalau menyangkut rumah tangga, menyangkut anak istri. Gak lah, gak ada personal. Itu kebijakan kok," ucap Jokowi.

Selesai sudah meminta tanggapan Jokowi terkait debat pertama. Selanjutnya, kami pun menunggu Prabowo keluar dari pintu VVIP untuk meminta tanggapannya.

Sepuluh menit berlalu, yang diselingi dengan wawancara Wiranto, namun Prabowo belum juga keluar. Tapi syukurlah, tak lama Prabowo serta rombongannya pun terlihat keluar dari pintu VVIP.

"Pak.. Pak Prabowo. Doorstop sedikit pak," panggil kami kala itu.

Prabowo pun mendengarkan permintaan wartawan dan mau diwawancara sebentar. Kami pun mulai bertanya tentang penampilannya di debat kedua kali ini. Jawaban Prabowo singkat, intinya dia mengatakan itulah debat, harus membahas sesuatu yang serius.

Lalu, aku mulai penasaran apa yang dipikirkan Prabowo saat Jokowi menyerangnya tentang kepemilikan lahan. Awalnya aku ragu untuk menanyakan hal itu, tetapi melihat mood-nya tampak baik malam ini, aku pun berani menanyakan hal itu pada Prabowo.

"Pak, bagaimana tanggapan bapak terkait serangan Pak Jokowi tentang tanah Pak?" tanyaku pada Prabowo.

Lalu, Prabowo dengan santainya menjawab, "Ya gak apa-apa. Biasa. Kalau gak ada serang menyerang kan gak lucu. Kalian gak suka kan. Kalian suka yang serang menyerang kan" ungkap Prabowo dan membuat para wartawan tertawa.

Cukup lama doorstop Prabowo saat itu, sekitar 3 menit. Lebih lama dari Jokowi bahkan. Usai puas mewawancarai kedua capres, aku pun kembali ke pintu utama untuk menulis semua bahan yang sudah siap disajikan sebagai berita.

Liputan debat capres kedua ini memang asyik. Dan ini akan menambah pengalamanku sebagai jurnalis. Aku sudah tidak sabar menanti debat putaran ketiga, dimana calon wakil presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin, dan calon wakil presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno, beradu gagasan di tanggal 17 Maret 2019 mendatang. 

Baca Juga: Soal Unicorn Dianggap Menjebak, Kubu Jokowi: Itu Terkait Infrastruktur

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya