Megawati Ingin Indonesia Punya Peringatan Dini Bencana Seperti Jepang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri berbicara tentang bencana yang tengah melanda Palu dan Donggala di Sulawesi Tengah. Menurut dia, Indonesia juga harus memiliki early warning system atau peringatan awal bencana seperti di Jepang.
Kemudian, Mega pun bercerita tentang pengalamannya ketika mengunjungi Jepang. Di sana lah ia mengetahui tentang peringatan bencana Jepang yang sangat membantu warga negaranya.
1. Mega bercerita pengalamannya saat gempa di Jepang
Megawati mengaku kala itu dia sedang berlibur bersama anak-anaknya ke Jepang. Mereka kemudian mampir ke salah satu tempat makan siap saji yang bertingkat tiga lantai.
Ketika ia tengah asyik menyantap makanan tersebut, tiba-tiba tanah dan gedung pun bergoyang. Kala itu Mega ditemani oleh temannya, seorang penduduk asli Jepang.
"McD itu tiga lantai tahu-tahu bergoyang-goyang. Kami hanya satu keluarga orang asing. Mereka duduk sambiil mengunyah, saya sama anak-anak sudah kukut-kukut," cerita Mega mengingat kejadian saat itu, di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Senin (8/10).
Melihat keluarganya panik, dan masyarakat Jepang lain tampak terlihat tenang, membuat Mega dan keluarganya bertanya-tanya. Teman Mega yang penduduk asli Jepang itu kemudian menjelaskan bahwa Jepang telah memiliki peringatan dini untuk gempa dan tsunami yang berbunyi alarm.
"Jadi seluruh rakyat Jepang sudah tahu jadi dari pemberitaan BMKG mereka, kalau sudah mendekati 5 SR dan sebagainya itu, pasti ada sirine di seluruh wilayah tempat yang akan terjadi," lanjut dia.
2. Alarm pertama di Jepang membuat semua warga harus meninggalkan gedung
Lebih lanjut, Mega menyampaikan bahwa alarm di Jepang memiliki beberapa tingkatan. Untuk alarm tingkat pertama menyatakan bahwa siapapun itu harus segera keluar dari dalam gedung dan mencari ruang terbuka.
"Setiap orang harus sudah siap backpack. Dua baju, satu selimut, makanan untuk dua hari dan obat. Tidak boleh dipindahkan. Maka sirine pertama mereka sudah tahu," terang Mega.
3. Masyarakat Jepang sudah mengerti jalur evakuasi bencana
Editor’s picks
Sirine kedua, sambung Mega, setiap orang sudah harus menuju ke jalan evakuasi. Entah akan ada tsunami ataupun tidak ada tsunami, masyarakat Jepang sudah harus bersiap menuju jalur evakuasi.
"Mereka sudah masuk ke dalam wilayah itu yang ada tonggak-tonggak, ada yang satu meter, ada yang dua meter. Apa artinya? Sambil kita lari atau jalan cepat itu menunjukkan mungkin kalau ada tsunami bisa masuk sampai satu meter, berikutnya bisa sampai dua meter," papar Mega.
Nantinya, warga Jepang harus memilih jalur evakuasi yang tidak tertera tulisan tersebut. Dengan begitu, setidaknya masyarakat Jepang telah lepas dari bencana tsunami.
Baca Juga: [UPDATE] Korban Meninggal Bencana Palu-Donggala 1.948 Orang
4. Mega ingin Indonesia memikirkan pencegahan bencana seperti di Jepang
Dan apabila alarm ketiga telah berbunyi, terang Mega, maka masyarakat Jepang sudah harus lari secepatnya menuju jalur evakuasi. Dan di bukit-bukit yang ada di Jepang, biasanya mereka telah menyiapkan lubang besar.
Ketika dibuka, lubang tersebut berisi tenda untuk mengungsi. "Menurut saya coba pikirkan bikin sebuah skema bagaimana harusnya protap-protap tertentunya dan bahan-bahan bantuan yang diberikan. Jadi cara saya, saya bikin les dan saya edarkan," ungkapnya.
Baca Juga: Peringatan Bencana, Megawati: Kalau Tak Ada Alarm, Pakai Kentongan!