Pilunya COVID-19 di Luar Jawa-Bali: Masih Ada yang Tak Percaya

Masih banyak juga yang abai tak kenakan masker

Jakarta, IDN Times - Gelombang COVID-19 di luar Jawa-Bali semakin tinggi beberapa hari belakangan. Bahkan, sepanjang pekan ini, Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menyebutkan, lima wilayah di luar Jawa-Bali menjadi penyumbang kasus tertinggi secara nasional.

Semakin tingginya kasus COVID-19 di luar Jawa-Bali membuat pemerintah harus menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 di 45 kabupaten/kota. Selama masa PPKM level 4 diterapkan, pemerintah tiada hentinya selalu mengingatkan masyarakat tentang disiplin protokol kesehatan.

Lantas, sebenarnya bagaimana sih kondisi pandemik COVID-19 di beberapa wilayah di luar Jawa-Bali?

1. Masker yang terbatas di sejumlah kawasan Papua

Pilunya COVID-19 di Luar Jawa-Bali: Masih Ada yang Tak PercayaWarga berjaga di salah satu jalan akses menuju kawasan RW 04 Kampung Sambongpari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (21/6/2021). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi.

Cerita pertama datang dari Papua. Kepada IDN Times, Viktor Kaisiepo menceritakan tentang suasana pandemik di Bumi Cendrawasih tersebut. Viktor mengungkapkan kondisi kasus di Papua saat ini tengah meningkat.

Dia menuturkan, peningkatan kasus COVID-19 di Papua terjadi karena banyak pelaku perjalanan dari luar, sehingga menyebabkan klaster baru.

"Karena pelaku perjalanan dari luar Papua, sehingga terjadi transmisi lokal menimbulkan klaster baru, baik perkantoran maupun keluarga. Makanya ada beberapa kebijakan, salah satunya di Merauke untuk menghentikan sementara penerbangan maupun pelayaran perintis ke pedalaman agar jangan sampai terjadi penyebaran ke distrik-distrik atau kampung yang masih zona hijau," kata Viktor.

Kemudian, putra dari pahlawan nasional Frans Kaisiepo ini menuturkan pelaksanaan PPKM level 4 di Papua berjalan dengan baik dan masyarakat taat ikuti aturan pemerintah. Namun, dia menyebut ketersediaan masker di sejumlah distrik masih terbatas.

"Untuk penggunaan masker, saya rasa masyarakat taat. Hanya, kadang kalau di Papua kami harus lebih humanis untuk saudara-saudara di distrik atau kampung yang jauh dari perkotaan. Ketersediaan masker buat mereka sebisanya pemerintah daerah setempat yang menyediakan, berkaitan dengan keterbatasan ekonomi," ucap Viktor.

Meski demikian, Viktor menyampaikan pemerintah daerah tengah fokus memutus rantai penyebaran virus corona di perkotaan agar jangan sampai masuk ke distrik-distrik.

"Kasihan kalau masyarakat lokal kena, di kampung fasilitas sangat terbatas," tuturnya.

Untuk penegakan protokol kesehatan di Papua sendiri, kata Viktor, pemerintah daerah dan jajarannya selalu melakukan patroli malam sebanyak dua kali dalam sehari. Hal itu dilakukan agar tak ada kerumunan dan kegiatan-kegiatan masyarakat lainnya.

Baca Juga: Haru, Anggota TNI Asuh 3 Anak yang Orang Tuanya Meninggal karena COVID

2. Masih ada masyarakat yang tak percaya COVID-19

Pilunya COVID-19 di Luar Jawa-Bali: Masih Ada yang Tak PercayaIlustrasi Virus Corona. (IDN Times/Aditya Pratama)

Di sisi lain, ada juga cerita dari Christian Sundoro. Sejak awal Januari 2021, Christian sudah mulai bekerja di Pontianak, Kalimantan Barat. Selama bekerja di Pontianak, Christian mengungkapkan kesadaran masyarakat akan protokol kesehatan terbilang kurang. Bahkan, dia menyebut banyak masyarakat yang terkesan menyepelekan penggunaan masker.

"Untuk pemakaian masker, banyak masyarakat yang menggunakan hanya sebagai formalitas. Khususnya untuk pemakaian masker medis, masyarakat di sini bisa menggunakan hingga berkali-kali. Hanya segelintir masyarakat yang sangat ketat untuk protokel kesehatan," cerita Christian kepada IDN Times.

Tak hanya itu saja, pria berusia 26 tahun ini juga mengatakan masih banyak masyarakat di Pontianak dan sekitarnya yang tidak percaya pada COVID-19. Dia menilai hal itu terjadi karena minimnya imbauan pemerintah daerah soal COVID-19 di sana.

"Saya pernah kunjungan kerja ke daerah Singkawang dan Sambas, masyarakat di sana sepertinya kurang diberikan imbauan mengenai pandemik COVID-19. Karena, mereka banyak yang percaya virus  ini hanya bualan. Bahkan, ada yang percaya virus itu hanya sakit flu biasa yang didramatisir saja oleh pemerintah," tuturnya.

Untuk pengetatan protokol kesehatan, Christian menyampaikan, petugas Satpol PP di Pontianak terhitung sering melakukan razia, khususnya di tempat-tempat hiburan, warung kopi, hingga pasar. Biasanya, petugas akan melakukan tes antigen secara acak pada masyarakat yang terjaring razia protokol kesehatan.

Kendati, Christian tetap menyayangkan kurangnya informasi atau penyuluhan kepada masyarakat tentang protokol kesehatan. Sehingga, banyak dari mereka yang menganggap remeh.

"Masyarakat masih banyak yang bersantai, berkerumun di kedai-kedai kopi, pergi ke mal. Masih banyak juga masyarakat yang mengadakan acara dan menyebabkan kerumunan orang seperti pengajian, pernikahan, sunatan, bahkan acara-acara ulang tahun biasa," ujar Christian.

Namun, lanjut dia, sejak diterapkannya PPKM level 4, kegiatan berkerumun masyarakat jadi semakin berkurang. Tapi saat aturan dilonggarkan, protokol kesehatan mulai diabaikan lagi oleh masyarakat.

"Semenjak diberlakukan PPKM darurat kemarin untuk kegiatan masyarakat dapat diminimalisir karena semua warung makan, kedai kopi hanya di perbolehkan take away, dan petugas gabungan selalu melakukan patroli di malam hari. Sekarang sih sudah mulai kendur lagi karena sudah banyak masyarakat mulai bersantai nongkrong di warung makan, kedai kopi, restoran, hingga hiburan malam," jelas Christian.

3. Kesadaran penggunaan masker di Medan minim, tapi kerumunan jarang ditemukan

Pilunya COVID-19 di Luar Jawa-Bali: Masih Ada yang Tak PercayaWarga berkendara di zona merah COVID-19 RT 006 RW 01, Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (21/6/2021). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan.

Selanjutnya, ada Serin Febrianti yang menceritakan tentang kondisi pandemik COVID-19 di Medan, Sumatra Utara. Sama halnya di daerah Pontianak dan sekitarnya, Serin mengatakan di Medan masih banyak masyarakat yang belum percaya pada COVID-19. Bahkan, sebelum diterapkannya PPKM Darurat, kata Serin, masyarakat di Medan terhitung jarang kenakan masker.

"Semenjak PPKM ini peraturan agak sedikit ketat aja. Sebelumnya, orang Medan pada bandel, jarang yang pakai masker. Tapi, semenjak PPKM ini, semua pakai masker,” ujar Serin kepada IDN Times.

Menurut Serin, kurangnya kepedulian masyarakat pada protokol kesehatan, lantaran di Medan kasusnya memang tidak terlalu tinggi. Kondisi rumah sakit di sana juga disebutnya tidak sepenuh Jawa-Bali.

Sanksi yang diberikan pemerintah daerah sebesar Rp100 ribu apabila melanggar protokol kesehatan ternyata berdampak baik pada masyarakat di Medan. Sebab, ujar Serin, masyarakat kini jadi rajin mengenakan masker apabila sedang di luar rumah.

Meski kesadaran menggunakan masker masih minim di Medan, namun Serin menuturkan masyarakat jarang melakukan kegiatan yang menimbulkan kerumunan.

"Kalau soal kerumunan di Medan jarang ditemukan. Karena memang tempat hiburan musik, semenjak corona datang memang sudah ditutup, kecuali mal dan kafe," ungkapnya.

4. Masyarakat di Samarinda sudah disiplin gunakan masker

Pilunya COVID-19 di Luar Jawa-Bali: Masih Ada yang Tak PercayaWarga yang terkonfirmasi positif COVID-19 dibawa ke rumah karantina di Hotel Rosenda, Baturraden, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (22/6/2021). ANTARA FOTO/Idhad Zakaria.

Selain itu, cerita lainnya juga datang dari Angkie Cresentia. Wanita yang tinggal di Samarinda, Kalimantan Timur ini, mengatakan tingkat kepatuhan masyarakat pada protokol kesehatan, khususnya penggunaan masker sudah baik. Walau begitu, lanjut Angkie, kegiatan yang menimbulkan kerumunan memang sulit dihindari masyarakat di Samarinda.

"Walaupun sekarang sudah diterapkan PPKM Level 4 juga di Samarinda, tapi tidak bisa dihindari memang, agak sulit menghindari jaga jarak itu," kata Angkie bercerita pada IDN Times.

Namun, Angkie menyampaikan sejak diterapkan PPKM Darurat, Satgas dan petugas gabungan semakin masif lakukan razia protokol kesehatan. Sehingga, intensitas masyarakat untuk berkerumun semakin berkurang.

"Jadi setidaknya intensitas berkumpul, untuk kegiatan yang gak perlu lumayan bisa dihindari, bisa ditekan," jelas Angkie.

Baca Juga: COVID-19 Sudah Masuk Baduy, Setop Dulu Kunjungan!

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya