Tertangkap, Lima Orang Ini Ancam Istana dengan Bom Kimia

16 Agu 2017, 11:10 WIB

Mohammad Ayudha/ANTARA FOTO

Berbagai serangan yang terjadi beberapa tahun belakangan nampaknya membuat kepolisian memetik pelajaran berharga. Mereka pun bertindak lebih cepat dalam menggagalkan sejumlah aksi terorisme di tanah air. Terbaru, Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 Mabes Polri sukses menggagalkan rencana aksi pengeboman yang menargetkan Mako Brimob dan Istana Negara. Mereka menangkap lima orang yang diduga akan menjadi pelaku serangan tersebut.

Lima orang tersebut antara lain, YP, R alias I, SH, AK dan AR. Mereka ditangkap di dua tempat kontrakan berbeda pada hari Selasa pagi 15 Agustus 2017. Menurut penuturan Kabidhumas Polda Jabar, Kombes Polisi Yusri Yunus, para terduga teroris tersebut memiliki tugasnya masing-masing

Pelaku diduga belajar meracik bom kimia dari blog ISIS.

Aksi yang direncanakan pelaku ini terbilang cukup berbahaya. Pasalnya, mereka meracik bom kimia yang memiliki dampak mematikan. Mereka diduga mendapatkan informasi mengenai cara meracik bom panci dari blog Bahrun Naim ISIS. Selain itu, mereka juga diduga menggunakan Telegram untuk berkomunikasi satu sama lain.

Dugaan sementara, para pelaku berasal dari jaringan JAD (Jamaah Ansharut Daulah) Bandung Raya. Salah seorang pelaku bernama AK ternyata merupakan perempuan yang pernah dideportasi dari Hongkong karena mengajarkan radikalisme tiga tahun lalu. Terduga teroris lainnya bernama YP bertugas untuk mencari kontrakan tempat menyimpan bahan peledak dan menjaganya supaya tetap aman.

Saat menggeledah kamar kontrakan milik YP di daerah Antapani, polisi menemukan bom kimia dengan kandungan berbahaya. Apabila bom ini sampai terbawa udara, maka penghirupnya akan langsung mengalami luka parah. Kulit juga bisa melepuh jika terkena zat ini.

Pelaku mengaku akan meledakan Mako Brimob, dan Istana Negara.

Setelah dilakukan pemeriksaan, para pelaku mengaku akan menarget petugas Polri di lapangan, Mako Brimob, dan Istana Negara. Rencananya, aksi teror ini akan mereka lakukan pada akhir Agustus. Bom tersebut juga sudah dirancang khusus untuk meledak otomatis menggunakan remote control. Densus 88 kini masih memeriksa intensif para terduga teroris. Mereka diperiksa untuk menggali informasi tentang dugaan adanya tempat lain untuk menyimpan bahan peledak.

Artikel ini sebelumnya diterbitkan di Rappler.com l Yuli Saputra