Perang Dagang AS-Tiongkok Berpotensi Munculkan Dua Teknologi

Reaksi analis atas janji Trump di KTT G-20

Jakarta, IDN Times – Selama 40 tahun terakhir, Tiongkok berkembang menjadi sebuah negara dengan perkembangan bisnis dan teknologi yang pesat. Negeri dengan penduduk 1,4 miliar itu memacu diri untuk memenuhi kebutuhan esensial penduduknya, termasuk dalam penyediaan ekosistem bisnis dan inovasi teknologi.

Ancaman perang dagang yang diluncurkan Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump tak membuat Tiongkok gentar. Sebagaimana dikutip dari laman CNBC.com, penulis Holly Ellyatt menyimpulkan bahwa Tiongkok di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping, ingin menciptakan lanskap teknologi di mana AS tidak lagi bisa mengganggu mereka.

Baca Juga: Usai KTT G-20, Perang Dagang Amrik-China Diprediksi Masih Berlanjut 

1. Di sela-sela KTT G-20 Trump janji longgarkan batasan ekspor teknologi AS ke Huawei

Perang Dagang AS-Tiongkok Berpotensi Munculkan Dua TeknologiInstagram.com/realdonaldtrump

Analis pasar global mengamati pertemuan Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping di akhir pekan lalu. Mereka menganggap Tiongkok sudah beradaptasi dengan lanskap bisnis yang berubah dan relasi perdagangan (khususnya teknologi), tidak akan pernah sama lagi.

Bertemu di sela-sela KTT G-20 (Group of 20) di Jepang akhir pekan lalu, Trump dan Xi sepakat melanjutkan pembicaraan perdagangan yang buntu, dan berjanji untuk menunda pengenaan tarif baru terhadap impor satu sama lain. Seperti yang di perkirakan, pasar keuangan melonjak pada hari Senin, 1 Juli 2019.

Meskipun tidak ada perincian lebih lanjut tentang kemungkinan kesepakatan perdagangan, Trump menyarankan dia bisa meringankan pembatasan ekspor teknologi dari AS ke raksasa teknologi Tiongkok, Huawei, dengan peringatan, walaupun perusahaan itu digambarkan sebagai risiko keamanan nasional.

Analis mencatat bahwa meskipun tidak tampak penting, kerumitan akan muncul dalam detail dari pembicaraan lanjutan.

“Kemungkinan peringanan parsial atas pembatasan ekspor ke Huawei menunjukkan sedikit lebih de-eskalasi dari yang diperkirakan, walaupun detailnya masih tidak jelas,” kata tim peneliti ekonomi, Goldman Sach, minggu ini di dalam catatan reaksi terhadap pertemuan Trump-Xi.

Baca Juga: Amerika Blokir Huawei, Cina Boikot Apple: Perang Dagang yang Memanas

2. Janji Trump tak mengubah rencana Tiongkok ubah lanskap bisnis dan teknologi

Perang Dagang AS-Tiongkok Berpotensi Munculkan Dua Teknologitwitter.com/EmbassyofRussia

Menurut pengamat, perang perdagangan khususnya dampak terhadap lingkungan teknologi, apa pun yang terjadi di pembicaraan antara kedua pemimpin ekonomi itu, relasi bisnis antara AS dan Tiongkok akan berubah dan mungkin akan memburuk.

“Semua orang akan senang bahwa negosiasi dimulai lagi,” kata Hans-Paul Burkner, ketua dari Boston Consulting Group, ke CNBC di World Economic Forum Tiongkok, di Dalian, Senin lalu.

“Tapi jelas kita harus memperkirakan bahwa friksi akan terus berlanjut, dan bisnis (Tiongkok) akan terpaksa diversifikasi rantai pasokan, dan memikirkan kembali bagaimana caranya sebarkan portofolio mereka ke seluruh dunia untuk mengurangi kerentanan mereka,” lanjut Paul Burkner.

Brukner memperkirakan bahwa kita akan melihat “pergerakan signifikan” produksi dari Tiongkok ke bagian lain dari dunia, dari perusahaan Tiongkok dan internasional yang lain. Brukner juga meramalkan kemungkinan era “dua dunia teknologi”.

“Idealnya, kami menjaga level permainan dan kami dapat bekerja satu sama lain dan bersaing satu sama lain di seluruh dunia. Tetapi ada kemungkinan bahwa kita benar-benar akan memiliki dua dunia teknologi, satu dunia Tiongkok dan satu AS, semoga saja tidak akan sampai pada itu, tetapi itu bukan tidak mungkin,” jelas Paul Burkner.

3. Tekanan AS memaksa Tiongkok meningkatkan inovasi sendiri

Perang Dagang AS-Tiongkok Berpotensi Munculkan Dua TeknologiIDN Times/Uni Lubis

Perang dagang yang telah berlangsung selama 18 bulan secara luas dilihat sebagai pertempuran teknologi. Memang, motif yang menentukan untuk Trump adalah apa yang dia lihat sebagai praktik perdagangan tidak adil dari Tiongkok dan pencurian kekayaan intelektual Amerika.

Namun, pembatasan yang diterapkan pada penjualan teknologi AS kepada perusahaan-perusahaan Tiongkok, pada akhirnya membantu negeri Presiden Xi, dengan memaksanya untuk meningkatkan inovasi sendiri.

Henrik Naujoks, mitra di konsultasi manajemen global Brain & Company, berkata kepada CNBC bahwa Tiongkok membuat kemajuan "luar biasa" dalam apa yang ia gambarkan sebagai “perlombaan antara AS dan Tiongkok dalam hal teknologi.”

Sementara itu, Ben Harburg, mitra pengelola MSA Capital, menandai konsesi nyatanya Trump pada Huawei sebagai “penangguhan hukuman”, dan mengatakan bahwa itu akan memberi perusahaan teknologi waktu untuk mengembangkan kemampuan chip dan sistem operasi sendiri.

“Sejumlah besar modal dan talenta akan dikerahkan untuk membangun kemandirian dan mendirikan semacam ekosistem teknologi paralel di sini (di Tiongkok), tanpa ketergantungan kepada chip dari AS (dan) sistem operasi,” kata Harburg.

Dia menambahkan, “pada akhirnya, perusahaan-perusahaan AS akan kalah dalam dunia yang terus berubah ini, ketika perusahaan-perusahaan Tiongkok akan mencari komponen mereka secara lokal, dan menjualnya di Tiongkok dan pasar-pasar baru.”

“Perusahaan-perusahaan Amerika di ruang perangkat keras seperti Apple, telah menetapkan harga sendiri keluar dari pasar seperti Afrika, jadi jika chip Amerika tidak masuk ke sana, maka chip Tiongkok akan masuk ke ponsel yang dijual secara lokal,” kata Harburg.

Tiongkok telah dua dekade merambah peluang bisnis, investasi, dan perdagangan di kawasan Afrika. Bahkan kantor pusat Uni Afrika di Addis Ababa, Ethiopea, adalah sebuah gedung megah yang dibangun dengan bantuan dari Tiongkok. (Naila Pringgadani)

Baca Juga: Tiongkok Peringatkan Hong Kong: Kericuhan Bisa Mengancam Perekonomian 

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya