Virus Corona, Warga Miskin Kota Memilih Karantina Kampung

Catatan Uni Lubis

Jakarta, IDN Times - Minggu pagi, sinar matahari terasa hangat. Pukul 07.00 WIB, saya tiba di pintu gerbang Kampung Krapu, RT 08 RW 01 di Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara.

Begitu masuk kampung, ada tenda warna biru. Selusin kursi plastik warna biru ditumpuk. Di bagian kiri ada tulisan, “dilarang masuk kecuali warga dan tamu.” Di bagian kanan ada meja, tempat menaruh tangki air bersih yang bisa dikucurkan dengan keran, serta sebotol sabun cair.

Kampung Krapu menjadi gerbang menyusuri pinggiran anak kali Ciliwung, sampai ke Kampung Tongkol. Letaknya bertetangga dengan Kampung Akuarium, masuk Kelurahan Penjaringan. Kawasan ini tergolong padat penduduknya. Ada 200-an kepala keluarga dalam satu RT di Kampung Tongkol.

Virus Corona, Warga Miskin Kota Memilih Karantina KampungWarga di Kampung Tongkol, Kelurahan Ancol, Jakarta, lakukan karantina kampung, 12 Maret 2020 (IDN Times/Uni Lubis)

Di antara RT, warga memasang semacam portal dari kayu. Mereka melakukan karantina kampung, micro lockdown. Minggu, 12 April 2020, adalah hari ketiga pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta.

Saya menyusuri jalan inspeksi di pinggiran kali yang dilapisi beton. Jalan selebar dua meter ini hasil dari negosiasi warga yang ogah digusur Pemprov DKI pada 2016. Mereka bersedia memundurkan rumahnya, sehingga tidak menempel di bibir sungai.

Dibantu Pemprov DKI Jakarta, warga dan relawan aktivis Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) merapikan pinggiran kali, dan membuat semacam teras yang bisa digunakan untuk duduk-duduk santai ataupun olahraga. Dinding pembatas kampung dilukis mural warna-warni. Sebagian dihiasi pot tanaman hidup. Asri.

Beberapa warga nampak mencuci pakaian persis di depan rumahnya. Ada yang mencuci peralatan makan, di depan rumah juga. Seorang anak kecil menebar senyumnya kepada saya, sambil berendam di ember besar, mandi. Telanjang bulat.

Virus Corona, Warga Miskin Kota Memilih Karantina KampungWarga di Kampung Tongkol, Kelurahan Ancol, Jakarta, lakukan karantina kampung, 12 Maret 2020 (IDN Times/Uni Lubis)

Ibu Soimah dan suami, warga Kampung Tongkol, olahraga lompat tali, skipping, bergantian dengan suaminya. Tetangganya main badminton. Anak-anak berlarian, ada yang naik sepeda pula. Dito, penjaja es campur keliling, menyiapkan dagangannya. 

“Lumayan, orang-orang China suka beli, 20 bungkus, buat dibagi-bagi sama warga,” kata Dito.

Pak Saifuddin, ketua RT di Kampung Tongkol, meladeni protes warga yang tidak dapat jatah air minum dalam botol kemasan. “Kemarin kan anak saya baru melahirkan, jadi gak daftar. Ini KTP-nya,” ujar seorang ibu.

Saifudddin kemudian memberikan satu kardus berisi 12 botol air mineral ukuran 1 liter.

“Air mineral ini bantuan dari Pemprov, lewat PD Pasar Jaya,” kata Gugun Muhammad, warga Kampung Tongkol yang juga dikenal sebagai aktivis JRMK.

Semua kegiatan rutin warga itu, dilakukan di rumah yang berdempet-dempetan menghadapi ke sungai. Rata-rata berukuran 3 x 4 meter persegi, banyak yang dibuat dua lantai dengan gaya mezzanine.

Ada bangunan tembok, banyak yang dibuat dari kayu, bahkan dinding anyaman bambu. Satu rumah dihuni 4-5 orang, bahkan banyak yang lebih. Bapak, Ibu, anak, menantu, cucu tinggal seatap. Physical distancing alias jaga jarak kontak fisik yang disyaratkan PSBB, adalah kemewahan. Mustahil.

Karena rumah yang sempit pula, warga lebih banyak beraktivitas di depan rumahnya, di jalan inspeksi. Banyak yang menjadikan pinggiran jalan sebagai beranda. Ruang terbuka mengobrol dengan tamu. Bisa untuk olahraga ataupun melamun sambil melihat orang lalu-lalang.

Virus Corona, Warga Miskin Kota Memilih Karantina KampungGugun Muhammad, Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK), 12 April 2020 (IDN Times/Uni Lubis)

Tanggal 28 Maret 2020 Gugun mengontak saya. Dia menceritakan bahwa pihaknya tengah menggalang bantuan bagi warga miskin di kawasan tempat tinggalnya itu. Mereka membuka halaman donasi di laman Kitabisa.com.

“Tujuan utamanya untuk meliburkan warga. Karena untuk teman-teman warga jaringan miskin kota itu, merespons kebijakan isolasi diri, di rumah aja, jaga jarak itu kesulitan, karena penghasilan mereka harian, harus kerja keluar dari rumah. Mereka berisiko tinggi terpapar virus corona. Tapi kalau gak kerja gak mungkin, karena mereka gak punya penghasilan lagi. Karena itu kita galang dana, supaya kita bisa mengganti penghasilan mereka yang harian itu dan mereka bisa tetap tingal di rumah,” kata Gugun, ketika saya temui di rumahnya, di Kampung Tongkol.

Mereka dimaksud Gugun adalah pedagang asongan dan kaki lima, tukang ojek, buruh harian, tukang becak sampai tukang cuci.

“Mau isolasi di rumah, sempit dan gampang jenuh. Apalagi anak-anak, ya bermain-main dengan teman-temannya, bagaimana mau dilarang? Yang kita harapkan warga tidak keluar kampung ini. Minimal itu,” tutur Gugun.

Baca Juga: [LINIMASA] Perkembangan Terkini Wabah Virus Corona di Indonesia

Virus Corona, Warga Miskin Kota Memilih Karantina KampungWarga di Kampung Tongkol, Kelurahan Ancol, Jakarta, lakukan karantina kampung, 12 Maret 2020 (IDN Times/Uni Lubis)

Di laman donasi solidaritas miskin kota (http://tiny.cc/solidaritasmiskinkotac19), Gugun menuliskan kisah salah satu warga JRMK. Budianto, adalah pedagang kopi keliling di Taman Impian Jaya Ancol.

Bersama istri dan tiga anaknya, Budianto membutuhkan sekitar Rp130 ribu per hari untuk makan dan membayar sewa kontrakan. Waktu berdagang di Ancol, Budianto bisa mendapatkan rata-rata Rp150 ribu per hari. Setelah TIJ Ancol ditutup, sejak 14 Maret 2020, Budianto tak lagi punya penghasilan.

Para aktivis JRMK berencana membagikan duit tunai Rp1.120.000 per keluarga miskin anggotanya. Jumlahnya ada 800 kepala keluarga, untuk masa libur kerja dua pekan. Dana yang sudah terkumpul per hari ini, masih jauh dari mencukupi.

“Kami baru bisa salurkan untuk 400 KK, itu pun baru untuk libur satu minggu pertama sejak 20 Maret,” ujar Gugun.

Memang, ada bantuan sosial yang disalurkan Pemprov DKI Jakarta. Kampung Tongkol bakal mendapat gilirannya hari Senin, 13 April 2020. Selain itu, sebelumnya mereka juga mendapatkan bantuan lewat PD Pasar Jaya. 

“Tapi, bantuan sembako ternyata tidak bisa mencegah mereka keluar rumah. Kebutuhan mereka tidak hanya untuk makan. Kami harapkan dengan diberikan uang tunai, mereka mau libur. Dan memang itu syarat dapat bantuan uang tunai. Harus libur, di rumah saja,” kata Gugun.

Selain itu, mereka juga belum tahu daftar penerima bansos yang ditentukan oleh Pemprov DKI. “Yang repot kan kami, kalau ternyata ada warga yang layak dapat, karena penghasilannya gak ada atau tidak cukup untuk hidup, tapi tidak tercatat di Pemprov,” kata Gugun.

Tantangan terbesar selain kondisi tinggal yang terbatas, juga pemahaman masyarakat akan bahaya penularan virus corona. “Masih ada yang percaya teori konspirasi, juga bahayanya belum paham. Birokrasi pemerintah harus sering turun ke level kampung, tidak cukup di media sosial,” kata Gugun.

Virus Corona, Warga Miskin Kota Memilih Karantina KampungWarga di Kampung Tongkol, Kelurahan Ancol, Jakarta, lakukan karantina kampung, 12 Maret 2020 (IDN Times/Uni Lubis)

Jumlah kasus positif COVID-19 hari ini meningkat jadi 2.082 kasus. Data di laman corona.jakarta.go.id menunjukkan angka ini naik 179 kasus dari sehari sebelumnya yang berjumlah 1.903. Sebanyak 1.277 orang tercatat masih mendapatkan perawatan di rumah sakit, sementara 468 orang menjalani isolasi mandiri.

Jakarta masih menjadi episentrum pandemik COVID-19. Jumlah pasien yang meninggal dunia naik 27 kasus dibandingkan dengan hari sebelumnya menjadi  195 orang.

Juru bicara pemerintah untuk COVID-19 Achmad Yurianto hari ini mengumumkan bahwa jumla positif COVID-19 mencapai 4.241 kasus, atau bertambah 399 kasus dari hari sebelumnya. 

“Ada 27 ribu orang telah melakukan realtime PCR test, ini menunjukkan kita serius mencari kasus positif yang terkonfirmasi,” kata Yuri saat jumpa pers yang disiarkan langsung TVRI, Minggu sore (12/4). Korban meninggal menjadi 373 orang, sementara yang sembuh ada 359 orang.

Kebanyakan kawasan merah, alias banyak positif COVID-19 memang di Jakarta Selatan, dan menjangkiti kelas menengah. “Di sini belum ada sih. Tapi kita gak tahu, karena belum dites juga,” ujar Gugun. Warga pun khawatir berobat ke Puskesmas. Kalau batuk dan pilek, minum obat beli di warung.

Virus Corona, Warga Miskin Kota Memilih Karantina KampungWarga di Kampung Tongkol, Kelurahan Ancol, Jakarta, lakukan karantina kampung, 12 Maret 2020 (IDN Times/Uni Lubis)

Pagi tadi saat saya meninggalkan Kampung Tongkol, sekitar Pukul 10.30 WIB, di pinggir jalan raya saya berpapasan dengan Budi, yang tengah mendorong gerobak berisi 20 jeriken air bersih untuk masak dan minum. Satu jeriken dijual Rp5 ribu.

“Kalau Ibu beli dua, saya kasi dua ribu lima ratus, deh. Jam segini belum ada yang laku,“ keluh Budi.

Banyak pelanggannya yang sudah mudik, karena tak punya penghasilan lagi. “Kena PHK katanya sih,” kata Budi. Dia sudah berkeliling ke dua kampung di dekat Kampung Krapu dan Tongkol. Budi mengambil air dari Lodan. Dia memakai masker, sesuai aturan PSBB.

Saya berharap Budi tercatat dalam data Pemprov, sehingga dapat bansos pula.

Dari kawasan Jakarta Utara saya melewati stasiun kota, Pasar Glodok, Istana Presiden, Lapangan Monas, Jalan Sudirman sampai Jenderal Gatot Subroto. Gedung pencakar langit, mewah menjulang tinggi yang nampak seolah gedung mati. Halte bis Trans Jakarta hanya ada 3-5 penumpang. Ini hari Minggu memang.

Kita akan lihat bagaimana besok, hari Senin, hari ke-4 penerapan PSBB Jakarta. 

https://www.youtube.com/embed/aUrK9HlKpD8

Baca Juga: Virus Corona, Kala Cuci Tangan Jadi Kemewahan bagi Warga Miskin

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya